Ini Adalah Akhlak Kita
Inilah Moralitas Kita
(Studi Syari'ah yang Mendalam)
(Studi Syariah Mendalam)
Oleh
Dr. Ilham Badr al-Jabari
PENGANTAR
PERKENALAN
Saya persembahkan buku ini untuk
Saya mendedikasikan buku ini untuk:
Anak-anakku yang tercinta
Anak-anakku yang terkasih,
Saudara-saudaraku yang saya hormati
Saudara-saudaraku terkasih,
Mahasiswi-mahasiswi tercintaku
Murid-muridku yang terkasih,
Generasi yang kami harapkan, yang kami pandang dengan penuh harapan akan masa depan mereka yang gemilang
Generasi yang kami harapkan, yang kami nantikan dengan harapan untuk masa depan mereka yang gemilang.
Semoga kalian semua dapat memetik manfaat dari buku ini dan mendapatkan buah yang baik untuk kehidupan kalian.
Semoga Anda semua dapat menuai manfaatdari buku ini dan mendapatkan buah yang baik untuk hidup Anda.
Bismillahirrahmanirrahim
Pendahuluan
Muka
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan petunjuk-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang benar-benar mendapatkan hidayah. Namun, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tidak akan ada penolong yang dapat membimbingnya ke jalan yang lurus. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tanpa sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Semua pujianbagi Tuhan, kitamemuji Dia, meminta pertolongan dan bimbingan-Nya. Kita berlindungkepada Tuhan dari keburukan jiwa kita dan keburukan perbuatan kita. Siapa pun yang dibimbing oleh Allah, makadialah yang benar-benarmendapatpetunjuk Namun , siapa pun yang disesatkan oleh-Nya, tidak akan ada penolong yang dapatmembimbingnyake jalan lurus. Saya bersaksibahwatidak ada Tuhan yang layak disembah selain Allah, Yang Maha Kuasa, tanpasekutu kepada-Nya, dan saya bersaksibahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Sesungguhnya, umat ini tidak akan kembali menjadi baik kecuali dengan cara yang telah menjadikan generasi pertama umat ini baik. Dan jika pada masa Rasulullah ﷺ beliau berada di tengah-tengah para sahabatnya, mengajarkan orang yang tidak tahu, mengingatkan yang lupa, serta memberi petunjuk kepada yang tersesat, maka kini kita memiliki sirah beliau ﷺ yang mulia. Kisah hidup beliau ﷺ begitu lengkap, mencakup setiap aspek kehidupan, baik yang besar maupun yang kecil, dan menjadi sumber ilmu yang tak ternilai bagi kita
Bahkan, orang-orang ini tidak akan menjadi baik lagi kecuali dengan cara yang telah membuat generasi pertama dari orang-orang ini baik. Dan jika pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم dia berada di tengah-tengah sahabat-sahabatnya, mengajar yang bodoh, mengingatkan yang terlupakan dan memberi bimbingan kepada yang terhilang, maka sekarang kita memiliki sirah صلى الله عليه وسلم. Kisah hidupnya صلى الله عليه وسلم begitu lengkap, mencakup setiap aspek kehidupan, baik besar maupun kecil, dan telah menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai bagi kita.
Sesungguhnya sirah (biografi) beliau ﷺ yang mulia, yang mencakup segala aspek kehidupan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan indah, memberikan umat ini contoh teladan yang terbaik tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim hidup
Memang, sirah (biografi) dari bangsawannya صلى الله عليه وسلم, yang mencakup semua aspek kehidupan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna dan indah, memberikan umat ini contoh terbaik tentang bagaimana seorang Muslim harus hidup.
Karena beliau ﷺ telah memberi kita contoh dalam setiap peran kehidupan manusia; sebagai anak yatim, orang miskin, anak yang berbakti, saudara yang menasihati, pedagang yang amanah, suami yang penyayang, ayah yang penuh kasih, kerabat yang penuh perhatian, teman yang setia, utusan penuh kasih sayang, pengajar kebaikan, pendidik yang bijaksana, dan pemimpin yang agung. Semua peran ini beliau tampilkan untuk membentuk umat yang mengikuti jejak beliau dan meneladani sunnah beliau, sehingga menjadi umat yang terbaik
Karena dia صلى الله عليه وسلم telah memberi kita contoh dalam setiap peran kehidupan manusia; sebagai yatim piatu, orang miskin, anak yang berbakti, saudara yang menasihati, pedagang yang dapat dipercaya, suami yang penuh kasih, ayah yang penuh kasih, kerabat yang peduli, teman yang setia, utusan yang penuh kasih, guru yang baik, pendidik yang bijaksana, dan pemimpin yang hebat. Semua peran ini ia lakukan untuk membentuk umat yang mengikuti jejaknya dan meniru sunnahnya, sehingga ia menjadi umat terbaik.
Saat ini, kita sangat membutuhkan untuk mengokohkan akhlak Islam berdasarkan firman Allah dan sabda Rasulullah ﷺ, agar generasi ini mengetahui kebesaran Nabi dan wahyu yang beliau bawa. Dengan demikian, mereka dapat kembali kepada dua wahyu yang, siapa pun yang berpegang teguh padanya, tidak akan sesat selama-lamanya
Saat ini, kita sangat perlu memperkuat akhlak Islam berdasarkan firman Allah dan firman Nabi صلى الله عليه وسلم, agar generasi ini mengetahui kebesaran Nabi dan wahyu yang dibawanya. Dengan demikian, mereka dapat kembali ke dua wahyu yang, siapa pun yang berpegang teguh pada mereka, tidak akan tersesat selamanya.
Topik akhlak adalah topik yang sangat penting, dan meskipun telah banyak ditulis tentangnya, kebutuhan akan akhlak tetap ada. Salah satu bukti yang paling jelas tentang hal ini adalah masa Nabi ﷺ yang menghabiskan tiga belas tahun di Makkah, menyeru umat untuk beribadah kepada Allah dan mengamalkan akhlak mulia. Tidak ada yang lebih jelas menunjukkan hal ini selain surah-surah Makkiah yang sering kita baca dan ulangi; surah-surah tersebut penuh dengan seruan untuk mempraktikkan akhlak mulia dan peringatan terhadap akhlak yang buruk. Bahkan, beberapa surah dinamai berdasarkan jenis-jenis akhlak, seperti Surah Al-Humazah, Surah Al-Ma'un, dan Surah Abasa. Karena pentingnya akhlak dan kebutuhan untuk menanamkannya dalam waktu yang tidak singkat, Nabi ﷺ memulai dakwahnya tentang akhlak seiring dengan dakwahnya tentang tauhid. Selain itu, akhlak yang pertama kali diterapkan adalah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semua itu membuat para penulis semakin tertarik untuk menulis tentang topik ini, meskipun masing-masing memiliki gaya dan pendekatannya sendiri dalam menyajikan tema akhlak atau aspek-aspek tertentu yang dianggap penting
Topik moralitas adalah topik yang sangat penting, dan meskipun banyak yang telah ditulis tentangnya, kebutuhan akan moralitas tetap ada. Salah satu bukti yang paling jelas dari hal ini adalah masa Nabi صلى الله عليه وسلم yang menghabiskan tiga belas tahun di Makkah, menyerukan kepada umat untuk menyembah Allah dan mempraktikkan akhlak yang mulia. Tidak ada yang lebih jelas untuk menunjukkan ini daripada surah Makkia yang sering kita baca dan ulangi; Bahkan, beberapa surah dinamai berdasarkan jenis akhlak, seperti Surah Al-Humazah, Surah Al-Ma'un, dan Surah Abasa. Karena pentingnya moralitas dan kebutuhan untuk menanamkannya dalam waktu singkat, Nabi صلى الله عليه وسلم memulai dakwahnya tentang moralitas bersama dengan dakwahnya tentang tauhid. Selain itu, moralitas pertama yang diterapkan adalah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semua ini membuat penulis semakin tertarik untuk menulis tentang topik ini, meskipun masing-masing memiliki gaya dan pendekatannya sendiri dalam menyajikan tema moral atau aspek tertentu yang dianggap penting.
Yang saya anggap paling penting dan menjadi prioritas dalam buku ini adalah sisi aplikatif dari akhlak, karena hal ini terlihat dalam perilaku individu-individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, saya membaginya menjadi pendahuluan dan dua bab sebagai berikut
Apa yang saya anggap paling penting dan prioritas dalam buku ini adalah sisi aplikatif moralitas, karena hal ini terlihat dalam perilaku individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, saya membaginya menjadi pendahuluan dan dua bab sebagai berikut:
Bab Pertama: Definisi Akhlak
Bab Satu: Pengertian Moralitas
Bab ini mencakup pembahasan-pembahasan berikut
Bab ini mencakup topik-topik berikut:
Pembahasan Pertama: Hakikat Akhlak
Pembahasan Pertama: Esensi Moral
Pembahasan Kedua: Kedudukan Akhlak dalam Islam
Pembahasan Kedua: PosisiMoraldalam Islam
Pembahasan Ketiga: Ciri-ciri Sistem Akhlak dalam Islam
Pembahasan Ketiga: Ciri-ciri Sistem Moraldalam Islam
Pembahasan Keempat: Pilar-pilar Akhlak. Di dalamnya terdapat empat pokok, yaitu
Pembahasan Keempat: Pilar Moral. Di dalamnya adaempatpoin, yaitu:
o Pertama: Kesabaran
o Pertama: Kesabaran
o Kedua: Kesucian
o Kedua: Kemurnian
o Ketiga: Keberanian
o Ketiga: Keberanian
o Keempat: Keadilan
o Keempat: Keadilan
Pembahasan Kelima: Penilaian terhadap Akhlak, yang mencakup tiga pokok pembahasan
Pembahasan Kelima: PenilaianMoral, yang meliputitigapokokpembahasan utama:
o Pertama: Apakah akhlak dapat diubah?
o Pertama: Bisakahmoraldiubah?
o Kedua: Langkah-langkah penting untuk memperbaiki akhlak, yang meliputi beberapa hal
o Kedua: Langkah-langkah penting untukmeningkatkanmoral, yang meliputi beberapahal:
o Masalah Pertama: Ilmu
o MasalahSatu: Sains
o Masalah Kedua: Menciptakan dorongan dari dalam diri
o MasalahKedua: Menciptakanmotivasidaridalam
o Masalah Ketiga: Evaluasi
o MasalahTiga: Evaluasi
o Masalah Keempat: Pelaksanaan
o MasalahEmpat: Implementasi
Bab Kedua: Fikih Akhlak
Bab Dua: Fiqh Moral
Bab ini mencakup pembahasan-pembahasan berikut
Bab ini mencakup topik-topik berikut:
Pembahasan Pertama: Akhlak terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala
Pembahasan Pertama: Akhlakterhadap Allah SubhanahuwaTa'ala
Pembahasan Kedua: Akhlak terhadap Malaikat
Pembahasan Kedua: MoralterhadapMalaikat
Pembahasan Ketiga: Akhlak terhadap Jin
Pembahasan Ketiga: Moralterhadap Jin
Pembahasan Keempat: Akhlak terhadap Rasulullah ﷺ
Pembahasan Keempat: Akhlakterhadap Nabi صلى الله عليه وسلم
Pembahasan Kelima: Akhlak terhadap Pemimpin
Pembahasan Kelima: Moral untukPemimpin
Pembahasan Keenam: Akhlak terhadap Diri Sendiri
PembahasanKeenam: Moralitasterhadap Diri
Pembahasan Ketujuh: Akhlak terhadap Orang Tua
Pembahasan Ketujuh: Moralterhadap Orang Tua
Pembahasan Kedelapan: Akhlak terhadap Anak-anak
Pembahasan Kedelapan: Moraluntuk Anak
Pembahasan Kesembilan: Akhlak antara Suami dan Istri
Pembahasan Kesembilan: Moralantara Suami dan Istri
Pembahasan Kesepuluh: Akhlak terhadap Kerabat
Diskusi Kesepuluh: MoralterhadapKerabat
Pembahasan Kesebelas: Akhlak terhadap Pembantu dan Pekerja
Diskusi Kesebelas: MoralterhadapPenolong dan Pekerja
Pembahasan Keduabelas: Akhlak terhadap Tetangga
Pembahasan Kedua Belas: MoralterhadapTetangga
Pembahasan Ketigabelas: Akhlak terhadap Sahabat
Diskusi Ketiga Belas: MoralterhadapTeman
Pembahasan Keempatbelas: Akhlak dalam Perselisihan
Diskusi Keempat Belas: MoraldalamPerselisihan
Pembahasan Kelimabelas: Akhlak terhadap Lingkungan
Diskusi Kelima Belas: MoraluntukLingkungan
Akhirnya, segala kebenaran berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan segala kesalahan adalah dari diri saya sendiri, setan, dan Allah serta Rasul-Nya bebas dari kesalahan tersebut
Akhirnya, semua kebenaran berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan semua kesalahan berasal dari diriku sendiri, Setan, dan Allah serta Rasul-Nya bebas dari kesalahan-kesalahan ini.
ChatGPT bilang:
ChatGPT mengatakan:
Pendahuluan
Muka
Kebutuhan Kita untuk Mempelajari Materi Akhlak Islam:
Kebutuhan Kita untukMempelajari Materi Moral Islam :
Kemajuan bangsa dan umat bergantung pada penerapan akhlak yang mulia. Tidak ada satu pun umat yang membangun peradabannya hanya dengan kekuatan fisik dan material, seperti besi dan baja, serta mengabaikan urusan etika, kecuali peradabannya akan cepat hancur dan menjadi kenangan, tidak peduli berapa lama waktu berlalu
Kemajuan bangsa dan rakyat bergantung pada penerapan akhlak luhur. Tidak ada orang yang membangun peradaban mereka hanya dengan kekuatan fisik dan material, seperti besi dan baja, dan mengabaikan hal-hal etika, kecuali peradaban mereka akan dengan cepat runtuh dan menjadi kenangan, tidak peduli berapa lama waktu berlalu.
Sebuah puisi lama mengungkapkan hal ini dengan indah
Sebuah puisi lama mengungkapkan ini dengan indah:
فإنما الأمم الأخلاق ما بقيت
فإن همُ ذهبت أخلاقهم ذهبوا
"Sesungguhnya umat-umat itu bergantung pada akhlak selama akhlak mereka tetap ada. Namun, jika akhlak mereka hilang, maka hilanglah mereka."
"Memang, rakyatbergantung pada moralitasselamamoralitasmerekatetap ada, tetapi jikamoralitasmerekahilang, makamereka pergi."
Tidak diragukan lagi bahwa memperoleh sarana material, menggunakan alat-alat alamiah, dan mengikuti teknologi modern juga merupakan syarat dan kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan. Namun, jika semua itu tanpa diimbangi dengan akhlak, maka peradaban tersebut akan menjadi kosong dan tidak bermakna, hanya mengenal materi semata; besi bertemu besi, batu bata bertumpuk batu bata, uang bertumpuk uang, dan cepat atau lambat, peradaban itu akan runtuh sebelum sempat berkembang
Tidak diragukan lagi bahwa memperoleh sarana material, menggunakan alat alami, dan mengikuti teknologi modern juga merupakan syarat dan kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan. Namun, jika semua ini tidak diimbangi dengan moral, maka peradaban akan menjadi kosong dan tidak berarti, hanya mengetahui masalah besi bertemu besi, batu bata menumpuk batu bata, uang menumpuk dengan uang, dan cepat atau lambat, peradaban akan runtuh sebelum sempat berkembang.
Dengan demikian, kemajuan atau kemunduran suatu umat tergantung pada kekuatan material dan moral sekaligus. Jika sebuah umat mencapai kesuksesan dan mencapai puncak kesempurnaan serta kemajuan, itu adalah berkat kedua kekuatan ini. Namun, jika umat tersebut jatuh, itu karena mereka kehilangan kedua kekuatan tersebut juga.
Dengan demikian, kemajuanataukemunduransuatubangsatergantung pada kekuatan material dan moral pada saat yang bersamaan. Jika suatu bangsamencapai kesuksesan dan mencapai puncakkesempurnaandankemajuan, itu berkat keduakekuatan ini. Namun, jikaorang-orangjatuh, itu karenamerekatelah kehilangankeduakekuatan itu juga.
Dalam kebangkitan kita yang modern, kita membutuhkan untuk mempelajari akhlak bersamaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, agar kita dapat membangun peradaban Islam yang mulia yang memperhatikan kedua aspek, baik spiritual maupun material.
Dalam kebangkitan modern kita, kitaperlumempelajarimoralbersamadengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, sehingga kitadapatmembangun peradaban Islam yang mulia yang memperhatikankedua aspek tersebut, baik spiritual maupun material.
Bab Pertama
Definisi Akhlak
Bab SatuDefinisi Moral
Bab ini mencakup pembahasan-pembahasan berikut
Bab ini mencakup topik-topik berikut:
Pembahasan Pertama: Hakikat Akhlak
Pembahasan Pertama: Esensi Moral
Pembahasan Kedua: Kedudukan Akhlak dalam Islam
Pembahasan Kedua: PosisiMoraldalam Islam
Pembahasan Ketiga: Ciri-ciri Sistem Akhlak dalam Islam
Pembahasan Ketiga: Ciri-ciri Sistem Moraldalam Islam
Pembahasan Keempat: Pilar-pilar Akhlak
Pembahasan Keempat: Pilar Moralitas
Pembahasan Kelima: Penilaian terhadap Akhlak
Pembahasan Kelima: Penilaian Moral
Hakikat Akhlak
EsensiMoral
Jika kita merenungkan konsep moralitas dalam berbagai budaya dan bangsa, kita akan menemukan bahwa banyak masyarakat memiliki pemahaman yang terbatas tentang moralitas, hanya sebatas pada aturan-aturan perilaku atau tata krama sosial. Pemahaman yang sempit seperti ini jelas sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan tumbuhnya nilai-nilai luhur dan perkembangan kebajikan dalam masyarakat tersebut
Jika kita merenungkan konsep moralitas dalam budaya dan bangsa yang berbeda, kita akan menemukan bahwa banyak masyarakat memiliki pemahaman yang terbatas tentang moralitas yang terbatas pada aturan perilaku atau tata krama sosial. Pemahaman yang sempit seperti itu jelas sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan tumbuhnya nilai-nilai luhur dan perkembangan kebajikan di masyarakat.
Namun, konsep moralitas dalam Islam jauh lebih luas. Islam tidak hanya memandang moralitas sebagai perilaku semata, tetapi juga mencakup pikiran dan perasaan. Seseorang yang memiliki pemikiran yang sehat akan membentuk perasaan yang baik dan berperilaku dengan cara yang lurus. Sebaliknya, seseorang yang berpikiran rusak akan menumbuhkan perasaan buruk dan menunjukkan perilaku yang menyimpang
Namun, konsep moralitas dalam Islam jauh lebih luas. Islam tidak hanya memandang moralitas sebagai perilaku belaka, tetapi juga mencakup pikiran dan perasaan. Seseorang yang memiliki pola pikir yang sehat akan membentuk perasaan yang baik dan berperilaku lurus. Di sisi lain, seseorang dengan pikiran yang rusak akan menumbuhkan perasaan buruk dan menunjukkan perilaku menyimpang.
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Misalnya, Allah berfirmandalam Al-Qur'an:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَفَاءَ اللَّا رَبُّهُمْ إِنَّ الله فِي غَفْرَةٍ رَحِيمًا}
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَفَاءَ اللَّا رَبُّهُمْ إِنَّ الله فِي غَفْرَةٍ رَحِيمًا}
(Surah Al-A'raf: 58)
(Surah Al-A'raf: 58)
Allah menyatakan bahwa kebajikan adalah hasil dari iman yang kuat dan perilaku yang baik, yang berasal dari hati yang bersih
Tuhan menyatakan bahwa kebajikan adalah hasil dari iman yang kuat dan perilaku yang baik, yang berasal dari hati yang bersih.
Rasulullah ﷺ juga bersabda dalam hadits yang terkenal, yang menunjukkan bahwa kebersihan dan perbaikan hati sangat berpengaruh terhadap perilaku fisik seseorang
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda dalam sebuah hadis terkenal, yang menunjukkan bahwa kebersihan dan peningkatan hati memiliki pengaruh besar terhadap perilaku fisik seseorang:
"إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ"
(Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
(Haditsdiriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Artinya: "Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, bahwa itu adalah hati."
Artinya: "Sesungguhnya ada gumpalan daging di dalam tubuh, jika baik, makaseluruhtubuh itu baik, dan jikarusak, maka seluruhtubuh rusak. Ketahuilah bahwaituadalahhati."
Imam Ibn Rajab rahimahullah dalam penjelasannya mengenai hadis ini berkata: "Di dalam hadis ini terkandung petunjuk bahwa kebaikan gerakan tubuh seorang hamba, menjauhi segala yang haram, dan menghindari keraguan, bergantung pada keadaan hati. Jika hati itu sehat, yang hanya berisi cinta kepada Allah, cinta kepada apa yang dicintai Allah, rasa takut kepada Allah, dan rasa takut akan terjatuh dalam apa yang dibenci-Nya, maka seluruh gerakan anggota tubuh akan menjadi baik, dan akibatnya, ia akan menjauhi segala yang haram. Namun jika hati itu rusak, telah dikuasai oleh mengikuti hawa nafsu, dan mengejar apa yang dicintai oleh nafsunya meskipun Allah membencinya, maka seluruh gerakan tubuh pun akan rusak, dan cenderung melakukan segala macam dosa dan keraguan, sesuai dengan pengaruh hawa nafsu hati tersebut."
Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalampenjelasannyatentanghaditsinibersabda: "Dalam hadits iniadapetunjukbahwa gerakan tubuh hamba yang baik, untuk menjauhisegala sesuatu yang haram, dan untuk menghindarikeraguan, tergantung pada keadaanhati. Jika hatisehat, yang hanya mengandung cintakepada Tuhan, cintapada apa yang Tuhan cintai, takut akan Allah, dan takut jatuhke dalamapa yang Dia benci, Makasemuagerakananggota tubuhakanbaik, dan sebagai hasilnya, diaakanmenjauhisegala sesuatu yang melanggar hukum. Tetapijika hatirusak, telah didominasi dengan mengikuti hawa nafsu, dan mengejarapa yang dicintai oleh nafsumeskipun Allah membencinya, makaseluruhgerakantubuh juga akan rusak, dan akan cenderunguntuk melakukansegalamacam dosa dan keraguan, sesuai dengan pengaruh nafsu hati."
Mari kita renungkan hadis mulia ini: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Apakah aku tidak menunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian."
Mari kita renungkan hadis mulia ini: "Kamu tidak akan pergi kesurgasampai kamu percaya, dan kamu tidak akan percayasampai kamu saling mengasihi. Bukankahsayamenunjukkan sesuatu yang jika Anda melakukannya, Anda akan salingmencintai? Sebarkansalam di antara kalian."
Dalam kenyataannya, kita melihat bahwa keadaan perilaku mempengaruhi perasaan. Seseorang yang cemas dan pemalu perlu mengubah posisinya, seperti mengangkat kepala dan menjaga postur tubuh yang tegak, agar dapat mengatasi perasaan cemas dan kebingungannya. Sebagian besar orang yang memiliki perilaku agresif membawa perasaan kebencian terhadap mereka yang menjadi musuhnya, ditambah dengan pemikiran tentang balas dendam dan kekejaman
Pada kenyataannya, kita melihat bahwa keadaan perilaku memengaruhi perasaan. Seseorang yang cemas dan pemalu perlu mengubah posisinya, seperti mengangkat kepala dan mempertahankan postur tubuh tegak, untuk mengatasi perasaan cemas dan kebingungan mereka. Kebanyakan orang yang memiliki perilaku agresif membawa perasaan benci terhadap mereka yang menjadi musuh mereka, ditambah dengan pikiran balas dendam dan kekejaman.
Jadi, perilaku merupakan ekspresi dari pikiran dan perasaan, dan muncul sebagai hasil dari keduanya. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa definisi akhlak adalah
Dengan demikian, perilaku adalah ekspresi pikiran dan perasaan, dan muncul sebagai akibat dari keduanya. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa definisi moralitas adalah:
هيئة راسخة في النفس تصدر عنها الأفعال بيسر وسهولة من غير حاجة إلى فكر وروية
Akhlak adalah keadaan yang tertanam dalam jiwa, yang menghasilkan tindakan dengan mudah dan tanpa kesulitan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih lanjut.
Moralitasadalah keadaan yang tertanamdalam jiwa, yang menghasilkantindakandengan mudah dan tanpa kesulitan, tanpaperlu pemikiranataupertimbangan lebih lanjut.
Penjelasan Definisi:
Penjelasan Definisi:
"Keadaan yang tertanam": Ini menggambarkan pikiran yang dimiliki dan perasaan yang disimpan dalam hati seseorang
"Keadaan tertanam": Ini menggambarkan pikiran yang dimiliki seseorang dan perasaan yang tersimpan di dalam hati seseorang.
"Tindakan": Ini merujuk pada perilaku atau perbuatan yang ditunjukkan
"Tindakan": Ini mengacu pada perilaku atau perbuatan yang ditunjukkan.
"Dengan mudah dan tanpa kesulitan": Artinya, perilaku itu dilakukan secara otomatis atau spontan, tanpa ada usaha yang berlebihan
"Mudah dan tanpa kesulitan": Artinya, perilaku dilakukan secara otomatis atau spontan, tanpa upaya yang berlebihan.
"Tanpa pemikiran atau pertimbangan": Ini berarti tindakan tersebut dilakukan tanpa perlu memikirkan konsekuensi atau hasilnya dengan hati-hati
"Tanpa pemikiran atau pertimbangan": Ini berarti bahwa tindakan dilakukan tanpa perlu memikirkan dengan cermat tentang konsekuensi atau konsekuensinya.
Contoh penjelasan lebih lanjut:
Seseorang yang menahan amarahnya dan memaafkan karena malu dengan pandangan orang lain, tidak dianggap sebagai orang yang sabar (hilm), begitu juga seseorang yang mendorong dirinya untuk bersedekah karena rasa malu atau reputasi, tidak bisa disebut dermawan (karim).
Dengan kata lain, jika tindakan, perasaan, dan pemikiran seseorang baik, maka akhlaknya pun akan baik, dan jika buruk, maka akhlaknya juga buruk
Contoh penjelasan lebih lanjut: Seseorang yang menahan amarahnya dan memaafkan karena malu dengan tatapan orang lain, tidak dianggap sebagai orang yang sabar (hilm), juga bukan orang yang mendorong dirinya untuk bersedekah karena malu atau reputasi, tidak dapat disebut dermawan (karim). Dengan kata lain, jika tindakan, perasaan, dan pikiran seseorang baik, maka moralnya juga akan baik, dan jika buruk, maka moralnya juga buruk.
Kedudukan Akhlak dalam Islam
PosisiMoraldalam Islam
Akhlak memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek berikut
Akhlak memiliki posisi yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek berikut:
Pertama: Penetapan misi risalah untuk memperbaiki akhlak
Pertama: Penentuan misi traktat untuk meningkatkan moral.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ"
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (Hadits riwayat al-Bukhari)
Nabi صلى الله عليه وسلمberkata, "إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ""Sesungguhnya, akudiutusuntukmenyempurnakan akhlak mulia." (Haditsdiriwayatkan al-Bukhari)
Kedua: Akhlak yang baik dapat menjadi penyebab panjangnya umur dan kemakmuran rumah tangga
Kedua: Akhlak yang baik dapat menjadi penyebab umur panjang dan kemakmuran rumah tangga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"حُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ"
"Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik akan memakmurkan rumah dan menambah umur." (Hadits riwayat Muslim)
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "حُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ""Akhlak yang baik dan tetangga yang baik akanmemakmurkanrumah dan meningkatkanumur." (Haditsdiriwayatkan oleh Muslim)
Ketiga: Terdapat ganjaran yang besar bagi mereka yang berakhlak baik
Ketiga: Ada pahala besar bagi mereka yang memiliki moral yang baik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَا مِنْ شَىْءٍ أَثْقَلُ فِى الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق"
"Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan pada hari kiamat selain akhlak yang baik." (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "مَا مِنْ شَىْءٍ أَثْقَلُ فِى الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق""Tidak ada yang lebih beratdalam timbangan pada hari kiamat daripada akhlak yang baik." (Haditsdiriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Keempat: Orang-orang yang beriman memiliki perbedaan dalam keimanan mereka, dan yang terbaik di antara mereka adalah yang paling baik akhlaknya
Keempat: Orang percaya memiliki perbedaan dalam iman mereka, dan yang terbaik di antara mereka adalah yang terbaik dari moral.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا"
"Sesungguhnya di antara kalian yang terbaik adalah yang paling baik akhlaknya." (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا""Sesungguhnya di antara kamu yang terbaikadalah yang terbaik dalam moral." (Haditsdiriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Kelima: Orang yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ dan yang paling dekat dengannya pada hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak terbaik
Kelima: Orang-orang yang paling dicintai oleh Nabi صلى الله عليه وسلم dan orang-orang yang paling dekat dengannya pada hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak terbaik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلسًا يَوْمَ القِيَامة أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا"
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling baik akhlaknya." (Hadits riwayat al-Tirmidzi)
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلسًا يَوْمَ القِيَامة أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا"Sesungguhnya, orang-orang yang paling aku kasihi dan paling dekat denganku pada hari kiamatadalahorang-orang yang memiliki akhlak yang terbaik." (Haditsdiriwayatkan oleh al-Tirmidzi)
Keenam: Akhlak yang baik adalah syarat penting untuk selamat dari api neraka dan meraih surga
Keenam: Moral yang baik adalah syarat penting untuk bertahan hidup dari api neraka dan mencapai surga.
Allah SWT berfirman:
{وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ}
"Celakalah bagi setiap penggunjing dan pencela." (QS. al-Humazah: 1)
Allah SWT berfirman{وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ}: "Celakalahsetiaporang yang bergosip dan mengkritik." (QS. al-Humazah: 1)
Dari Abu Hurairah , Rasulullah ﷺ bersabda
Dari Abu Hurairah , Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda::
"أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ"
"Tahukah kalian siapa yang disebut muflis?"
"أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ""Apakah Anda tahu siapa yang disebut bangkrut?"
Mereka menjawab:
"الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ"
"Orang muflis di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki barang apa pun."
Merekamenjawab, "الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ""Yang bangkrut di antara kita adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki barang apa pun."
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ"
"Sesungguhnya orang muflis dari umatku pada hari kiamat datang dengan membawa amal shalat, puasa, dan zakat. Namun dia datang setelah telah mencaci maki ini, menuduh orang itu dengan tuduhan palsu, memakan harta ini, menumpahkan darah ini, dan memukul ini. Maka diberikan kepada orang ini sebagian dari kebaikannya, dan kepada orang itu sebagian dari kebaikannya. Jika habis seluruh kebaikannya sebelum hutangnya selesai, maka diambil dari dosa-dosa mereka, dan dosa-dosa itu dilemparkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka."
Retry
Reason
Ketujuh:
Sesungguhnya Nabi ﷺ selalu memohon kepada Allah agar diberikan akhlak yang baik, padahal beliau sendiri adalah sosok yang memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau bersabda
Ketujuh: Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم selalu memohon kepada Allah untuk diberikan akhlak yang baik, meskipun beliau sendiri adalah sosok yang memiliki akhlak yang sangat mulia. Katanya::
"اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي"
"Ya Allah, Engkau telah memperindah rupa diriku, maka perindahlah akhlakku."
"اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي""Ya Allah, Engkau telahmempercantikpenampilanku, maka percantikkanlah akhlakku."
Beliau juga berdoa:
"اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ"
"Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak terbaik kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkan aku dari akhlak buruk kecuali Engkau. Labaiku dan kebahagiaanku ada di tangan-Mu, segala kebaikan ada di tangan-Mu, dan keburukan tidak ada pada-Mu. Aku adalah hamba-Mu, dan hanya kepada-Mu aku mengharap pertolongan. Maha Suci Engkau, Maha Tinggi, aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."
Dia juga berdoa "اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفف ْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّ٦َهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَس َعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِ َ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ"Akuberpegang pada moral yang terbaik, karenatidak ada yang bisamenunjukkanmoralyang terbaikkecualiEngkau. Jauhkan akudari moral yang buruk, karena tidak ada yang bisamenjauhkanakudarimoralyang burukkecualiEngkau. Perutku dan kebahagiaankuada di tangan-Mu, semuakebaikan ada di tangan-Mu, dan kejahatan tidak ada di tangan-Mu. Aku adalah hamba-Mu, dan hanyadi dalam Engkau akumengharapkan bantuan. Yang Mahakudusdari-Mu, Yang Mahatinggi, akumemohon pengampunan-Mu dan akubertobat dari-Mu."
Kedelapan:
Allah SWT memuji Nabi-Nya ﷺ dengan akhlak yang sangat mulia, sebagaimana dalam firman-Nya:
{وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ}
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berada pada akhlak yang agung." (QS. Al-Qalam: 3)
Allah SWT memuji Nabi-Nya صلى الله عليه وسلمdengan karakter yang sangat mulia, seperti dalam firman-Nya: {وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ} "Dan sesungguhnyakamu (Muhammad) benar-benar berakhlak besar." (QS. Al-Qalam: 3)
Kesembilan:
Terdapat banyak ayat dan hadits yang berkaitan dengan tema akhlak, yang menandakan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang Muslim.
Kesembilan: Adabanyakayat dan hadis yang berkaitan dengan tema moralitas, yang menunjukkanbetapapentingnyamoralitasdalam kehidupanseorang muslim.
Karakteristik Sistem Akhlak dalam Islam
Ciri-ciri Sistem Moral dalam Islam
Pertama: Akhlak Adalah Ibadah
Akhlak yang mulia adalah sesuatu yang diperintahkan dalam syariat. Nabi ﷺ, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, menggambarkan agama dengan akhlak yang baik dan menjelaskan bahwa tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyeru kepada akhlak yang mulia
Pertama: Moral Adalah PenyembahanMoral mulia adalah sesuatu yang diperintahkan dalam syariah. Nabi صلى الله عليه وسلم, seperti yang disebutkan sebelumnya, menggambarkan agama dengan akhlak yang baik dan menjelaskan bahwa tujuan pengirimannya adalah untuk menyerukan akhlak yang mulia.
Akhlak dalam Islam memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagaimana halnya dengan ibadah lainnya. Ada akhlak yang wajib, seperti berbakti kepada orang tua, ada yang dianjurkan, seperti berbuat baik kepada orang miskin, ada yang makruh, seperti mencampuri urusan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kita, dan ada yang haram, seperti berbohong atau ingkar janji
Moral dalam Islam memiliki tingkat yang berbeda, seperti halnya dengan ibadah lainnya. Ada akhlak yang wajib, seperti berbakti kepada orang tua, ada yang didorong seperti berbuat baik kepada orang miskin, ada yang makruh, seperti mencampuri urusan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kita, dan ada yang haram, seperti berbohong atau mengingkari janji.
Seorang Muslim akan mendapatkan pahala dan ganjaran atas akhlak yang baik yang ia lakukan, atau ia akan berdosa dan dihukum sesuai dengan akhlak yang buruk yang ia tunjukkan. Bahkan, beberapa jenis akhlak buruk dapat dihukum di dunia sebelum di akhirat, baik itu dengan hukuman yang sudah ditentukan dalam syariat Islam, seperti hukuman untuk pencurian, perzinahan, dan menyebarkan kerusakan di bumi, atau dengan hukuman ta'zir, yaitu hukuman yang ditentukan oleh hakim berdasarkan keadaan dan kepentingan, seperti hukuman untuk memberikan kesaksian palsu, berkhianat, durhaka kepada orang tua, dan sebagainya
Seorang Muslim akan mendapatkan pahala dan pahala atas akhlaknya yang baik atau dia akan berdosa dan dihukum sesuai dengan moral buruk yang dia tunjukkan. Bahkan beberapa jenis akhlak yang buruk dapat dihukum di dunia ini sebelum akhirat, baik itu dengan hukuman yang telah ditetapkan dalam hukum Islam, seperti hukuman karena mencuri perzinahan, dan menyebarkan kerusakan di bumi, atau dengan hukuman ta'zir, yaitu hukuman yang ditentukan oleh hakim berdasarkan keadaan dan kepentingan, seperti hukuman karena memberikan kesaksian palsu, pengkhianatan, ketidaktaatan kepada orang tua, dan seterusnya.
Kedua: Akhlak dalam Islam adalah Tertib Ilahi
Maksudnya adalah bahwa sumber akhlak dalam Islam adalah ilahi dan berasal dari Allah, bukan dari keputusan manusia. Tidak ada seorang pun di antara manusia yang dapat memutuskan atau mengubah apa pun dari akhlak yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an atau Hadis. Ciri ini memberikan sistem etika dalam Islam sifat keabsahan dan kestabilan, sehingga seorang Muslim merasa yakin akan kesesuaian akhlak Islam ini untuk dirinya dan setiap manusia, di setiap waktu dan tempat. Akhlak ini bersifat tetap dan tidak berubah mengikuti hawa nafsu dan keinginan manusia
Kedua: Moralitas dalam Islam adalah Tatanan IlahiArtinya adalah bahwa sumber moralitas dalam Islam adalah ilahi dan berasal dari Allah, bukan dari keputusan manusia. Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat memutuskan atau mengubah apa pun dari moral yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an atau Hadis. Fitur ini memberikan sistem etika dalam Islam sifat validitas dan stabilitas, sehingga seorang Muslim merasa yakin akan kesesuaian moralitas Islam ini untuk dirinya sendiri dan setiap manusia, setiap waktu dan tempat. Moralitas ini tetap dan tidak berubah sesuai dengan nafsu dan keinginan manusia.
Jika seseorang merenungkan teks-teks Al-Qur'an dan Hadis, ia akan menemukan rincian yang jelas mengenai akhlak terkait ibadah atau interaksi sosial, seperti berbakti kepada orang tua beserta contohnya, dan sebaliknya, durhaka kepada orang tua serta contoh-contohnya; tentang ghibah (menggunjing), sifatnya, hukumnya, dan apa yang dikecualikan darinya; begitu juga tentang kebohongan, berbagai kondisi kebohongan, apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang; penipuan dalam transaksi keuangan, gambaran dan hukum-hukumnya, dan sebagainya
Jika seseorang merenungkan teks-teks Al-Qur'an dan Hadis, ia akan menemukan rincian yang jelas tentang moral yang berkaitan dengan ibadah atau interaksi sosial, seperti bakti kepada orang tua dan teladan, dan sebaliknya, ketidaktaatan kepada orang tua dan teladan; tentang ghibah (bergosip), sifatnya, hukumnya, dan apa yang dikecualikan darinya; hal yang sama berlaku untuk kebohongan, berbagai kondisi kebohongan, apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang; Penipuan dalam transaksi keuangan, deskripsi dan hukumnya, dan sebagainya.
Ketiga: Kecakupan Akhlak
Sistem etika dalam Islam adalah sistem kehidupan; akhlak yang mengatur hubungan hamba dengan Tuhan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta akhlak yang mengatur hubungan hamba dengan sesama manusia, baik mereka Muslim maupun non-Muslim. Ada akhlak yang mengatur hubungan dalam keluarga dan masyarakat, akhlak yang mengatur hubungan keuangan, akhlak yang mengatur hubungan politik antara negara, dan seterusnya. Selain itu, ada pula akhlak yang mengatur hubungan hamba dengan seluruh makhluk Allah selain manusia, seperti hewan, jin, malaikat, dan benda-benda mati
Ketiga: Cakupan MoralSistem etika dalam Islam adalah sistem kehidupan; Akhlak yang mengatur hubungan antara hamba dengan Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan moralitas yang mengatur hubungan antara hamba dan sesama manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. Ada moral yang mengatur hubungan dalam keluarga dan masyarakat, moral yang mengatur hubungan keuangan, moral yang mengatur hubungan politik antar negara, dan sebagainya. Selain itu, ada juga akhlak yang mengatur hubungan hamba dengan semua makhluk Allah selain manusia, seperti hewan, jin malaikat, dan benda mati.
Rukun-Rukun Akhlak
Pilar Moral
Kata Al-‘Allamah Ibn Qayyim rahimahullah: "[Husnu al-Khuluq (akhlak yang baik) didirikan atas empat rukun yang tidak dapat berdiri tegak kecuali dengan rukun-rukun ini; sabar, iffah (menjaga diri), keberanian, dan keadilan]." Sedangkan menurut Ibn Miskawayh, hikmah menggantikan sabar.
Keempat akhlak ini dianggap sebagai rukun-rukun akhlak karena akhlak-akhlak lainnya termasuk dalamnya, dan mereka menjadi penyebab serta berpengaruh terhadapnya
Al-'Allamah Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "[Husnu al-Khuluq (akhlak yang baik) didirikan di atas empat rukun yang tidak dapat berdiri tegak kecuali dengan pilar-pilar ini; kesabaran, iffah (pelestarian diri), keberanian, dan keadilan." Sementara itu, menurut Ibnu Miskawayh, kebijaksanaan menggantikan kesabaran Keempat akhlak ini dianggap sebagai pilar moralitas karena ada moral lain di dalamnya, dan mereka adalah penyebab dan pengaruhnya.
Rukun Pertama: Sabar
Sabar secara bahasa: Menahan.
Pilar Pertama: KesabaranKesabarandalambahasa: Pengekangan.
Sabar secara istilah: Menahan diri untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga tidak meninggalkannya, menahan diri dari melakukan maksiat kepada Allah sehingga tidak mendekatinya, serta menahan diri terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga tidak bersedih atau marah terhadapnya
Kesabaran dalam istilah: Menahan diri dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar tidak meninggalkannya, menahan diri dari melakukan perbuatan amoral terhadap Allah agar tidak mendekatinya, dan menahan diri dari takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala agar tidak sedih atau marah kepadanya.
Sabar memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah ia merupakan salah satu kedudukan tertinggi dalam iman. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan sabar dalam Al-Qur'an sekitar sembilan puluh kali; terkadang Allah memerintahkan untuk bersabar, terkadang memuji orang-orang yang bersabar, terkadang memerintahkan Nabi ﷺ untuk memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar, dan terkadang menjadikannya sebagai syarat untuk memperoleh kemenangan dan kecukupan. Allah juga menyatakan bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar dan memuji sabar pada hamba-hamba-Nya yang terbaik di antara makhluk-Nya, yaitu para nabi dan rasul-Nya. Di antaranya Allah berfirman:
{فَصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا} [QS. Al-Ahqaf: 35]
Kesabaran memilikibanyakkebajikan, di antaranya adalahbahwa ituadalah salah satu posisi tertinggidalamiman. Allah SubhanahuwaTa'alamenyebutkankesabarandalam Al-Qur'an sekitarsembilan puluh kali; kadang-kadang Allah memerintahkankesabaran, kadang-kadangmemuji mereka yang sabar, kadang-kadang memerintahkan Nabi صلى الله عليه وسلمuntukmemberikankabarbaikkepada mereka yang sabar, dan kadang-kadangmenjadikannyasyaratuntukmendapatkankemenangan dan kecukupan. Tuhan juga menyatakanbahwa Dia bersama mereka yang sabar dan memuji hamba-hamba-Nya karena menjadi yang terbaik di antara makhluk-Nya, yaitu para nabi dan rasul-Nya . Di antara mereka, Allah berfirman {فَصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا} [QS. Al-Ahqaf: 35]
Dan Allah berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ} [QS. Al-Baqarah: 155]
Dan Allah berfirman{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ} [QS. Al-Baqarah: 155]
Dan sabar adalah salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya, dan merupakan salah satu karunia yang paling luas.
Dan kesabaranadalah salah satu karunia terbesar yang Allah SubhanahuwaTa'alaberikan kepada hamba-hamba-Nya, dan itu adalah salah satu karunia yang paling luas.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri , dari Nabi ﷺ, beliau bersabda
Dari Abu Sa'id Al-Khudri , dari Nabi صلى الله عليه وسلم, diaberkata::
"...Barang siapa yang bersabar, Allah akan memberinya kesabaran, dan tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar."
"... Siapa pun yang sabar, Tuhan akanmemberinyakesabaran, dan tidak ada karunia yang lebih baik dan lebih luas daripadakesabaran."
Barang siapa yang berusaha untuk bersabar dan melatih dirinya untuk bersabar, Allah akan memberinya kesabaran, menguatkannya, dan memberinya kemampuan untuk mengendalikan dirinya sehingga dapat menerima segala ujian dengan lapang dada. Ketika itu, Allah akan bersama dengan orang tersebut, dan siapa pun yang Allah bersama-Nya, pasti akan meraih tujuannya dan mendapatkan apa yang diinginkannya
Siapa pun yang berusaha untuk bersabar dan melatih dirinya untuk bersabar, Tuhan akan memberinya kesabaran, menguatkannya, dan memberinya kemampuan untuk mengendalikan dirinya sendiri sehingga dia dapat menerima semua ujian dengan tangan terbuka. Pada saat itu, Tuhan akan menyertai orang itu, dan siapa pun Tuhan bersama-Nya, pasti akan mencapai tujuannya dan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dan sabar ada tiga jenis, yaitu:
Dan kesabaranadatigajenis, yaitu:
Pertama: Sabar dari maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu menahan diri untuk tidak melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan berjuang melawan hawa nafsu yang cenderung pada kejahatan. Rasulullah ﷺ bersabda
Retry
Reason
:
"Seorang pejuang (mujahid) adalah orang yang berjuang melawan dirinya sendiri untuk Allah."
Retry
Reason
Selain itu, juga dengan berjuang melawan godaan setan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنفَوْا مِنَ الْأَرْضِ} [QS. Fathir: 6]
Retry
Reason
Dan berhati-hatilah dari teman yang buruk dan menjauhinya, seperti yang Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan:
{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ} [QS. Al-Kahf: 28]
Dan waspadalahterhadap sahabat yang buruk dan menjauhlah dari mereka, seperti yang dikatakan Allah SubhanahuwaTa'ala{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْ بِالْ غَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ} [QS. Al-Kahf: 28]
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{وَإِذَا رَءَاَكِ الَّذِينَ أَمَنُوا فَذُوقُوا بِمَا قَدَّمْتُمْ} [QS. Al-An'am: 68]
Dan Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman {وَإِذَا رَءَاَكِ الَّذِينَ أَمَنُوا فَذُوقُوا بِمَا قَدَّمْتُمْ} [QS. Al-An'am: 68]
Dan sebab-sebab yang membantu untuk sabar dari maksiat adalah sebagai berikut:
Dan sebab-sebab yang membantubersabardariamoralitasadalahsebagai berikut:
Sebab pertama: Pengetahuan hamba tentang keburukan maksiat, dan bahwa Allah mengharamkannya untuk menjaga dan melindungi hamba-Nya, sebagaimana seorang ayah yang penyayang melindungi anaknya dari bahaya
Penyebab pertama: pengetahuan hamba tentang kejahatan, dan bahwa Allah melarangnya untuk menjaga dan melindungi hambanya, seperti seorang ayah yang penuh kasih melindungi anaknya dari bahaya.
Sebab kedua: Rasa malu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena hamba yang tahu bahwa Allah selalu mengawasinya, bahwa Allah melihat dan mendengar segala perbuatannya, maka ia akan merasa malu kepada Allah untuk terlibat dalam perbuatan yang dimurkai-Nya.
Penyebab kedua: MaluAllah SubhanahuwaTa'ala, karena hamba yang mengetahuibahwa Allah selalumenjaganya, bahwa Allah melihat dan mendengarsegalaamalnya, makadiaakan merasamalukepada Allah karenaterlibatdalamperbuatan murka-Nya.
Sebab ketiga: Memperhatikan nikmat dan kebaikan yang diberikan Allah kepadanya. Sesungguhnya dosa-dosa akan memakan nikmat-nikmat seperti api yang memakan kayu bakar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ} [QS. Ar-Ra'd: 11].
Alasanketiga: Memperhatikan nikmat dan kebaikan yang telah Allah berikan kepadanyaSesungguhnya dosa akanmemakan berkah sepertiapi yang memakankayu bakar. Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ} [QS. Ar-Ra'd: 11].
Sebab keempat: Takut kepada Allah dan takut akan siksa-Nya. Salah satu doa Nabi ﷺ adalah:
"اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تُحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ"
Alasan keempat: Takutkepada Allah dan takutakan azab-Nya. Salah satu doa Nabi صلى الله عليه وسلمadalah "اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تُحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ"
("Ya Allah, berikanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami dari melakukan maksiat kepada-Mu.")
("Ya Allah, berikanlah kami takut akan Engkau yang dapat mencegah kami melakukanperbuatan amoralitasterhadap-Mu.")
Sebab kelima: Pengetahuan tentang buruknya akibat dari perbuatan maksiat, dan jelek dampaknya. Di antaranya adalah hati yang sempit dan gelisah, serta tercapnya noda dan kekerasan pada hati. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{كَلا بَل رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكسِبُونَ} [QS. Al-Mutaffifin: 14].
Selain itu, setiap dosa akan mendatangkan dosa lain. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf: "Sesungguhnya balasan dari kebajikan adalah kebajikan setelahnya, dan balasan dari keburukan adalah keburukan setelahnya."
Penyebab kelima: Pengetahuantentangkonsekuensiburukdari perbuatan amoral, dan konsekuensi burukdari perbuatan amoral. Diantaranya adalah hati yang sempit dan gelisah, sertanoda dan kekerasan di hati. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman{كَلا بَل رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكسِبُونَ} [QS. Al-Mutaffifin: 14]. Selain itu, setiap dosa akanmembawa dosa lain. Seperti yang dikatakan beberapa salaf: "Sesungguhnya, balasankebajikanadalahkebajikansetelahnya, dan balasankejahatanadalah kejahatansetelahnya."
Sebab keenam: Terbatasnya harapan hidup, dan kemungkinan seseorang akan menemui ajalnya dalam keadaan berbuat maksiat, lalu ia akan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam keadaan tersebut dan ditutup dengan akhir yang buruk
Penyebab keenam: Harapan hidup terbatas, dan kemungkinan seseorang akan menemui ajalnya dalam keadaan melakukan perbuatan amoral, maka ia akan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam keadaan itu dan berakhir dengan akhir yang buruk.
Kedua: Sabar dalam Menjalankan Ketaatan kepada Allah Ta'ala
Kedua: Kesabaran dalamMenjalankanKetaatankepada Allah Ta'ala
Sabar dalam ketaatan adalah dengan menjaga ketaatan tersebut secara terus-menerus, merawatnya dengan keikhlasan, serta memperbaikinya dengan ilmu. Karena ada ibadah yang terasa berat bagi tubuh akibat usaha dan kelelahan, seperti haji. Beberapa ibadah terasa berat karena sifat kikir, seperti zakat dan sedekah. Ada pula yang terasa berat karena kesulitan dalam menjaga waktu, seperti shalat. Ditambah lagi, seorang hamba harus memperhatikan niat dan tujuannya, keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Ta'ala, serta memperoleh ilmu yang dapat memastikan pelaksanaan ibadahnya sesuai dengan syariat. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman
Kesabaran dalam ketaatan adalah dengan mempertahankan ketaatan itu secara terus-menerus, merawatnya dengan ketulusan, dan meningkatkannya dengan pengetahuan. Karena ada ibadah yang terasa berat pada tubuh karena usaha dan kelelahan, seperti haji. Beberapa ibadah terasa berat karena kekikiran, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang merasa berat karena kesulitan dalam menjaga waktu, seperti doa. Selain itu, seorang hamba harus memperhatikan maksud dan tujuannya, keikhlasan dalam menyembah Allah Ta'ala, dan memperoleh ilmu yang dapat menjamin pelaksanaan ibadahnya sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman::
{وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَىٰ الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا} [QS. Al-Furqan: 63]
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka dengan kata-kata yang tidak baik, mereka mengucapkan salam." (QS. Al-Furqan: 63)
{وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَىٰ الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا} [QS. Al-Furqan: 63]"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayangadalah mereka yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan ketika orang-orang bodoh menyambut merekadengan kata-kata yang tidak baik, merekaberkataSalam." (QS. Al-Furqan: 63)
Sedangkan "al-‘isṭibār" adalah berusaha lebih keras dalam kesabaran sehingga dapat memenuhi dan menyelesaikan seluruh hal tersebut dengan sempurna
Sedangkan "al-'isṭibār" adalah berusaha lebih keras dalam kesabaran agar dapat memenuhi dan menyelesaikan semua hal ini dengan sempurna.
Di antara sebab-sebab yang kuat yang membantu untuk sabar dalam ketaatan kepada Allah adalah iman. "Jika api iman menyala dengan kuat dalam hati, menyinari seluruh penjuru jiwanya, dan sinarnya menyebar ke seluruh anggota tubuh, maka cahaya tersebut menyentuh dan menyinari tubuhnya, sehingga tubuhnya cepat merespons panggilan iman dan patuh kepadanya. Ia menjadi rela, tidak merasa terbebani, bahkan senang dan gembira saat dipanggil untuk beribadah, sebagaimana seseorang merasa senang saat dipanggil oleh orang yang sangat disayanginya ke tempat kehormatannya. Ia selalu menantikan panggilan-Nya, siap menyambutnya kapan saja."
Di antara alasan kuat yang membantukita untuk bersabardalamketaatankepada Allah adalahiman. "Jika apiimanmenyalakuatdidalam hati, menerangi seluruh sudutjiwanya, dan sinarnyamenyebarkesemuaanggota tubuh, makacahayaitumenyentuh dan bersinartubuhnya, sehinggatubuhnyadengan cepatmenanggapi panggilaniman dan menaati-Nya. Diamenjadirela, tidakmerasaterbebani, bahkanbahagia dan bersukacitaketikadipanggiluntukberibadah, sama sepertiseseorangmerasabahagiaketika dipanggil oleh orang tersayangnya untuktempat kehormatannya. Diaselalumenunggu panggilan-Nya, siapmenyambutnyakapan saja."
Allah memilih siapa saja yang Dia kehendaki untuk memperoleh rahmat-Nya, dan Allah adalah pemilik karunia yang agung.
Tuhan memilih siapa pun yang Dia kehendaki untuk menerima kasih karunia-Nya, dan Tuhan adalah pemilik karunia besar.
Doa juga merupakan salah satu sebab yang membantu untuk sabar dalam ketaatan kepada Allah. Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan kepada Mu'az dan umatnya, dengan sabdanya
Doa juga merupakan salah satu alasan yang membantu untuk bersabar dalam ketaatan kepada Tuhan. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengajarkan Mu'az dan umatnya, dengan kata-katanya:
"يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ"
Kemudian beliau ﷺ berkata: "أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ"
"Wahai Mu'az, demi Allah, aku sangat mencintaimu. Demi Allah, aku sangat mencintaimu,"
Kemudian beliau ﷺ berkata: "Aku berwasiat kepadamu, wahai Mu'az, agar janganlah kamu meninggalkan doa ini setelah setiap shalat:
"يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ"Kemudiandiaصلى الله عليه وسلمberkata: "أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَ عَ َنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ"O Mu'az, demi Allah, aku sangat mencintaimu. Demi Allah, aku sangat mencintaimu," laludiaصلى الله عليه وسلمberkata: "Aku mewariskankepadamu, wahai Mu'az, agar kamu tidakmeninggalkanshalatinisetelahsetiap shalat.
'Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika' (Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu)."
'Allahummaa'inni 'ala dzikrikawasyukrikawahusniibadatika' (Ya Allah, tolonglahakuuntuk selalumengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan menyembah-Mudengan baik)."
Selain itu, mengetahui apa yang akan didapatkan dari ketaatan, baik akibat-akibat baik di dunia maupun di akhirat, juga merupakan sebab yang memperkuat sabar dalam ketaatan
Selain itu, mengetahui apa yang akan diperoleh dari ketaatan, baik konsekuensinya baik di dunia maupun di akhirat, juga menjadi penyebab yang memperkuat kesabaran dalam ketaatan.
Ketiga: Sabar atas Takdir Allah yang Menyakitkan
Ketiga: Kesabaran dengan Takdir Tuhan yang Menyakitkan
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
(Surah Al-Baqarah: 155-157)
Ayat ini menjelaskan bahwa segala bentuk ujian dan cobaan merupakan bagian dari takdir Allah yang harus dihadapi dengan kesabaran. Orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang besar dan kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Ayat ini menjelaskanbahwasegalabentukpencobaan dan pencobaanadalahbagian dari takdir Tuhan yang harus dihadapidengan kesabaran. Mereka yang sabarakanmenerima pahala besar dan kedudukan yang mulia di hadapan Tuhan.
Ada empat sikap yang mungkin diambil oleh seseorang dalam menghadapi takdir yang menyakitkan
Ada empat sikap yang mungkin diambil seseorang dalam menghadapi nasib yang menyakitkan:
Sikap Pertama: Mengeluh atau marah baik dengan hati, lisan, atau anggota tubuhnya. Mengeluh dengan hati berarti memiliki perasaan marah dan ketidakpuasan terhadap takdir Allah, yang bisa berakibat pada kerusakan iman. Mengeluh dengan lisan adalah mengucapkan kata-kata yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir Allah, seperti mencela atau meratapi keadaan. Sedangkan mengeluh dengan tubuh bisa berupa tindakan seperti memukul wajah, mencabik-cabik pakaian, atau merusak diri sendiri
Sikap Pertama: Mengeluh atau marah dengan hati, mulut, atau anggota badan Mengeluh dengan hati berarti memiliki perasaan marah dan tidak puas dengan takdir Tuhan, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada iman. Mengeluh secara verbal adalah mengucapkan kata-kata yang menunjukkan ketidakpuasan dengan takdir Tuhan, seperti mencela atau meratapi situasinya. Sementara itu, mengeluh dengan tubuh bisa berupa tindakan seperti memukul wajah, merobek pakaian, atau menyakiti diri sendiri.
Sikap Kedua: Sabar atas cobaan, meskipun seseorang merasa berat dan tidak menyukai ujian tersebut, namun ia berusaha menahan diri untuk tidak mengeluh atau marah terhadap takdir Allah.
SikapKedua: Kesabaran denganujian, meskipunseseorangmerasaberat dan tidakmenyukai ujian, tetapidia berusaha untuktidakmengeluhataumarahdengan takdir Tuhan.
Sikap Ketiga: Ridha, yaitu menerima takdir Allah dengan lapang dada dan merasa tenang meskipun mengalami kesulitan. Sikap ini mencerminkan penerimaan sepenuhnya terhadap takdir Allah seolah-olah tidak ada yang menyakitkan
Sikap Ketiga: Ridha, yaitu menerima takdir Allah dengan tangan terbuka dan merasa tenang meskipun mengalami kesulitan. Sikap ini mencerminkan penerimaan penuh akan takdir Tuhan seolah-olah tidak ada yang menyakitkan.
Sikap Keempat: Bersyukur, yaitu mengucapkan terima kasih kepada Allah atas ujian tersebut, karena ia tahu bahwa di balik setiap ujian terdapat pahala yang besar dan keutamaan yang Allah siapkan. Rasulullah ﷺ berkata
Sikap Keempat: Syukur, yaitu bersyukur kepada Allah atas ujian karena dia tahu bahwa di balik setiap ujian ada pahala dan kebajikan yang besar yang telah Tuhan persiapkan. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
"الحمد لله على كل حال"
"الحمد لله على كل حال"
(Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu memuji Allah dalam segala keadaan.)
(Hadits ini mengajarkankitauntukselalumemuji Allah dalamsegala keadaan.)
Dan dari jenis ini adalah sabar terhadap gangguan dari orang lain; bergaul dengan mereka untuk berdakwah kepada Allah dan memberi pendidikan serta arahan memerlukan kesabaran dan ketabahan. Hal ini dapat kita temukan dalam petunjuk-petunjuk Al-Qur'an yang mulia. Nabi ﷺ bersabda
Dan dari jenis ini adalah kesabaran dengan campur tangan dari orang lain; Bergaul dengan mereka untuk berkhotbah kepada Allah dan memberikan pendidikan dan pengajaran membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Kita dapat menemukan ini dalam instruksi mulia dari Al-Qur'an. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
"المسلمُ إذا كانَ مُخالطًا النَّاسَ ويصبرُ على أذاهُم خيرٌ من المسلمِ الذي لا يُخالطُ النَّاسَ ولا يصبرُ على أذاهُم."
(HR. At-Tirmidzi)
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Artinya:
"Seorang Muslim yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan-gangguan mereka lebih baik daripada seorang Muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan-gangguan mereka."
Artinya: "Seorang Muslim yang bergaul denganmanusia dan bersabardengangangguanmereka lebih baikdaripada seorang Muslim yang tidakbergauldenganmanusia dan tidak sabardengangangguanmereka."
Yang dapat membantu dalam kesabaran menghadapi cobaan adalah sebagai berikut:
Mereka yang dapatmembantudalamkesabaranmenghadapipencobaanadalahsebagai berikut:
Pertama: Mengetahui dan mengingat balasan serta pahala sabar dalam menghadapi musibah, di antaranya:
Pertama: Mengetahui dan mengingat pahaladanpahala kesabarandalammenghadapibencana, antara lain:
Pahala kebaikan yang tak terhitung:
Imbalan kebaikan yang tak terukur:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا يُؤْمِنُونَ بِالْبَيِّنَاتِ وَإِنَّمَا يَحْسَبُونَ بِالْمَحْسِنِينَ}** [QS. Az-Zumar:10]
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanya percaya kepada bukti yang jelas, dan mereka hanya menganggap dirinya sebagai orang yang baik." (QS. Az-Zumar: 10)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا يُؤْمِنُونَ بِالْبَيِّنَاتِ وَإِنَّمَا يَحْسَبُونَ بِالْمَحْسِنِينَ}** [QS. Az-Zumar:10] Artinya: "Sesungguhnya orang-orang berimanhanya percaya pada bukti yang jelas, dan merekahanyamenganggapdiri merekasebagai orang baik." (QS. Az-Zumar: 10)
Meraih pertolongan, bantuan, dan perlindungan Allah:
Carilah pertolongan, pertolongan, dan perlindungan Tuhan:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ مَعَكُمْ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيُدْنِكُمُ وَيُجْبِرُهُمْ إِلَّا فِي الْبَاطِلِ﴾** [QS. Al-Baqarah:153]
Artinya: "Sesungguhnya Allah bersama kalian jika kalian bersabar dan bertakwa, serta memberi kemenangan kepada kalian atas musuh-musuh kalian." (QS. Al-Baqarah: 153)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ مَعَكُمْ إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيُدْنِكُمُ وَيُجْبِرُهُمْ إِلَّا فِي الْبَاطِلِ﴾** [QS. Al-Baqarah:153] Artinya: "Sesungguhnya Allah menyertai kamu jika kamu sabar dan saleh, danakan memberimu kemenangan atas musuhmu." (QS. Al-Baqarah: 153)
Mendapatkan cinta Allah:
Mendapatkankasih Tuhan:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا تَوْجُودَ هِبَتٍ مِنَ اللَّهِ ۚ﴾** [QS. Al-‘Imran:146]
Artinya: "Sesungguhnya itu adalah karunia dan pemberian dari Allah." (QS. Al-‘Imran: 146)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا تَوْجُودَ هِبَتٍ مِنَ اللَّهِ ۚ﴾** [QS. Al-'Imran:146] Artinya: "Sesungguhnya ituadalah karunia dan karuniadari Allah." (QS. Al-'Imran: 146)
Turunnya rahmat Allah kepada orang yang sabar:
Turunnya rahmat Allah kepada pasien:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا﴾** [QS. Al-Baqarah:155-157]
Artinya: "Kami pasti akan menguji kalian dengan sesuatu yang membuat kalian merasa susah, tetapi sabar adalah cara untuk mendapat pahala dan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا﴾** [QS. Al-Baqarah:155-157] Artinya: "Kami pasti akan menguji Anda dengansesuatu yang membuat Anda merasasulittetapikesabaranadalahcarauntukmendapatkanpahala dan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Dosa-dosa diampuni dan dihapuskan:
Dosa-dosa diampuni dan dihapuskan:
Dari Aisyah R.A. berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak ada musibah yang menimpa seorang Muslim, melainkan Allah menghapuskan dosanya, bahkan sampai duri yang menusuknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Aisha RA, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "Tidak ada malapetaka yang menimpaseorang Muslim, tetapi Allah menanggungdosa-dosanya, bahkansampai ke duri yang menusuknya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Mengharapkan ganti dan imbalan dari Allah:
Mengharapkanbalasan dan pahaladari Tuhan:
Dari Ummu Salamah, istri Nabi ﷺ, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: 'Tidak ada seorang hamba yang tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan: 'Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un' (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali), lalu ia berdoa: 'Ya Allah, berikan aku pahala dalam musibahku dan gantikan dengan yang lebih baik, kecuali Allah memberi pahala atas musibahnya dan mengganti dengan yang lebih baik'."
Ummu Salamah melanjutkan: "Ketika Abu Salamah meninggal, aku mengucapkan doa tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, dan Allah menggantikan dengan yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah ﷺ." (HR. Muslim)
Dari Umm Salamah, istri Nabi صلى الله عليه وسلم, diaberkata: "Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda: 'Tidak ada hamba yang menderita malapetaka, dandiaberkata: 'Inna Lillahiwa Inna IlaihiRaji'un' (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami kembali kepada-Nya ), dan diaberdoa: 'Ya Allah, berpulanglahkepadakudalammalapetaka saya dan gantilah dengan yang lebih baik, kecuali Allah membalasmalapetakanya dan menggantinya dengan yang lebih baik.'"Umm Salamah melanjutkan: "Ketika Abu Salamah wafat, akumengucapkanshalatseperti yang diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dan Allah menggantinyadengan yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Nabi صلى الله عليه وسلم." (HR. Muslim)
Kedua: Beriman kepada takdir:
Bahwa Allah telah menetapkan takdir makhluk-Nya dalam Lauh al-Mahfuzh (Al-Qalam), dan Allah mengetahui segala takdir sebelum makhluk-Nya diciptakan, dan itu pasti terjadi. Allah berfirman
Kedua: Percayapadatakdir: Bahwa Allah telahmenentukan takdir makhluk-Nya di Lauh al-Mahfuzh (Al-Qalam), dan bahwa Allah mengetahuisemuatakdir makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan, dan itu pastiterjadi. Tuhan berfirman,:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ لَا يُصِيبُنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا﴾} [QS. At-Tawbah:51]
Artinya: "Katakanlah: Tidak ada yang menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tentukan untuk kami." (QS. At-Tawbah: 51)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ لَا يُصِيبُنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا﴾} [QS. At-Tawbah:51] Artinya : "Katakanlah: Tidak ada yang akan menimpa kami kecualiapa yang telah ditetapkan Allah bagi kami." (QS. At-Tawbah: 51)
Ketiga: Mengetahui bahwa musibah yang terjadi adalah pilihan terbaik dari Allah:
Ketiga: Mengetahuibahwa malapetaka yang terjadiadalah pilihan terbaik Tuhan :
Allah memilih musibah ini untuk hamba-Nya karena rahmat dan hikmah-Nya. Allah tidak membebani hamba-Nya kecuali dengan apa yang mampu ditanggungnya, sebagaimana Allah berfirman
Allah memilihmalapetakainibagi hamba-hamba-Nya karena rahmat dan hikmat-Nya. Allah tidakmembebani hamba-Nya kecualidengan apa yang dapat ditanggungnya, seperti yang Allah katakan.:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا﴾} [QS. Al-Baqarah:286]
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya." (QS. Al-Baqarah: 286)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا﴾} [QS. Al-Baqarah:286] Artinya: "Allah tidakmembebaniseseorangtetapisesuai dengankemampuannya." (QS. Al-Baqarah: 286)
Keempat: Mengevaluasi diri:
Terkadang musibah adalah akibat dari dosa yang telah kita lakukan. Allah berfirman
Keempat: Evaluasidiri Anda: Terkadangbencanaadalahhasildari dosa-dosa yang telah kita lakukan. Tuhan berfirman,:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا أَصَابَكُم مِن مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ﴾} [QS. Asy-Syura:30]
Artinya: "Apa yang menimpa kalian berupa musibah, itu adalah akibat dari perbuatan tangan kalian sendiri." (QS. Asy-Syura: 30)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا أَصَابَكُم مِن مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ﴾} [QS. Asy-Syura:30] Artinya: "Apa yang menimpamu dalam bentukmalapetaka, itu adalahhasildari perbuatan tanganmu sendiri." (QS. Asy-Syura: 30)
Kelima: Merenungkan rahmat dan anugerah Allah yang telah diberikan dalam musibah ini:
Berapa banyak rahmat Allah yang datang bersama musibah ini, berapa banyak kebaikan yang Allah berikan dan berapa banyak keburukan yang dijauhkan dari kita. Allah berfirman
Kelima: Merenungkan rahmat dan rahmat Allah yang telahdiberikandalam malapetaka ini: Berapabanyak rahmat Allah yang datangdengan malapetaka ini, berapa banyakkebaikan yang telah Allah berikan dan betapabanyakkejahatan yang dijauhkandarikita. Tuhan berfirman,:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَحَسْبُكُمْ اللّهُ وَهُوَ أَحْسَنُ الرَّاحِمِينَ﴾} [QS. Al-Baqarah:216]
Artinya: "Dan cukuplah Allah menjadi penolong bagi kalian, dan Dialah sebaik-baik yang memberikan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 216)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَحَسْبُكُمْ اللّهُ وَهُوَ أَحْسَنُ الرَّاحِمِينَ﴾} [QS. Al-Baqarah:216] Artinya: "Dan cukuplah Allah menjadi penolongbagimu, dan Dialahyang terbaik yang memberikan rahmat." (QS. Al-Baqarah: 216)
Keenam: Mengetahui bahwa musibah adalah ujian dan cobaan dari Allah:
Keenam: Mengetahuibahwamalapetakaadalah ujian dan ujiandari Allah:
Allah berfirman
Tuhan berfirman,:
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ﴾} [QS. Muhammad:31]
Artinya: "Dan Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Muhammad: 31)
{قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ﴾} [QS. Muhammad:31] Artinya: "Dan Kami akanmenguji kamu dengansedikitketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada mereka yang sabar." (QS. Muhammad: 31)
Barang siapa yang sabar akan berhasil dan beruntung, sementara orang yang marah dan tidak sabar akan gagal dan rugi.
Siapa pun yang sabarakanberhasil dan beruntung, sedangkan mereka yang marah dan tidak sabarakangagal dan kalah.
Dan rasul yang mulia, Yusuf AS, menemukan tiga jenis kesabaran. Ia sabar terhadap takdir Allah ketika dilemparkan ke dalam sumur dan ketika dipenjarakan selama beberapa tahun.
Ia sabar dalam ketaatan kepada Allah, meskipun berada di penjara, ia tetap menyembah Allah dan menyeru kepada-Nya untuk beribadah dan mentauhidkan-Nya.
Ia juga sabar untuk menjauhi kemaksiatan kepada Allah ketika istri Al-Aziz mengajaknya untuk berzina, namun ia menahan diri dan menolak.
Akhirnya, ia mendapat balasan yang baik di dunia dan akhirat
Dan rasul yang mulia, Joseph AS, menemukan tiga jenis kesabaran. Dia bersabar dengan takdir Allah ketika dia dilemparkan ke dalam sumur dan ketika dia dipenjara selama beberapa tahunDia sabar dalam ketaatan kepada Allah, meskipun dia berada di penjara, dia tetap menyembah Allah dan memanggil-Nya untuk beribadah dan menyembah-Nya.Dia juga sabar untuk menjauh dari ketidaktaatan kepada Allah ketika istri Al-Aziz mengajaknya untuk berzina, tetapi dia menahan diri dan menolakAkhirnya, dia menerima pahala yang baik di dunia dan akhirat..
Akhlak yang termasuk dalam akhlak kesabaran:
Moral yang termasukdalam moralitaskesabaran:
Kesabaran dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan disebut istiqamah (keteguhan)
Kesabaran dalam ketaatan dan menjauhi ketidaktaatan disebut istiqamah (ketabahan).
Kesabaran dalam menahan hawa nafsu perut dan kemaluan disebut iffah (kesucian)
Kesabaran dalam menahan nafsu perut dan alat kelamin disebut iffah (kesucian).
Kesabaran dalam berperang disebut syaja’ah (keberanian)
Kesabaran dalam perang disebut syah'ah (keberanian).
Kesabaran dalam menahan amarah disebut hilm (kelembutan hati)
Kesabaran dalam menahan kemarahan disebut hilm (kelembutan hati).
Kesabaran dalam menyembunyikan urusan disebut kamtan as-sirri (menyembunyikan rahasia).
Kesabaran dalam meninggalkan hal-hal yang berlebihan dalam hidup disebut zuhd (kesederhanaan).
Kesabaran dalam menerima sedikit dari dunia disebut qana’ah (keridhaan)
Kesabaran dalam menerima sedikit dari dunia disebut qana'ah (kesenangan).
Dengan demikian, sebagian besar akhlak Islam terkandung dalam sifat kesabaran. Dan memperoleh sifat sabar akan membawa seseorang untuk memperoleh banyak akhlak mulia lainnya
Dengan demikian, sebagian besar moral Islam terkandung dalam sifat kesabaran. Dan memperoleh kesabaran akan menuntun seseorang untuk memperoleh banyak moral mulia lainnya.
Rukun Kedua: Al-‘Iffah (Kesucian)
Pilar Kedua: Al-'Iffah (Kemurnian)
Al-‘Iffah adalah menjaga diri dari keburukan dan tindakan tercela, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ia mencakup penjagaan terhadap kehormatan dan harta. Jenis pertama ini adalah yang dimaksud dengan al-‘Iffah secara umum
Al-'Iffah adalah menjaga diri dari perbuatan jahat dan keji, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ini termasuk menjaga kehormatan dan properti. Tipe pertama inilah yang dimaksud dengan al-'Iffah secara umum.
Jenis pertama: Al-‘Iffah dalam menjaga kehormatan (kehormatan diri):
Tipe pertama: Al-'Iffah dalam menjagakehormatan (self-honor):
Jika Anda ingin melihat keindahan sifat ini yang tampak dalam suatu masyarakat, perhatikanlah masyarakat yang dibentuk oleh Nabi ﷺ, masyarakat yang dipenuhi dengan kesucian dan al-‘Iffah, mulai dari Nabi Muhammad ﷺ sendiri hingga sahabat mulia yang terbakar oleh api kemaksiatan ketika langkahnya tergelincir, lalu datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: "Tahirkanlah aku!"
Jika Anda inginmelihatkeindahan sifat ini dalam sebuah masyarakat, lihatlah masyarakat yang dibentuk oleh Nabi صلى الله عليه وسلم, sebuah masyarakat yang dipenuhidengankesucian dan al-'Iffah, dimulaidari Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلمsendirisampai sahabat mulia yang terbakar oleh api ketidaktaatanketikalangkahnyatergelincir, kemudianmendatangi Nabi صلى الله عليه وسلم dan berkata: "Bersihkanlahaku!"
Dan juga seorang sahabat wanita yang digoda oleh setan, lalu dia datang kepada Nabi ﷺ dengan menangis karena panasnya dosa, berteriak: "Tahirkanlah aku, tahirkanlah aku!" Nabi ﷺ memberinya waktu sampai dia melahirkan dan menyusui anaknya hingga selesai menyusui, kemudian ia datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa potongan roti untuk anaknya, dan Nabi ﷺ tidak menolaknya
Dan juga seorang sahabat perempuan yang dicobai oleh Iblis, kemudian dia datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم menangis karena panasnya dosa, berseru: "Bersihkanlah aku, bersihkan aku!" Nabi صلى الله عليه وسلم memberinya waktu sampai dia melahirkan dan menyusui anaknya sampai dia selesai menyusui kemudian dia datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dengan sepotong roti untuk anaknya, dan Nabi صلى الله عليه وسلم tidak menolak.
Inilah al-‘Iffah dan kesucian yang membuat Nabi ﷺ mengatakan bahwa kematian di jalannya adalah syahid, dan mempertahankan kehormatan adalah jihad. Nabi ﷺ bersabda
Inilah al-'Iffah dan kesucian yang membuat Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan bahwa kematian di jalannya adalah syahid, dan mempertahankan kehormatan adalah jihad. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
"مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ"
(HR. Tirmidzi)
"مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وٌ و ٌ و ٌ و ٌ وَ مَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِههِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِِ فَهُوَ شَهِيدٌ"(HR. Tirmidzi)
Menjaga kehormatan dan mencegah kejahatan terhadapnya adalah wasiat terakhir Nabi ﷺ di akhir hayatnya. Dalam khutbah Wada' (khutbah perpisahan) beliau bersabda
Menjaga kehormatan dan mencegah kejahatan terhadapnya adalah kehendak terakhir Nabi صلى الله عليه وسلم di akhir hidupnya. Dalam khotbah Wada' (khotbah perpisahan) dia berkata:
"إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا"
(HR. Bukhari dan Muslim)
"إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَح مٌ كَحمْ حَحمْ كَحمْ كَحمْ كَحمْ حَأَع ْيْكُمْ حَرَامٌ كَحمٌ كَح كَح كَحم ُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا"(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Dan untuk itu, Islam telah menetapkan banyak hukum, serta melarang hal-hal tertentu. Di antara peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
Mendorong pernikahan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ"
"Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu (untuk menikah), hendaknya ia menikah, karena itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak mampu, hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu dapat menundukkan nafsunya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dorongpernikahan. Nabi صلى الله عليه وسلمberkata, "يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لُ ِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ"Wahai pria muda, yang di antara kamu mampu (menikah), harusDiasudah menikah, oleh karena itudia lebihmampumenaklukkantatapan dan lebih mampumempertahankankehormatan. Dan siapa pun yang tidak mampu berpuasa, karenapuasa dapatmenaklukkannafsunya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Dan beliau ﷺ juga berjanji akan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang ingin menikah demi menjaga kehormatan dirinya:
"ثَلاثَةٌ حَقٌ عَلَى اللهِ عَوْنُهُم المجُاهِدُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالمُكَاتِب الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ، والنَّاكِح الَّذِي يُريدُ العَفَافَ"
"Ada tiga orang yang hak bagi Allah untuk menolong mereka: Mujahid di jalan Allah, seorang mukatib (budak yang berusaha membayar harga dirinya), dan seorang yang menikah dengan tujuan menjaga kesucian dirinya." (HR. Tirmidzi)
Dan diaصلى الله عليه وسلم juga berjanjiuntukmemberikanbantuankepadasiapa saja yang inginmenikah untuk menjaga kehormatannya"ثَلاثَةٌ حَقٌ عَلَى اللهِ عَوْنُهُم المجُاهِدُ فِي سَبِ يلِ اللهِ، وَالمُكَاتِب الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ، والنَّاكِح الَّذِي يُريدُ العَفَافَ"" Ada tiga orang yang berhak Allah menolongmereka: Mujahid di jalan Allah, seorang mukatib (seorang budak yang berusaha untuk menghormatinya), dan orang yang menikahdengan tujuanjagalah kesucian-Nya." (SDM. Tirmidzi)
Melarang perbuatan keji dan menetapkan hukum untuknya. Allah berfirman:
"قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بَغْيَ"
(QS. Al-A'raf: 33)
"Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhan-ku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, serta perbuatan dosa, penindasan tanpa hak..."
Melarang tindakan keji dan menetapkanhukumuntuk mereka. Allah berfirman: "قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بَغْيَ" (QS. Al-A'raf: 33) "Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku hanya melarang perbuatan keji, baik yang terlihatmaupun yang tersembunyi, serta perbuatan berdosa, penindasantanpahak..."
Dan hukum bagi pelaku zina yang telah menikah (muzayyad) adalah rajam (dilempari batu hingga mati), sedangkan bagi yang belum menikah adalah cambukan 100 kali. Bagi mereka yang menyimpang dari fitrahnya dan melakukan tindakan yang sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan) atau melakukan perbuatan keji terhadap hewan, maka hukumannya adalah pembunuhan
Dan hukumbagi pezinah yang sudah menikah (muzayyad) adalah rajam (dilempari batu sampaimati), sedangkan untuk orang yang belum menikahadalah 100 cambukan Bagi mereka yang menyimpangdarisifatnya dan melakukan perbuatan sesamajenis (laki-lakikelaki-laki, perempuan keperempuan) ataumelakukanperbuatankejiterhadaphewan, makahukumannyaadalahpembunuhan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"اقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِه"
"Bunuhlah pelaku dan yang diperlakukan." (HR. Abu Dawood)
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "اقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِه""Bunuh pelaku dan yang dirawat." (Diriwayatkan oleh Abu Dawood)
Ini sebagai peringatan bagi mereka dan orang lain, serta untuk melindungi masyarakat dari keburukan mereka
Ini adalah peringatan bagi mereka dan orang lain, serta untuk melindungi masyarakat dari keburukan mereka.
Selain itu bahwa Islam tidak menetapkan hukuman (حدود) kecuali setelah ia meletakkan pembatas-pembatas yang menjaga masyarakat dari kerusakan dan terjerumus dalam keburukan. Apabila suatu masyarakat enggan untuk mengenakan pakaian kesucian dan memilih untuk terjerumus dalam lembah kehinaan, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menurunkan hukuman duniawi sebagai peringatan, agar mereka berhenti dan menahan diri
Selain itu, Islam tidak menetapkan hukuman (حدود) kecuali setelah menempatkan penghalang yang melindungi masyarakat dari korupsi dan jatuh ke dalam kejahatan. Jika suatu masyarakat enggan mengenakan pakaian kesucian dan memilih untuk jatuh ke dalam lembah penghinaan, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menurunkan azab duniawi sebagai peringatan, sehingga mereka berhenti dan menahan diri.
Dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
"وَيَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ خَمْسُ خِصَالٍ إِذَا اُبْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا..."
Dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "وَيَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ خَمْسُ خِصَالٍ خَ ِذَا اُبْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْ تَظّ � هَرِ الفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ ا ا لطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا..."
(HR. Ibn Majah)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Artinya:
" Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara yang apabila kalian diuji dengan perkara-perkara ini, aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya: Tidaklah muncul perbuatan keji dalam suatu kaum hingga mereka secara terbuka mengumumkannya, kecuali akan tersebarlah wabah dan penyakit yang tidak pernah terjadi pada generasi sebelumnya."
"Wahai Muhajirin, ada lima hal yang ketika kamu diuji oleh hal-hal ini Aku berlindung kepada Allah agar kamu tidak mengalaminya: Tidak akan ada perbuatan keji dalam suatu bangsa sampai mereka menyatakannya secara terbuka, kecuali akan ada malapetaka dan penyakit yang tidak pernah terjadi pada generasi sebelumnya."
(HR. Ibnu Majah)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
3. Mendorong untuk Menutup Aurat
3. MendoronguntukmenutupAurah
Dari Jurfah al-Aslami radhiallahu anhu, beliau mengatakan bahwa Nabi ﷺ pernah lewat di dekatnya sementara beliau sedang membuka pahanya, lalu Nabi ﷺ berkata kepadanya
Dari Jurfah al-Aslami radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم pernah lewat saat dia membuka pahanya, dan Nabi صلى الله عليه وسلم berkata kepadanya:
"غَطِّ فَخِذَك فَإِنَّها مِنَ الْعَوْرَة"
"Tutuplah paha kamu, karena itu adalah aurat." (HR. Abu Dawud)
"غَطِّ فَخِذَك فَإِنَّها مِنَ الْعَوْرَة""Tutupi pahamu, karenaituadalahaurat." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Dari Bahz bin Hakim radhiallahu anhu, beliau berkata: "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, aurat kami itu apa yang kami tunjukkan dan apa yang kami tutup?' Rasulullah ﷺ menjawab, 'Jagalah auratmu kecuali dari istri dan budak perempuanmu.' Aku berkata, 'Bagaimana jika kami berada dalam suatu kelompok, dan sebagian kami melihat sebagian lainnya?' Rasulullah ﷺ menjawab, 'Jika kamu mampu agar tidak ada yang melihatnya, maka jangan biarkan ada yang melihat.' Aku berkata, 'Bagaimana jika salah seorang dari kami sedang sendirian?' Rasulullah ﷺ menjawab, 'Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih berhak untuk dihormati dan disegani daripada manusia.'" (HR. Tirmidzi)
Dari Bahz bin Hakim rahimahullah, diaberkata: "Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah aurat kami yang kami tunjukkan dan apa yang kami tutupi?' Rasulullah صلى الله عليه وسلمmenjawab, "Jagalahauratmukecualidari istri dan budakmu." Saya berkata, 'Bagaimanajika kita beradadalamkelompok, dan beberapa dari kita melihatbeberapadari yang lain?' Nabi صلى الله عليه وسلمmenjawab, 'Jika kamumampu sehingga tidak adayang melihatnya, makajanganbiarkansiapa pun melihat.' Saya berkata, 'Bagaimana jika salah satu dari kita sendirian?' Nabi صلى الله عليه وسلمmenjawab, 'Sesungguhnya Allah SubhanahuwaTa'ala lebih layakdihormati dan dihormatidaripadamanusia.'" (SDM. Tirmidzi)
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai rasa malu dan penutupan (aurat). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menyukai rasa malu dan penutupan (aurat). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda::
"إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ..."
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang pemalu lagi menutupi, dan Dia menyukai rasa malu serta penutupan." (HR. Bukhari)
"إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ..." (HR. Bukhari)
"Dan bukan hanya itu, bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengarahkan hamba-Nya bahwa semakin banyak penutupan (aurat) berarti semakin banyak pula ketakwaan, dengan menghubungkan pakaian lahiriah dan pakaian batiniah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-A'raf, ayat 26:
"يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ"
Artinya: "Wahai anak-anak Adam, ambillah perhiasanmu pada setiap masjid dan makanlah serta minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."
Kedua pakaian ini adalah penutup yang saling terkait; yang satu menutupi aurat hati dan jiwa, serta menghiasinya dengan keindahan iman dan rasa malu, sementara yang lain menutupi aurat tubuh dan memperindahnya di hadapan orang lain. Setan tidak berhasil menipu Adam Alaihis Salaam hingga dia durhaka kepada Tuhannya dan memakan buah dari pohon itu, yang menyebabkan auratnya terbuka. Maka, fitnah pertama dari setan terkait dengan pakaian adalah ketika Allah berfirman dalam Surah Al-A'raf, ayat 27:
"يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا"
Artinya: "Wahai anak-anak Adam, janganlah sekali-kali setan menyesatkan kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, dengan melepaskan pakaian mereka, untuk menunjukkan aurat mereka kepada keduanya."
"Dan tidak hanyaitu, bahkan Allah SubhanahuwaTa'alamengarahkan hamba-hamba-Nya bahwasemakin banyakpenutupan (aurat) berartilebih banyak ketakwaan, denganmenghubungkanpakaianpakaian luar dan dalam, seperti yang Dia katakan dalam Surah Al-A'raf, ayat 26: "يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ"Artinya: "Wahaianak-anak, Adam, ambillahperhiasanmu di setiap masjid dan makandan minum, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan."Kedua pakaian ini salingterkait; yang satumenutupi aurahati dan jiwadanmenghiasinyadengankeindahaniman dan rasa malu, sementara yang lain menutupi aurahtubuh dan mempercantiknya di hadapan orang lain. Setantidakberhasilmenipu Adam Alaihis Saleam sampaidiatidak menaatiTuhannya dan memakan buahdari pohon itu, yang menyebabkan auratnyaterungkap. Jadi, fitnah pertama Setanyang berhubungandenganpakaianadalahketika Allah berfirmandalam Surah Al-A'raf, ayat 27: "يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا"Artinya: "Wahaianak-anak Adam, jangan biarkan Setanmenyesatkan kamu seperti diatelah membawa orang tuamu keluar darisurga, denganmelepaspakaianmerekauntukmenunjukkanauratmerekakepadakeduanya."
Ayat ini menunjukkan bahwa hubungan antara pakaian lahiriah dan batiniah sangat penting dalam menjaga kehormatan dan ketakwaan kepada Allah."
Ayat ini menunjukkanbahwahubunganantara pakaian luar dan dalam sangat pentingdalam menjagakehormatan dan ketakwaankepada Allah."
حفظ الجوارح (عفة الجوارح):
Layar (عفة الجوارح):
3 Menjaga Anggota Tubuh
3 Memelihara Anggota Tubuh
"Menjaga anggota tubuh (kesucian anggota tubuh) adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Isra, ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban."
"Menjaga anggota tubuh (kemurniananggota tubuh) adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman dalam Surah Al-Isra, ayat 36: وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًاArtinya: "Dan janganmengikutiapa yang tidak kamumilikipengetahuantentang itu. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanyaakandimintaipertanggungjawaban."
Ayat ini menunjukkan bahwa pada Hari Kiamat, anggota tubuh kita akan menjadi saksi atas perbuatan kita di dunia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Ya-Sin, ayat 65:
يَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: "Pada hari Kami tutup mulut mereka, lalu tangan mereka berkata kepada Kami, dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang telah mereka kerjakan."
Ayat ini menunjukkanbahwa pada hari kiamat, anggota tubuh kita akanmenjadisaksiperbuatankita di dunia. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman dalam Surah Ya-Sin, ayat 65: يَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِِِِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَArtinya: "Pada hari Kami tutup mulut mereka, dantanganmerekaberkatakepada Kami, dan kaki mereka menjadisaksitentangapa yang telah mereka lakukan."
Pertama-tama, kami
Kamimulai dengan penjagaan
Peduli penglihatan (mata). Allah
TuhanSubhanahu wa Ta'ala berfirman
bilang dalam
di Surah An-Nur, ayat 30-31:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغْضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya
Apa artinya: "Katakanlah
Bilang kepada
Ke orang-orang yang beriman
Percaya, 'Hendaklah
Akan mereka menahan
Pegang pandangannya dan menjaga
Merawat kemaluannya
nya. Itu
. Yaitulebih suci
Kudus bagi mereka. Sesungguhnya
Memang Allah Maha
Allah Ta'alaMengetahui
Tahu apa yang
yang manamereka perbuat
Melakukan.'"
Ghazal (menundukkan
Ditundukkan pandangan
Melihat) yang
) bahwadiperintahkan
Memerintahkan dalam
di ayat ini berarti
Sarana menghindari untuk
Ke terus
Langsung melihat
Lihat sesuatu yang
yang manaterlarang
Dibatasi, yaitu yang haram
The Haramuntuk
Ke dilihat
Melihat. Jika
. Kalaupandangan
Melihat kita
Kami secara
di tidak sengaja tertuju
Terpesona pada
Disesuatu yang haram,
Haram,kita
Kami harus
Sebaiknya segera
Instan mengalihkan
Bergerak pandangan
Melihat dan menjauhinya
Menjauhi itu. Rasulullah
. UtusanShallallahu Alaihi Wasallam bersabda
Pepatah kepada
Ke Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu:
Halo:
"يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ"
Artinya
Apa artinya: "Ya Ali, jangan mengikuti pandangan
Melihat dengan pandangan
Melihat lain, karena pandangan
Melihat pertama adalah milikmu
Anda, tetapi
Tapi pandangan
Melihat kedua tidak."
Hadits
Hadis ini mengajarkan
Mengajar bahwa
itu pandangan
Melihat pertama, yang
yang manatidak disengaja
sengaja, tidak akan
kehendak menimbulkan dosa,
Dosatetapi
Tapi pandangan
Melihat kedua yang
yang manaberlarut-larut
Berlarut bisa menimbulkan godaan.
Pandangan
Melihat yang
yang manaterlarang
Dibatasi dapat
Mengerti membawa kita
Kami menuju
Kepala dosa besar seperti
Sebagai zina,
Zinakarena pandangan
Melihat adalah anak panah
Tombol panah yang
yang manaterbuat
Berbuat dari racun setan. Rasulullah
. UtusanShallallahu Alaihi Wasallam bersabda
Pepatah:
"النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومٌ، فَمَنْ غَضَّ بَصَرَهُ أَوْرَثَهُ اللَّهُ حَلاوَةً يَجِدُهَا فِي قَلْبِهِ"
Artinya
Apa artinya: "Pandangan
Melihat adalah anak panah
Tombol panah dari panah-panah
Panah setan yang
yang manaberacun. Siapa yang
yang manamenundukkan
Ditundukkan pandangannya, Allah
Tuhanakan
kehendak memberinya
berikan rasa manis yang
Manisnya yangdapat
Mengerti ia
Dia rasakan
Merasa dalam
di hatinya."
Imam Ibn Qayyim
Imam Ibnu QayyimRahimahullah
(semoga Allah mengasihaninya) mengatakan
Bilang:
"النَّظَرُ أَصْلُ عَامَّةِ الْحَادِثَاتِ الَّتِي تُصِيبُ الإِنسَانَ، فَإِنَّ النَّظْرَةَ تُوَلِّدُ الْخَاطِرَةَ، ثُمَّ تُوَلِّدُ الْخَاطِرَةَ فِكْرَةً، ثُمَّ تُوَلِّدُ الْفِكْرَةَ شَهْوَةً، ثُمَّ تُوَلِّدُ الشَّهْوَةَ إِرَادَةً، ثُمَّ تَقْوَى فَتُصِيرُ عَزِيمَةً جَازِمَةً، فَيَقَعُ الْفِعْلُ وَلَا بُدَّ مَا لَمْ يَمْنَعْ مَانِعٌ"
Artinya
Apa artinya: "Pandangan
Melihat adalah akar dari segala
Semua musibah
Bencana yang
yang manamenimpa manusia. Pandangan
Melihat pertama menumbuhkan
Tumbuh keraguan, keraguan menumbuhkan
Tumbuh pemikiran
Pikiran, pemikiran
Pikiran menumbuhkan
Tumbuh keinginan
Ingin, keinginan
Ingin menumbuhkan
Tumbuh niat
Maksud, yang
yang manakemudian menjadi
Ada tekad
Penentuan kuat yang
yang manaakhirnya membawa pada
Diperbuatan
Bertindak."
Menjaga pendengaran juga sangat penting, yaitu dengan menjauhi mendengarkan hal-hal yang haram, seperti musik dan nyanyian. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Luqman, ayat 6:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Artinya: "Dan di antara manusia ada orang yang membeli pembicaraan yang sia-sia untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya sebagai ejekan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan."
Menjagapendengaran juga sangat penting, yaitudenganmenjauhi mendengarkan hal-hal yang haram, sepertimusik dan nyanyian. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirmandalam Surah Luqman, ayat 6: وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِ غََِ ْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ Artinya: "Dan di antara manusiaada yang membeli Bicara -menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpapengetahuan dan menjadikannya ejekan.Merekaakanmenerima hukuman yang memalukan."
Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu menafsirkan "لهو الحديث" (pembicaraan yang sia-sia) dengan menyebutkan bahwa itu adalah musik. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ والحرِيرَ والخمْرَ والمعَازِفَ..."
Artinya: "Akan ada suatu kaum dari umatku yang menghalalkan perzinahan, sutra, khamar, dan musik..."
Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu menafsirkan "لهو الحديث" (pembicaraan kosong) denganmenyebutkanbahwaituadalahmusik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الحِريرَ والحرِيرَ والخمْرَ والمعَازِفَ..."Artinya: "Akan ada suatu bangsa dari umatku yang akan melegalkan perzinahan, sutra, khamar, dan musik..." Artinya: "Akan ada suatu bangsa dari umatku yang akan melegalkan perzinahan, sutra, khamar, dan musik..." Artinya: "Akan ada suatu bangsadariumatku yang akan melegalkanperzinahan, sutra, khamar, dan musik..."..."
Imam Ibn Qayyim Rahimahullah menyebut musik sebagai "jampi-jampi setan". Musik dan segala bentuk pembicaraan yang tidak bermoral (seperti ghibah, fitnah, dan kebohongan) harus dijauhi, karena ini semua mengarah pada kehancuran moral dan hati
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menyebut musik sebagai "mantra iblis". Musik dan segala bentuk pembicaraan amoral (seperti ghibah, fitnah, dan kebohongan) harus dihindari, karena ini semua mengarah pada kehancuran moral dan hati.
Menjaga lidah juga sangat penting dalam Islam. Islam melarang segala bentuk perkataan yang buruk. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا بِاللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ الْبَذِيءِ"
Artinya: "Bukanlah seorang mukmin itu orang yang suka mencela, melaknat, dan berkata kotor."
Ucapan yang buruk, seperti caci-maki dan perkataan kasar, adalah tanda kekurangan akhlak. Di antara hal yang juga dilarang adalah berbicara tentang hal-hal yang seharusnya tetap pribadi, seperti yang terjadi antara suami dan istri. Quran dan hadits mengajarkan untuk menggunakan kata-kata yang sopan dan penuh adab dalam segala situasi."
Merawatlidah juga sangat pentingdalam Islam. Islam melarangsegalabentuk kata-kata buruk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا بِاللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ الْبَذِيءِ"Artinya: "Orang mukmin bukanlahorang yang sukamencela, memfitnah, dan berbicara kotor."Kata-kata yang buruk, sepertipenghinaan dan kata-kata kasar, adalahtandaamoralitas. Di antarahal-hal yang juga dilarangadalahmembicarakanhal-hal yang harustetap pribadiseperti yang terjadi antarasuamidan istri. Al-Qur'an dan hadismengajarkan untukmenggunakan kata-kata yang sopan dan beradab dalamsegala situasi."
النهي عن الاختلاط:
4 Larangan bercampur baur
4 Larangan pencampuran
"Larangan mencampur baurkan antara laki-laki dan perempuan telah dijelaskan dalam ajaran Islam. Syeikhul Islam Ibn Taymiyyah Rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya sunnah Nabi ﷺ dan sunnah para khalifahnya adalah memisahkan antara laki-laki dan perempuan, serta antara yang sudah menikah dan yang belum menikah. Dalam shalat, yang dianjurkan adalah agar laki-laki berada di bagian depan masjid dan perempuan di bagian belakangnya. Nabi ﷺ bersabda: 'Sebagus-bagusnya saf laki-laki adalah yang pertama, dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir. Sedangkan sebaik-baiknya saf perempuan adalah yang terakhir, dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.' Dan ketika beliau ﷺ memberi salam, beliau menunggu sejenak agar perempuan dapat keluar terlebih dahulu, agar tidak terjadi percampuran antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga pada hari raya, perempuan shalat di satu sisi, kemudian setelah shalat, Nabi ﷺ berbicara kepada laki-laki terlebih dahulu, baru setelah itu berbicara kepada perempuan, memberi nasihat dan mendorong mereka untuk bersedekah. Semua ini dilakukan untuk menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan."
"Larangan bercampur antaralaki-laki dan perempuantelah dijelaskandalam ajaran Islam. Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Sesungguhnya sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم dan sunnah khalifahnyaadalahmemisahkan antara laki-laki dan perempuan, sertaantara yang sudah menikah dan yang belum menikah.menikah. Dalam shalat, yang dianjurkan adalah laki-laki berada di depan masjid dan perempuan di belakang. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: 'Saf laki-laki terbaik adalah yang pertama, dan yang terburukadalah yang terakhir. Paling-paling, wanitaadalah yang terakhir, dan paling burukyang pertama." Dan ketikadiaصلى الله عليه وسلمmemberisalam, diamenunggusejenak agar wanita itubisakeluarterlebih dahulu, sehingga tidak adapercampuranantarapria dan wanita. Demikian pula pada hari libur, wanitashalat di satusisi, kemudiansetelahshalat, Nabi صلى الله عليه وسلمberbicarakepadapriaterlebih dahulu, hanyasetelahituberbicara denganwanita, memberikannasihat dan mendorongmerekauntukmemberi sedekah Semua inidilakukanuntukmenjagajarakantarapria dan wanita."
Salah satu contoh lainnya adalah ketika Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu mengatakan tentang salah satu pintu masjid, kemungkinan pintu timur, "Jika kita biarkan pintu ini untuk perempuan, maka Abdullah bin Umar tidak akan masuk melalui pintu ini sampai mati." Ini menunjukkan pentingnya menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan
Contoh lainadalahketika Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu mengatakantentang salah satu pintu masjid, mungkinpintu timur, "Jika kitameninggalkanpintuiniuntukwanita, maka Abdullah bin Umar tidak akan masuk melaluipintuinisampaidia mati." Hal ini menunjukkanpentingnya menjagajarakantarapria dan wanita.
Dalam hadits yang sahih, Nabi ﷺ juga berkata kepada perempuan:
"لا تُحَقِّقْنَ الطَّرِيقَ وَامْشِينَ فِي حَافَتِهِ"
Artinya: "Janganlah kamu berjalan di tengah jalan, tetapi berjalanlah di pinggir jalan."
Sedangkan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata: "Apakah tidak ada rasa malu di antara kalian jika istri kalian berdiri di tengah-tengah pasar bersama laki-laki asing?"
Semua hal ini dilakukan untuk menghindari percampuran antara laki-laki dan perempuan yang dapat menjadi sumber fitnah. Jika laki-laki dan perempuan bercampur tanpa batasan, maka itu seperti mencampurkan api dengan kayu bakar."
Dalam sebuah hadis yang otentik, Nabi صلى الله عليه وسلم juga berkatakepadawanita itu "لا تُحَقِّقْنَ الطَّرِيقَ وَامْشِينَ فِي حَافَتِهِ"Artinya: "Jangan berjalan di tengah jalan, tetapiberjalanlah di pinggir jalan." Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, berkata: "Apakah tidak ada rasa malu di antara kamu jika istrimu berdiri di tengah-tengah pasar denganpria asing?"Semuahal inidilakukanuntukmenghindaripergaulanantarapria dan wanita yang dapat menjadisumber fitnah. Jika pria dan wanitabercampurtanpabatasan, makaitusepertimencampurapidengankayu bakar."
Ibn Qayyim Rahimahullah juga menyatakan:
"Tidak diragukan lagi bahwa memberi kebebasan bagi perempuan untuk bercampur dengan laki-laki adalah akar dari segala bencana dan keburukan, serta salah satu sebab datangnya hukuman yang menimpa umat secara umum. Ini juga merupakan salah satu sebab kerusakan baik dalam urusan masyarakat umum maupun pribadi. Campurnya laki-laki dengan perempuan adalah penyebab utama maraknya perbuatan keji dan zina, dan salah satu sebab terjadinya kematian massal dan wabah penyakit."
Ibnu Qayyim rahimahullah juga menyatakan, "Tidak ada keraguanbahwamemberikankebebasanbagiwanitauntukbergauldenganpriaadalah akardarisemuabencana dan kejahatan, dan salah satu hal terpenting di dunia.Karenadatangnya azab yang menimpaorang-orangpada umumnya. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kerusakanbaik dalam urusan publik umummaupunpribadi. Percampuran priadanwanitaadalahpenyebabutama tindakan keji dan perzinahan yang merajalela, dan salah satu penyebab kematian massal dan wabah penyakit."
Pentingnya menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan dalam Islam sangat ditekankan untuk menjaga kehormatan dan kesucian masyarakat, serta mencegah kerusakan dan perbuatan buruk yang dapat merusak tatanan sosial.
Pentingnyamenjagajarakantaralaki-laki dan perempuandalam Islam sangat ditekankanuntukmenjaga kehormatan dan kesucianmasyarakat, sertauntuk mencegahkerusakan dan perbuatan buruk yang dapat merusak ketertiban sosial.
النهي عن الخلوة:
Nabi ﷺ bersabda:
"لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لَا تَحِلُّ لَهُ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ إِلَّا مَحْرَم"
Artinya: "Seorang pria tidak boleh berdua-duaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya, karena yang ketiganya adalah setan, kecuali dengan mahram."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لَا تَحِلُّ لَهُ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ إِلَّا مَحْرَم"Artinya: "Seorangpriatidak boleh berduaan denganwanita yang tidak halal baginya, karena yang ketigaadalahSetan, kecualidengan mahram."
Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata:
"Jika seorang pria berdua-duaan dengan seorang wanita yang bukan mahram, tanpa adanya pihak ketiga, maka itu haram berdasarkan kesepakatan para ulama. Begitu juga jika ada orang lain bersama mereka, namun orang tersebut tidak memiliki rasa malu, seperti anak yang masih kecil, misalnya anak yang berusia dua atau tiga tahun, karena keberadaannya tidak menghalangi terjadinya khulwah (perduaan). Begitu pula jika ada sekelompok pria yang berkumpul dengan seorang wanita asing, itu haram, berbeda halnya jika seorang pria berkumpul dengan beberapa wanita asing, karena yang benar adalah bahwa hal itu diperbolehkan."
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Jika seorang pria berduaan denganseorang wanita yang bukan mahram, tanpa pihak ketiga, makaitu haram menurut kesepakatan para ulama. Begitu juga jikaada orang lain yangbersamanya, tetapi orang tersebut tidakmemiliki rasa malu, seperti anak kecil, misalnya anak yang berusia dua tahun atautigatahun, karenakeberadaannyatidakmencegah terjadinyaKulwah (biner). Begitu juga jikaadasekelompokpria berkumpul denganwanitaasing, itu haram, berbedajikaseorang priaberkumpuldenganbeberapa wanita asing, karena Yang benaradalahbahwaitudiperbolehkan."
Larangan untuk berkhulwah ini berlaku untuk semua wanita dan semua pria yang bukan mahram, baik itu kerabat atau bukan. Bahkan Nabi ﷺ memperingatkan secara khusus mengenai berkhulwah dengan kerabat yang bukan mahram, seperti dalam sabdanya:
"إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولِ عَلَى النِّسَاءِ"
Artinya: "Hati-hatilah kalian dalam masuk ke tempat perempuan (yang bukan mahram)."
Larangan khulwah ini berlakuuntuksemuawanita dan semuapria yang bukan mahram, apakahmereka kerabat atau bukan. Bahkan Nabi صلى الله عليه وسلمsecara khusus memperingatkantentang berkhotbahdengan kerabat yang bukan mahram, seperti dalam kata-katanya "إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولِ عَلَى النِّسَاءِ"Artinya: "Hati-hati saat masuk ketempatwanita (yang bukan mahram)."
Seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan hamo?" Nabi ﷺ menjawab:
"الْحَمُوُّ الْمَوْتُ"
Artinya: "Hamu itu adalah kematian."
Makna dari perkataan "al-hamu al-mawt" (hammu itu adalah kematian) ada beberapa penafsiran
Seorang pria dari Ansar bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan hamo?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "الْحَمُوُّ الْمَوْتُ"Artinya: "Hamu adalah kematian." Arti kata "al-hamu al-mawt" (ham Anda adalah kematian) memiliki beberapa interpretasi:
Kematian agama, yaitu jika terjadinya dosa karena khulwah yang menyebabkan kerusakan pada agama seseorang
Kematian agama, yaitu jika terjadi dosa karena khulwah yang menyebabkan kerusakan pada agama seseorang.
Kematian fisik, yaitu jika dosa tersebut menyebabkan hukuman mati seperti rajam
Kematian fisik, yaitu jika dosa menyebabkan hukuman mati seperti rajam.
Kematian hubungan rumah tangga, yaitu jika rasa cemburu suami menyebabkan perceraian akibat adanya khulwah dengan istri saudaranya
Kematian hubungan rumah tangga, yaitu jika kecemburuan suami menyebabkan perceraian karena khulwah dengan istri saudara laki-lakinya.
Kesulitan yang mendalam, yakni khulwah dengan saudara ipar atau anak saudara dianggap sama bahayanya dengan kematian, sehingga harus dihindari sebagaimana seseorang menghindari maut
Kesulitan yang mendalam, yaitu khulwah dengan saudara ipar atau kerabat, dianggap sama berbahayanya dengan kematian, sehingga harus dihindari seperti halnya seseorang menghindari kematian.
Yang dimaksud dengan "hammu" di sini adalah kerabat suami selain ayah dan anak, karena ayah dan anak adalah mahram yang boleh berkhulwah dengan istri mereka. Yang dimaksud dengan "hammu" adalah saudara laki-laki, anak saudara laki-laki, paman, dan anak paman, yang bukan mahram, dan inilah yang sering dianggap oleh sebagian orang sebagai hal yang ringan, padahal ini lebih berbahaya dan lebih harus dihindari dibandingkan dengan berdua-duaan dengan orang asing
Yang dimaksud dengan "hammu" di sini adalah kerabat suami selain ayah dan anak, karena ayah dan anak adalah mahram yang diperbolehkan untuk shalat bersama istrinya. Yang dimaksud dengan "hammu" adalah saudara, saudara, paman, dan paman, yang bukan mahram, dan inilah yang sering dianggap oleh beberapa orang sebagai hal yang ringan, meskipun lebih berbahaya dan harus dihindari dibandingkan dengan berduaan dengan orang asing.
6. Anjuran untuk Memiliki Rasa Malu
6. SaranuntukMalu
Rasa malu adalah akhlak yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Ada yang mengatakan bahwa rasa malu adalah terbatasnya diri seseorang karena takut melakukan perbuatan tercela, serta berhati-hati terhadap celaan dan hinaan yang benar. Rasa malu ini dianjurkan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Nabi ﷺ sendiri, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, berkata, "Rasulullah ﷺ lebih pemalu daripada seorang gadis dalam kamarnya."
Maluadalah moral yang mendorongseseoranguntukmelakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Ada yang mengatakan bahwa rasa malu adalah keterbatasan seseorang karenamereka takutmelakukan tindakan tercela, sertaberhati-hatiterhadap celaan dan penghinaan yang benar. Rasa malu ini direkomendasikanuntukpriadanwanita. Nabi صلى الله عليه وسلمsendiri, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al-Khudri, bersabda, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم lebih pemaludaripada seorang gadis dikamarnya."
Kadang-kadang, Nabi ﷺ menutupi wajahnya dengan tangannya ketika merasa malu terhadap sesuatu, dan menundukkan kepalanya seraya berkata, "Subhanallah... Subhanallah." Bahkan, Nabi Musa a.s. juga dikenal memiliki rasa malu yang besar. Nabi ﷺ berkata tentangnya,
"كانَ مُوسَى عليه السلام رَجُلاً حَيِياً فَكَانَ لا يُرَى مُتَجَرِّداً ، وكانَ لا يَغْتَسِلُ إلا مُسْتَتِراً"
Kadang-kadang, Nabi صلى الله عليه وسلمmenutupiwajahnyadengantangannyaketikadia merasamaluakansesuatu, dan menundukkankepalanyasambilberkata, "Subhanallah... Subhanallah." Bahkan, Nabi Musa (as) juga dikenal memiliki rasa malu yang besar . Nabi صلى الله عليه وسلمbersabdatentang hal itu: "كانَ مُوسَى عليه السلام رَجُلاً حَيِياً فَكَانَ لا يُرَى مُتَجَرِّداً ، وكانَ لا يَغْتَسِلُ إلا مُسْتَتِراً"
(Muslim)
"Musa a.s. adalah seorang yang pemalu, sehingga beliau tidak pernah terlihat telanjang, dan beliau tidak mandi kecuali dengan cara yang tertutup."
(Muslim)"Musa (as) adalah orang yang pemalu, jadidiatidak pernahterlihattelanjang, dan diatidak mandi kecualidengan cara tertutup."
Dalam Al-Qur'an, cerita tentang Musa a.s. juga mengungkapkan rasa malunya:
{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى استِحْيَاءٍ}
(QS. Al-Qasas: 25)
Dalam Al-Qur'an, kisah Musa (as) juga mengungkapkan rasa malunya{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى استِحْيَاءٍ}(QS. Al-Qasas: 25)
Yang artinya, "Maka salah seorang dari keduanya datang kepadanya dengan berjalan dengan malu-malu." Betapa besar rasa malu yang dimiliki perempuan ini, sehingga rasa malunya hampir memenuhi seluruh bumi. Quran memilih untuk menggambarkannya dengan sifat ini, dan tidak ada sifat lain yang disebutkan. Umar bin Khattab berkata, "Dia datang dengan malu-malu, menutupi wajahnya dengan kain, bukanlah wanita yang kasar dan suka keluar-masuk rumah."
Yang berarti, "Jadi salah satu darikeduanyadatangkepadanyadengan berjalandengantakut-takut." Betapabesarnya rasa malu yang dimiliki wanita ini, sehingga rasa malunyahampir memenuhiseluruhbumi. Al-Qur'an memilih untukmenggambarkannyadengan sifat ini, dan tidak ada sifat lain yang disebutkan. Umar bin Khattab berkata, "Dia datangdengan malu-malumenutupiwajahnyadengan kain, dia bukan wanita kasar dan sukakeluar masukrumah."
Di antara sahabat yang terkenal dengan rasa malunya adalah Abu Bakar. Bahkan, ia pernah mengatakan,
"استحوا من الله؛ إني أدخل الكنيف فأغطي عورتي حياء من الله عز وجل"
Di antara sahabat yang terkenaldengan rasa malunyaadalah Abu Bakar. Bahkan, diapernahberkata "استحوا من الله؛ إني أدخل الكنيف فأغطي عورتي حياء من الله عز وجل"
"Malulah kepada Allah! Aku masuk ke tempat pembuangan (kamar mandi) dan menutupi auratku karena malu kepada Allah."
Demikian pula, Utsman bin Affan sangat pemalu, bahkan malaikat pun merasa malu padanya, hingga Nabi ﷺ berkata,
"إِنَّ المَلائِكَةَ لَتَسْتَحِي مِنْ عُثْمَان"
Sesungguhnya malaikat pun merasa malu kepada Utsman. Karena itulah, beliau dijuluki "Pemalu Malaikat."
"Malubagi Allah! Saya pergike tempat pembuangan sampah dan menutupiaurat sayakarenasaya malukepada Allah." Demikian pula Utsman bin Affan sangat pemalu, bahkanpara malaikat merasamalu padanyasampai Nabi صلى الله عليه وسلمberkata"إِنَّ المَلائِكَةَ لَتَسْتَحِي مِنْ عُثْمَان"Memang para malaikat malu pada Utsman. Untuk alasan ini, diadijuluki "Angel Shy."
Ibu kita, Aisyah r.a., juga menggambarkan rasa malunya. Ia berkata,
"كنت أدخل بيتي الذي دفن فيه رسول الله وأبي فأضع ثوبي فأقول إنما هو زوجي وأبي، فلما دفن عمر معهم فو الله ما دخلت إلا وأنا مشدودة علي ثيابي حياء من عمر"
Ibu kami, Aisyah r.a., juga menggambarkan rasa malunya. Diaberkata, "كنت أدخل بيتي الذي دفن فيه رسول الله وأبي فأضع ثوبي فأقول إنما هو زوجي وأبي، فلما دفن عمر معهم فو الله ما دخلت إلا وأنا مشدودة علي ثيابي حياء من عمر"
"Aku dulu masuk ke rumahku yang ada makam Rasulullah dan ayahku, dan melepaskan pakaian, lalu berkata, 'Ini hanyalah suamiku dan ayahku.' Namun, ketika Umar dimakamkan di sana, aku tidak bisa masuk kecuali dengan pakaian yang tertutup karena malu kepada Umar."
"Saya biasapergi kerumah saya di mana makam Nabi dan ayah saya berada, dan melepaspakaian saya, dan berkata, 'Ini hanyasuami dan ayah saya.' Namun, ketika Umar dimakamkan di sana, saya tidak bisamasuk kecualidengan pakaian tertutup karenasaya malupada Umar."
Fathimah r.a. memiliki rasa malu yang begitu besar, bahkan setelah kematiannya. Ia pernah berkata kepada Asma' binti 'Umais,
"إني أستقبح ما يُصنع بالنساء – تعني بعد الموت – يطرح على المرأة الثوب فيصفها – تعني حينما تُحمل جنازة المرأة لتدفن – وإني لأستحيي أن أخرج غداً على الرجال يصف من خلاله جسمي"
Fathimah r.a. memiliki rasa malu yang luar biasa, bahkansetelahkematiannya. Diapernahberkatakepada Asma' binti 'Umais, "إني أستقبح ما يُصنع بالنساء – تعني بعد الموت – يطرح على المرأة الثوب فيصفها – تعني حين ما تُحمل جنازة المرأة لتدفن – وإني لأستحيي أن أخرج غداً على الرجال يصف من خلاله جسمي"
" Aku merasa jijik dengan apa yang dilakukan pada wanita setelah meninggal, yakni mengenakan kain kafan yang membentuk tubuhnya. Aku merasa malu untuk tampil di hadapan lelaki yang akan menggambarkan tubuhku."
"Saya merasajijikdenganapa yang dilakukan pada wanitasetelahkematian, yaitumengenakan kain kafan yang membentuktubuhnya. Saya merasamaluuntuktampil di depan seorang pria yang akanmenggambarkantubuh saya."
Asma' lalu menunjukkan padanya cara yang lebih sopan, yakni dengan menggunakan ranting basah untuk menutupi tubuhnya sebelum kain kafan diletakkan, dan Fathimah r.a. memuji cara tersebut
Asma' kemudian menunjukkan kepadanya cara yang lebih sopan, yaitu dengan menggunakan ranting basah untuk menutupi tubuhnya sebelum kain kafan ditempatkan, dan Fathimah (r.a.) memuji metode ini.
Nabi ﷺ sangat mengagungkan rasa malu hingga beliau bersabda,
"الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَة، والحَيَاءُ شُعْبَةٌ من الإيمان"
Nabi صلى الله عليه وسلم sangat meninggikan rasa malusehinggadiaberkata, "الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَة، والحَيَاءُ شُعْبَةٌ من الإيمان"
"Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang, dan malu adalah salah satu cabang iman."
Beliau juga berkata,
"الحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْر"
"Iman terdiri daritujuh puluh lebih cabang, dan rasa maluadalah salah satu cabang iman."Dia juga berkata "الحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْر"
"Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan."
"Rasa malu tidakdatangkecualidengankebaikan."
Karena malu, seseorang akan terhindar dari segala perbuatan tercela. Tanpa rasa malu, seseorang tidak akan mempedulikan perbuatan buruknya. Oleh karena itu, Nabi ﷺ bersabda,
"إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلامِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَصْنَعْ مَا شِئْت"
Karena malu, seseorangakanterhindardari semua perbuatan tercela. Tanpa rasa malu, seseorangtidak akan peduli dengan perbuatan buruknya. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلامِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَصْنَعْ مَا شِئْت"
"Di antara ucapan-ucapan para Nabi terdahulu adalah: Jika kamu tidak merasa malu, lakukanlah apa saja."
Seorang penyair menggambarkan hal ini dengan syair berikut:
"إذا لم تخش عاقبة الليالي
ولم تستحي فافعل ما تشاء
فلا والله ما في العيش خير
ولا الدنيا إذا ذهب الحياء
يعيش المرء ما استحيا بخير
ويبقى العود ما بقي اللحاء"
"Di antara perkataan para Nabi sebelumnyaadalah: Jika kamutidak malu, lakukanlah apa saja."Seorangpenyairmenggambarkaninidengan ayat berikut: "إذا لم تخش عاقبة اللياليولم تستحي فافعل ما تشاءفلا والله ما في العيش خيرولا الدنيا إذا ذهب الحياءيعيش المرء ما استحيا بخيرويبقى العود ما بقي الللحاء"
"Jika kamu tidak takut dengan akibat malam,
"Jika kamutidaktakutdengankonsekuensi malam itu,
dan tidak merasa malu, lakukanlah apa saja.
Dan janganmerasamalu, lakukanapa saja.
Tidak ada kebaikan dalam hidup ini,
Tidak adayang baikdalam hidup ini,
dan tidak ada dunia jika rasa malu telah hilang.
Seseorang hidup dalam kebaikan selama ia merasa malu,
dan tidak ada dunia jika rasa malu telahhilang.Seseoranghidupdalamkebaikanselamadiamerasamalu,
dan pohon tetap tumbuh selama kulitnya masih ada."
dan pohon ituakan terustumbuhselamakulit kayunyamasih ada."
Rasa malu sejati adalah rasa malu terhadap Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
"فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَسْتَحْيُوا مِنْهُ"
Malu sejati adalah rasa malu terhadap Allah, seperti yangdinyatakandalam firman-Nya, "فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَسْتَحْيُوا مِنْهُ"
(Allah-lah yang lebih berhak untuk kita merasa malu kepada-Nya).
(Allahlah yang lebih berhakbagikita untuk merasamalu kepada-Nya).
Nabi ﷺ juga berkata,
"اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَقَّ الْحَيَاءِ"
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda: "اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَقَّ الْحَيَاءِ"
"Merasa malu kepada Allah dengan benar adalah seperti yang telah aku katakan berkali-kali."
"Merasamaluakan Tuhan adalahseperti yang telah saya katakanberkali-kali."
"Barang siapa yang merasa malu kepada Allah, hendaklah ia menjaga kepala dan segala yang ada di dalamnya, menjaga perut dan segala yang ada di dalamnya, mengingat kematian dan pembusukan."
"Barangsiapa maluakan Allah, hendaklahdiamenjagakepalanya dan semua yang ada di dalam dirinya, dan perutnya dan semua yang ada di dalam dirinya, mengingat kematian dan pembusukan."
Kita hidup dalam kenikmatan dari Allah yang tak terhitung jumlahnya, dan kita sangat membutuhkan-Nya. Seandainya kita merasa malu dengan-Nya, kita akan segera bergegas menuju kebaikan dan menjauhi keburukan, karena rasa malu mendorong kita untuk tidak membalas nikmat-Nya dengan kekufuran dan ingkar
Kita hidup dalam kesenangan Tuhan yang tak terhitung banyaknya, dan kita sangat membutuhkan Dia. Jika kita merasa malu kepada-Nya, kita akan segera terburu-buru menuju kebaikan dan menjauhi kejahatan, karena rasa malu mendorong kita untuk tidak membalas nikmat-Nya dengan kekafiran dan ketidaktaatan.
7. Hukum Meminta Izin
7. Hukum yang MemintaIzin
Allah سبحانه وتعالى berfirman dalam Al-Qur'an:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
Allah سبحانه وتعالىberfirmandalam Al-Qur'an: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتْ َأْْى ِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
(QS. An-Nur: 27)
Yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah selain rumahmu, hingga kamu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya. Itulah yang lebih baik bagimu, agar kamu ingat."
Yang berarti: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamumasuk ke dalam rumahselain rumahmusendiri, sampaikamumemintaizin dan menyapa penghuninya. Itulah yang lebih baikuntukmu, sehingga kamubisa mengingatnya."
Allah عز وجل memuliakan anak-anak Adam dengan tempat tinggal mereka dan menutupi pandangan mereka dari luar agar mereka dapat menikmati tempat tinggal tersebut sepenuhnya. Allah melarang makhluk lain untuk melihat atau memasuki rumah tanpa izin pemiliknya, agar tidak ada yang terlihat dari apa yang mereka tidak inginkan, baik pintu rumah terbuka maupun tertutup. Oleh karena itu, seorang pengunjung harus mendekati pintu dan meminta izin dengan cara yang tidak membuat dirinya bisa melihat ke dalam rumah, baik pada saat ia datang maupun saat ia pergi
Allah وز وجل memuliakan anak-anak Adam dengan tempat tinggal mereka dan menutupi pandangan mereka dari luar sehingga mereka dapat menikmati kediaman itu sepenuhnya. Tuhan melarang makhluk lain untuk melihat atau masuk ke dalam rumah tanpa izin pemiliknya, sehingga tidak ada yang dapat melihat dari apa yang tidak mereka inginkan, apakah pintu rumah terbuka atau tertutup. Oleh karena itu, seorang pengunjung harus mendekati pintu dan meminta izin dengan cara yang tidak memungkinkannya untuk melihat ke dalam rumah, baik pada saat kedatangannya atau ketika dia pergi.
Selain itu, Allah juga menetapkan hukum meminta izin bagi anak-anak kepada orang tua mereka pada tiga waktu tertentu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
{وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمْ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْنِسُوا كَمَا اسْتَأْنَسَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}
Selain itu, Allah juga menetapkanhukum memintaizinanakkepada orang tua mereka pada tiga waktu tertentu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman{وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمْ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْنِسُوا كَمَا اسْتَأْنَسَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِِمْ}
(QS. An-Nur: 58)
Yang artinya: "Dan apabila anak-anakmu telah mencapai usia baligh, maka hendaklah mereka meminta izin seperti halnya orang-orang yang telah lebih dulu meminta izin."
(QS. An-Nur: 58) yang berarti: "Dan ketikaanak-anakmutelahmencapai usiapubertas, makamereka harusmemintaizinseperti mereka yang telahmemintaizin terlebih dahulu."
8. Disyariatkan Hijab bagi Wanita
8. Jilbab Syariah untuk Wanita
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ}
(Surah Al-Ahzab: 59)
"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka."
Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤ ْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ} (Surah Al-Ahzab: 59)"Wahai Nabi, katakanlah kepadaistrimu, putrimu , dan istri-istri orang-orang Orang-orang beriman, biarlah merekamerentangkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka."
Ibnu Abbas berkata:
"Allah memerintahkan wanita-wanita mukminah, ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka untuk suatu keperluan, agar menutupi wajah mereka dengan jilbab dari atas kepala mereka."
Ibnu Abbas berkata: "Allah memerintahkan para wanita orang-orang yang beriman, ketikamerekakeluardarirumahmerekauntuksuatutujuan, untuk menutupiwajahmerekadengan jilbab dariatas kepala merekamereka."
Allah juga memerintahkan wanita untuk menutupi perhiasan mereka dari pandangan pria yang bukan mahram, Allah berfirman:
{وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا}
(Surah An-Nur: 31)
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, menjaga kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa tampak darinya."
Allah juga memerintahkanwanitauntukmenutupiperhiasanmerekadari pandangan laki-laki yang bukan mahram, Allah berfirman{وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْْ َ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا} (Surah An-Nur: 31)"Dan katakanlahkepadawanita-wanita yang percaya: Biarlahmerekamemegangimata mereka, menjaga alat kelamin mereka, dan jangan biarkan mereka menunjukkanperhiasanmerekakecuali yang biasanya terlihatdari mereka."
Ini adalah perintah untuk menyembunyikan seluruh perhiasan wanita, kecuali yang tampak dengan sendirinya tanpa disengaja, seperti ujung pakaian atau semacamnya, tanpa menyertakan wajah, yang merupakan perhiasan terbesar dan sumber kecantikan serta godaan, yang hanya akan tampak jika disengaja oleh wanita tersebut. Salah satu perhiasan yang dilarang untuk ditunjukkan adalah suara gelang kaki, karena mendengar suara perhiasan seperti menunjukkan perhiasan itu sendiri. Tujuannya adalah untuk menutupi dan menjaga kehormatan
Ini adalah perintah untuk menyembunyikan semua perhiasan wanita, kecuali yang secara tidak sengaja terlihat sendiri, seperti ujung pakaian atau semacamnya, tanpa menyertakan wajah, yang merupakan perhiasan terbesar dan sumber keindahan dan rayuan, yang hanya akan terlihat jika sengaja oleh wanita. Salah satu perhiasan yang dilarang untuk ditampilkan adalah suara pergelangan kaki, karena mendengar suara perhiasan itu seperti menunjukkan perhiasan itu sendiri. Tujuannya adalah untuk menutupi dan memelihara kehormatan.
Wanita juga dilarang untuk memakai wewangian dan keluar di hadapan pria. Rasulullah ﷺ bersabda:
"أَيُّما امْرَأَةٍ تَطَيَّبَتْ ثُمَّ خَرَجَتْ إِلَى الْمَسْجِدِ لَمْ تُقْبَلْ لَهَا صَلَاةٌ حَتَّى تَغْتَسِلَ"
"Barang siapa wanita yang memakai minyak wangi, kemudian keluar menuju masjid, maka shalatnya tidak diterima sampai ia mandi."
Wanita juga dilarang memakaiwewangian dan keluar di depan pria. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "أَيُّما امْرَأَةٍ تَطَيَّبَتْ ثُمَّ خَرَجَتْ إِلَى الْمَسْجِدِ لَمْ تُقْبَلْ لَهَا صَلَاةٌ ح ح "Barangsiapa memakai minyak wangi lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima""Barangsiapa memakai minyak wangi lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima""Barangsiapa memakai minyak wangi lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima""Barangsiapa memakai minyak wangi lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima""Barangsiapa memakai minyak wangi lalu keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima""Barangsiapa memakai minyak wangi, kemudian keluar ke masjid, makashalatnyatidakditerima""Barangsiapa memakai minyak wangi, kemudian keluar ke masjid, maka shalatnya tidak diterima.sampaidia mandi."
Ini berarti bahwa ia harus membersihkan tubuhnya dengan air jika ia menggunakan minyak wangi pada seluruh tubuhnya, agar hilang bau wangi tersebut. Jika minyak wangi hanya mengenai bagian tertentu, maka cukup mencuci bagian tersebut. Jika ia memakai minyak wangi pada pakaian, maka pakaian tersebut harus diganti atau dihilangkan bau wangi tersebut jika ia ingin keluar. Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjauhkan diri dari tindakan ini, karena meskipun shalat wanita yang menggunakan minyak wangi tetap sah dan tidak perlu diulang, namun ia tidak akan mendapatkan pahala dari shalatnya, sebagai bentuk peringatan dan ancaman
Artinya, ia harus membersihkan tubuhnya dengan air jika menggunakan minyak parfum di sekujur tubuhnya, agar kehilangan aromanya. Jika parfum hanya mengenai bagian tertentu, maka cukup mencuci bagian itu. Jika dia memakai parfum pada pakaiannya, maka pakaian harus diganti atau baunya harus dihilangkan jika dia ingin keluar. Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menjauhkan diri dari tindakan ini karena meskipun doa seorang wanita yang menggunakan minyak parfum masih berlaku dan tidak perlu diulang, dia tidak akan mendapatkan pahala dari doanya, sebagai bentuk peringatan dan ancaman.
9. Disyariatkan Doa kepada Allah untuk Meminta Kesucian dan Rasa Malu
9. Adalah Syariah untuk Berdoakepada Allah untukMemintaKesucian dan Malu
Dari doa-doa Rasulullah ﷺ:
"اللهم إني أسألك الهُدى والتُّقى والعَفَافَ والغِنَى"
Dari doa Nabi صلى الله عليه وسلم "اللهم إني أسألك الهُدى والتُّقى والعَفَافَ والغِنَى"
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kekayaan."
"Ya Allah, sesungguhnyaakumemohon hidayah, ketakwaan, kesucian, dan kekayaan."
Dan juga doa lainnya:
"اللهم إني أسألك الصحة والعفة، والأمانة وحسن الخلق، والرضا بالقدر"
Dan juga doa-doa lainnya"اللهم إني أسألك الصحة والعفة، والأمانة وحسن الخلق، والرضا بالقدر"
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kesehatan, kesucian, amanah, akhlak yang baik, dan keridhaan terhadap takdir."
"Ya Allah, akumemohon kesehatan, kesucian, kepercayaan, akhlak yang baik, dan kenikmatantakdir."
Abu Hurairah berkata:
"أولُ ما يُرفعُ من هذه الأمة الحياءُ والأمانةُ فَسَلُوهُما اللهَ."
Abu Hurairah berkata, "أولُ ما يُرفعُ من هذه الأمة الحياءُ والأمانةُ فَسَلُوهُما اللهَ."
"Yang pertama kali diangkat dari umat ini adalah rasa malu dan amanah, maka mintalah keduanya kepada Allah."
"Hal pertama yang ditetapkandari umat iniadalah rasa malu dan kepercayaan, jadimintalah Allahuntuk keduanya."
Jenis Kedua: Kesucian dalam Menghasilkan Uang
Tipe Kedua: KemurniandalamMenghasilkan Uang
Ini adalah menjauhi meminta-minta kepada orang lain. Islam mendorong umat Muslim untuk bekerja dan mencari nafkah, serta memotivasi mereka untuk melakukannya. Islam menganggapnya sebagai ibadah dan perjuangan. Dari Ka'ab bin Ujrah, ia berkata: Seorang pria melewati Nabi ﷺ, lalu para sahabat Nabi ﷺ melihat semangat dan kerja kerasnya. Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, seandainya ini untuk jalan Allah?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda
Ini untuk menjauh dari mengemis kepada orang lain. Islam mendorong umat Islam untuk bekerja dan mencari nafkah, dan memotivasi mereka untuk melakukannya. Islam menganggapnya sebagai ibadah dan perjuangan. Dari Ka'ab bin Ujrah, dia berkata: Seorang pria melewati Nabi صلى الله عليه وسلم, dan kemudian para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم melihat antusiasme dan kerja kerasnya. Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, jika ini untuk jalan Allah?" Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda::
"إِنْ كانَ خرجَ يسعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كانَ خرجَ يسعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كانَ يسعَى عَلَى نَفْسِهِ يَعُفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كانَ خرجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ"
(HR. Muslim)
Artinya:
"Jika dia keluar untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar untuk mencari nafkah bagi kedua orang tuanya yang sudah tua, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar untuk menjaga dirinya agar tetap terhormat, maka dia berada di jalan Allah. Namun jika dia keluar untuk pamer dan riya, maka dia berada di jalan setan."
"Jika diakeluar untukmencari nafkahbagi anak-anaknya yang masih kecil, makadiamenghalangi jalan Allah. Jika dia pergikeluar untukmencari nafkahbagi orang tuanya yang sudah tua, makadiaberada di jalan Tuhan. Jika diakeluaruntukmenjagadirinya tetap terhormat, makadiaberada di jalan Tuhan. Tetapijikadiakeluaruntukpamer dan riya, makadia berada di jalan Setan."
Dan Nabi ﷺ menjadikan uang yang terbaik adalah yang diperoleh dengan hasil kerja tangan.
Dan Nabi صلى الله عليه وسلمmenghasilkan uang terbaik adalah yang diperoleh dengan pekerjaantangan.
Dari Abu Hurairah , Rasulullah ﷺ bersabda
Dari Abu Hurairah , Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda::
"مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرٌ مِّنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُودَ عَلَيْهِ السَّلاَمَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ"
(HR. Bukhari)
Artinya:
"Tidak ada seorang pun yang makan makanan yang lebih baik dari hasil kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Allah Daud عليه السلام makan dari hasil kerja tangannya."
"Tidak ada yang makan makanan yang lebih baik daripada pekerjaan tangannya: Sesungguhnya Nabi Allah Daud عليه السلامmemakanhasil kerjatangannya."
Hikmah dari menyebutkan Nabi Daud عليه السلام adalah bahwa beliau tidak makan kecuali dari hasil pekerjaan tangannya sendiri, meskipun beliau adalah seorang khalifah di muka bumi. Hal ini menunjukkan bahwa beliau menginginkan untuk makan dengan cara yang terbaik. Oleh karena itu, Nabi ﷺ menyebutkan kisah Nabi Daud sebagai bukti bahwa pekerjaan tangan adalah sumber penghasilan yang terbaik
Kebijaksanaan dari menyebutkan Nabi Daud عليه السلام adalah bahwa dia tidak makan kecuali dari pekerjaan tangannya sendiri, meskipun dia adalah seorang khalifah di bumi. Ini menunjukkan bahwa dia ingin makan dengan cara terbaik. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلم menyebutkan kisah Nabi Daud sebagai bukti bahwa pekerjaan tangan adalah sumber penghasilan terbaik.
Dan Nabi ﷺ juga mendorong umatnya untuk bekerja apapun jenis pekerjaan itu.
Dan Nabi صلى الله عليه وسلم juga mendorongumatnyauntukmelakukanpekerjaan apa pun.
Dari Abu Hurairah , Rasulullah ﷺ bersabda
Dari Abu Hurairah , Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda::
"لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُم حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيهِ أَوْ يَمْنَعَهُ"
(HR. Bukhari)
Artinya:
"Lebih baik bagi salah seorang di antara kalian untuk memanggul seikat kayu di punggungnya (dengan bekerja keras), daripada meminta kepada orang lain yang bisa memberinya atau menolaknya."
"Lebihbaik bagi salah satu dari Anda untukmembawaseikat kayu di punggungnya (denganbekerjakeras), daripadameminta orang lain yang dapatmemberikannyakepadanya ataumenolaknya."
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kepada para sahabatnya bagaimana cara mengatur kehidupan mereka sehingga mereka tidak terpaksa meminta kepada orang lain. Salah satu contoh pengajaran tersebut tercermin dalam sebuah peristiwa yang diceritakan oleh Anas bin Malik:
Nabi صلى الله عليه وسلم juga mengajarkan para sahabatnyabagaimanamengaturhidup merekasehinggamerekatidakdipaksauntuk bertanya kepada orang lain. Salah satucontohpengajaran tersebuttercermindalamsebuahinsiden yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ مِّنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يَسْأَلُهُ، فَقَالَ لَهُ: "أَمَا فِي بَيْتِكَ شَيْءٌ؟" قَالَ: "بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَعْبٌ نَشْرَبُ فِيهِ مِنَ الْمَاءِ." قَالَ: "فَائْتِني بِهِمَا." فَأَتَاهُ بِهِمَا فَأَخَذَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِيَدِهِ وَقَالَ: "مَنْ يَشْتَرِيهِمَا؟" قَالَ رَجُلٌ: "أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ." قَالَ: "مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ?" مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا، قَالَ رَجُلٌ: "أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ." فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ وَأَعْطَاهُمَا الأَنْصَارِيَّ وَقَالَ: "اشْتَرِ بِأَحَدِهِمَا طَعَامًا فَانْبِذْهُ إِلَى أَهْلِكَ وَاشْتَرِ بِالآخَرِ قَدُومًا فَأْتِنِي بِهِ." فَأَتَاهُ بِهِ فَشَدَّ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عُودًا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ: "اذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَبِعْ وَلاَ أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا." فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْتَطِبُ وَيَبِيعُ فَجَاءَ وَقَدْ أَصَابَ عَشَرَةَ دَرَاهِمَ فَاشْتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا وَبِبَعْضِهَا طَعَامًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِئَ الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلاثَةٍ لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ أَوْ لِذِي دَمٍ مُوجِعٍ."
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ مِّنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يَسْأَلُهُ، فَقَالَ لَهُ: "أَمَا فِي بَيْتِكَ شَيْءٌ؟" قَالَ: "بَلَى حِلْسٌ نَلْبَسُ بَعْضَهُ وَنَبْسُطُ بَعْضَهُ وَقَعْبٌ نَشْرَبُ فِيهِ مِنَ الْمَاءِ." قَالَ: "فَائْتِني بِهِمَا." فَأَتَاهُ بِهِمَا فَأَخَذَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِيَدِهِ وَقَالَ: "مَنْ يَشْتَرِيهِمَا؟" قَالَ رَجُلٌ: "أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمٍ." قَالَ: "مَنْ يَزِيدُ عَلَى دِرْهَمٍ?" مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا، قَالَ رَجُلٌ: "أَنَا آخُذُهُمَا بِدِرْهَمَيْنِ." فَأَعْطَاهُمَا إِيَّاهُ وَأَخَذَ الدِّرْهَمَيْنِ وَأَعْطَاهُمَا الأَنْصَارِيَّ وَقَالَ: "اشْتَرِ بِأَحَدِهِمَا طَعَامًا فَانْبِذْهُ إِلَى أَهْلِكَ وَاشْتَرِ بِالآخَرِ قَدُومًا فَأْتِنِي بِهِ." فَأَتَاهُ بِهِ فَشَدَّ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عُودًا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ: "اذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَبِعْ وَلاَ أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا." فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَحْتَطِبُ وَيَبِيعُ فَجَاءَ وَقَدْ أَصَابَ عَشَرَةَ دَرَاهِمَ فَاشْتَرَى بِبَعْضِهَا ثَوْبًا وَبِبَعْضِهَا طَعَامًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِئَ الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلاثَةٍ لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ أَوْ لِذِي دَمٍ مُوجِعٍ."
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: "Seorang lelaki dari kalangan Anshar datang kepada Nabi ﷺ untuk meminta sesuatu. Nabi ﷺ bertanya kepadanya, 'Apakah di rumahmu ada sesuatu?' Ia menjawab, 'Ya, ada alas duduk yang sebagian kami pakai dan sebagian kami bentangkan, serta sebuah bejana tempat kami minum air.' Nabi ﷺ berkata, 'Bawakan keduanya kepadaku.' Lelaki itu membawakan kedua barang tersebut, lalu Nabi ﷺ mengambil keduanya dengan tangan beliau seraya berkata, 'Siapa yang mau membeli kedua barang ini?' Seorang lelaki berkata, 'Saya akan membelinya dengan satu dirham.' Nabi ﷺ berkata, 'Siapa yang menambah lebih dari satu dirham?' Kemudian ada lelaki lain yang berkata, 'Saya akan membelinya dengan dua dirham.' Maka Nabi ﷺ memberikan kedua barang tersebut kepadanya, mengambil dua dirham, dan memberikannya kepada lelaki tersebut seraya berkata, 'Beli dengan salah satu dirham makanan dan berikan kepada keluargamu, dan beli dengan dirham lainnya sebuah kapak dan bawakan kepadaku.' Lelaki itu pun membawa kapak tersebut, lalu Nabi ﷺ menggenggamnya dengan tangan beliau dan berkata, 'Sekarang pergi, kumpulkan kayu bakar dan jual, dan jangan sampai aku melihatmu dalam kondisi meminta-minta selama lima belas hari.' Lelaki tersebut pun pergi untuk mengumpulkan kayu bakar dan menjualnya, lalu ia datang kembali dengan memperoleh sepuluh dirham. Dengan sebagian uang tersebut, ia membeli pakaian, dan dengan sebagian lainnya membeli makanan. Nabi ﷺ berkata, 'Ini lebih baik bagimu daripada datang meminta-minta yang akan menodai wajahmu pada hari kiamat. Sesungguhnya meminta-minta hanya diperbolehkan untuk tiga kondisi: bagi orang yang sangat miskin, orang yang terjerat hutang besar, atau orang yang terluka parah.'"
Artinya: Dari Anas bin Malik, diaberkata: "Seorangpriadari Ansar datangkepada Nabi صلى الله عليه وسلمuntukmemintasesuatu. Nabi صلى الله عليه وسلمbertanyakepadanya, 'Apakah ada sesuatu di rumahmu?' Diamenjawab, 'Ya, ada alas tempat duduk yang sebagian kami gunakan dan beberapa yang telah kami sebarkan, danbejanadi mana kami minum air.' Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, 'Bawalahmereka kepadaku.' Pria itu membawa keduabarang itu, dan Nabi صلى الله عليه وسلمmengambilnyadengan tangannyadanberkata, 'Siapa yang maumembeli keduabarang ini?' Seorangpriaberkata, 'Saya akan membelinyasehargadirham.' Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, 'Siapa yang menambahkan lebih darisatu dirham?' Kemudianpria lain berkata, 'Saya akanmembelinyaseharga dua dirham.' Maka Nabi صلى الله عليه وسلمmemberinya duabarang itu, mengambil dua dirham, dan memberikannyakepadaorang itu, berkata, 'Belilah dengan salah satu dirham makanan dan Berikankepadakeluargamu, dan belilahdengan dirham lain kapak dan bawakankepadaku." Pria itu mengambilkapakitu dan Nabi صلى الله عليه وسلمmenggenggamnyadi tangannya dan berkata, 'Sekarangpergilah, kumpulkan kayu bakar dan jual, dan Janganbiarkanaku melihatmumengemisselama lima belas hari." Pria itu pergiuntukmengumpulkankayu bakar dan menjualnyadan kemudiandiakembalidengan sepuluh dirham. Dengansebagian uang, diamembelipakaian, dan denganbagian lain dia membelimakanan. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, 'Lebih baikbagimudaripadadatangmengemis yang akanmenodaiwajahmu pada hari kiamat. Sesungguhnya, mengemishanya diperbolehkanuntuktiga orangkondisi: untuk yang sangat miskin, orang yang berhutangbesar, atau yang terluka parah.'"
Allah سبحانه وتعالى juga mendorong umat-Nya untuk segera berbuat baik kepada mereka yang menjaga harga diri dan tidak meminta, dengan cara memberikan kepada mereka tanpa mereka harus mengemis. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah:
Allah سبحانه وتعالى juga mendorong umat-Nya untuk segeraberbuatbaikkepadamereka yang menjagaharga diri mereka dan tidakmeminta, dengan memberikepada merekatanpamereka harus melakukannyamengemis. Allah berfirmandalamSurah Al-Baqarah:
{لَا تَحْتَسِرُوا فِي جَامِعٍ الْمُتَعَفِّفِينَ الَّذِينَ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلَّا إِذَا عَجَزُوا فِي سَبِيلِ اللَّا تَعِيبُوا فِي مَا جَاءَكُمْ مِنْ أَمْرٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاعْتَفِفْوا}
(Surah Al-Baqarah: 273)
(Surat Al-Baqarah: 273)
Artinya:
"Orang-orang yang menjaga kehormatan diri mereka dan tidak meminta kepada manusia, kecuali ketika mereka benar-benar membutuhkan." (QS. Al-Baqarah: 273)
"Orang-orang yang menjagakehormatan mereka dan tidakmemintaorang kecualiketikamerekabenar-benarmembutuhkannya." (QS. Al-Baqarah: 273)
Nabi ﷺ juga memuji orang yang memberi lebih dari yang menerima. Beliau menggambarkan tangan yang memberi sebagai tangan yang lebih mulia (di atas), sedangkan tangan yang menerima sebagai tangan yang lebih rendah (di bawah). Nabi ﷺ sering kali mendekati sahabat yang ingin bertanya dengan sabdanya ini, agar mereka mendapatkan keberkahan dari menjaga harga diri mereka. Salah satu contoh peristiwa yang terjadi adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al-Khudri:
Nabi صلى الله عليه وسلم juga memuji mereka yang memberi lebihdariyang mereka terima. Diamenggambarkan tangan yang memberi sebagai tangan yang lebih mulia (di atas), sedangkan tangan penerima sebagai tangan yang lebih rendah (di bawah). Nabi صلى الله عليه وسلم sering mendekatipara sahabatnya yang inginmenanyakan pertanyaan ini kepadanya, agar merekamendapatkanberkahuntukmenjaga harga diri mereka. Salah satu contoh peristiwa yang terjadiadalahseperti yangdiriwayatkan oleh Abu Sa'id Al-Khudri:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: "أَعْوَزَنَا مَرَّةً فَقِيلَ لِي: لَوْ أَتَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ فَسَأَلْتَهُ، فَانْطَلَقْتُ إِلَيْهِ مَعْنِقًا، فَكَانَ أَوَّلَ مَا وَجَّهَنِي بِهِ: (مَنْ اسْتَعَفَّ أَعَفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ اسْتَغْنَىٰ أَغْنَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَأَلَنَا لَمْ نَدَّخِرْ عَنْهُ شَيْئًا نَجِدُهُ)." قَالَ: "فَرَجَعْتُ إِلَى نَفْسِي فَقُلْتُ: أَلَا اسْتَعِفُّ فَيُعِفَّنِي اللَّهُ، فَرَجَعْتُ فَمَا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ شَيْئًا بَعْدَ ذَٰلِكَ حَتَّى مَالَتْ عَلَيْنَا الدُّنْيَا فَغَرَّقَتْنَا إِلَّا مَنَ عَصَمَ اللَّهُ."
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: "أَعْوَزَنَا مَرَّةً فَقِيلَ لِي: لَوْ أَتَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ فَسَأَلْتَهُ، فَانْطَلَقْتُ إِلَيْهِ مَعْنِقًا، فَكَانَ أَوَّلَ مَا وَجَّهَنِي بِهِ: (مَنْ اسْتَعَفَّ أَعَفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ اسْتَغْنَىٰ أَغْنَاهُ اللَّهُ، وَمَنْ سَأَلَنَا لَمْ نَدَّخِرْ عَنْهُ شَيْئًا نَجِدُهُ)." قَالَ: "فَرَجَعْتُ إِلَى نَفْسِي فَقُلْتُ: أَلَا اسْتَعِفُّ فَيُعِفَّنِي اللَّهُ، فَرَجَعْتُ فَمَا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ شَيْئًا بَعْدَ ذَٰلِكَ حَتَّى مَالَتْ عَلَيْنَا الدُّنْيَا فَغَرَّقَتْنَا إِلَّا مَنَعَصَمَ اللَّهُ."
Artinya:
Dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata: "Suatu ketika kami kekurangan, lalu dikatakan kepada saya: 'Mengapa tidak engkau pergi kepada Rasulullah ﷺ dan meminta?' Maka saya pun pergi menemui beliau. Dan saat itu, hal pertama yang beliau katakan kepada saya adalah: 'Siapa yang menjaga kehormatan dirinya, Allah akan menjaga kehormatan dirinya. Siapa yang merasa cukup, Allah akan mencukupkannya. Dan siapa yang meminta kepada kami, kami tidak akan menahan sesuatu pun yang kami miliki untuk memberinya.' Maka saya kembali kepada diri saya sendiri dan berkata, 'Mengapa tidak aku menjaga kehormatan diriku dan Allah akan menjaga kehormatanku?' Maka setelah itu, saya tidak pernah lagi meminta sesuatu kepada Rasulullah ﷺ hingga dunia datang melanda kami dan menenggelamkan kami, kecuali yang telah dijaga oleh Allah."
Dari Abu Sa'id al-Khudri, diaberkata: "Suatu ketika kami membutuhkan, dan diaberkatakepadaku: 'Mengapakamutidak pergikepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan bertanya?' Jadi saya pergimenemuinya. Dan pada saat itu, hal pertama yang dia katakankepadakuadalah: 'Siapa pun yang memelihara kehormatannya, Allah akanmemelihara kehormatannya. Siapa pun yang merasa cukup, Allah akancukup. Dan siapa pun yang meminta kepada kami, kami tidak akan menahanapa pun yang harus kami berikan kepadanya.' Jadi sayakembalikediri saya sendiri dan berkata, 'Mengapasayatidakmenjagakehormatan saya dan Allah akanmenjagakehormatan saya?' Jadi setelahitu, saya tidak pernah meminta apa pun kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sampai dunia datangkepada kami dan menenggelamkan kami, kecuali apa yang telah dijaga Allah."
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata
Dari Hakim bin Hizam, diaberkata::
"Aku datang kepada Nabi ﷺ untuk meminta, maka beliau ﷺ bersabda:
إِنَّ مَنْ يَسْأَلُ النَّاسَ فُيُعْطَى، يَكُونُ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَنْفَعُهُ مَا أَكَلَ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ" (HR. Bukhari dan Muslim)
"Aku datangkepada Nabi صلى الله عليه وسلمuntukbertanya, makadiaصلى الله عليه وسلمberkataإِنَّ مَنْ يَسْأَلُ النَّاسَ فُيُعْطَى، يَكُونُ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَنْفَعُهُ مَا أَكَ لُ �، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ" (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Dan Hakim berkata: "Saya berkata: 'Wahai Rasulullah, demi yang telah memuliakan Anda, saya tidak akan mengambil apa pun dari seseorang.'"
Dan Hakim berkata: "Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, demi orang-orang yang telahmemuliakan engkau, akutidak akan mengambilapapun darisiapapun.'"
Nabi ﷺ juga memberikan ancaman keras kepada orang yang meminta untuk sekadar menambah kekayaan, beliau ﷺ bersabda:
"لَا تَزَالُ الْمَسْأَلَةُ بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ تَعَالَى وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةٌ لَحْمٌ"
Nabi صلى الله عليه وسلم juga memberikanancamankeraskepada mereka yang memintauntuksekadarmenambahkekayaan mereka, diaصلى الله عليه وسلمberkata "لَا تَزَالُ الْمَسْأَلَةُ بِأَحَدُ بِأَحَد ِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ تَعَالَى وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةٌ لَحْمٌ"
(Mutafaq alaih, HR. Bukhari dan Muslim)
Maknanya adalah bahwa orang tersebut akan datang pada Hari Kiamat dengan kondisi yang hina, wajahnya terhapus tanpa daging sedikit pun sebagai bentuk hukuman, atau ia akan dihimpun pada Hari Kiamat dengan wajahnya yang hanya berupa tulang tanpa daging, sebagai tanda dosa yang telah dilakukannya ketika ia meminta-minta tanpa kebutuhan yang mendesak
(Mutafaq alaih, HR. Bukhari dan Muslim)Artinya adalah bahwa orang tersebut akan datang pada Hari Kebangkitan dalam kondisi tercela, wajahnya akan terhapus tanpa daging sedikit pun sebagai bentuk hukuman, atau dia akan dikumpulkan pada Hari Kebangkitan dengan wajahnya yang hanya tulang tanpa daging, sebagai tanda dosa yang telah dilakukannya ketika dia memohon tanpa kebutuhan mendesak.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَن سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ"
Dalam hadis lain, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "مَن سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengandung ancaman keras bahwa meminta untuk menambah kekayaan adalah dosa besar, dan orang tersebut akan dihukum sesuai dengan jumlah permintaannya, baik sedikit maupun banyak
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)Hadis ini mengandung ancaman kuat bahwa meminta untuk menambah kekayaan adalah dosa besar, dan orang tersebut akan dihukum sesuai dengan besaran permintaannya, apakah itu sedikit atau banyak.
Namun, jika seseorang diberi sesuatu yang tidak dimintanya atau dimohonkan, maka itu adalah rizki yang Allah berikan kepadanya. Inilah yang dipahami oleh Ibn Umar رضي الله عنه dari rangkaian hadits Rasulullah ﷺ
Namun, jikaseseorangdiberikansesuatu yang tidak dia mintaatauminta, makaituadalah rezeki yang telah Allah berikankepadanya. Inilah yang dipahami Ibnu Umar رضي الله عنهdariserangkaianhadis Nabi صلى الله عليه وسلم.
Dari al-Qaaqaa’ bin Hakim, ia berkata: "Abdul Aziz bin Marwan menulis surat kepada Ibn Umar, 'Tinggikanlah kebutuhanmu kepadaku.' Maka Ibn Umar menulis balasan kepadanya, 'Rasulullah ﷺ pernah bersabda: الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ (HR. Bukhari dan Muslim), dan saya tidak meminta sesuatu kepada Anda, juga tidak akan saya tolak rizki yang Allah berikan kepada saya melalui Anda.'"
Dari al-Qaaqaa' bin Hakim, diaberkata: "Abdul Aziz bin Marwan menulissuratkepada Ibnu Umar, 'Tinggikankebutuhanmukepadaku.' Maka Ibnu Umar menulisbalasankepadanya, 'Rasulullah صلى الله عليه وسلمpernahbersabda: الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ (HR. Bukhari dan Muslim), dan sayatidakmemintaapapun kepada Anda, saya juga tidak akanmenolakpersediaan yang telah Allah berikankepadakumelalui kamu.'"
Rukun Ketiga: Keberanian
Keberanian dalam bahasa: Huruf shin, jim, dan 'ain memiliki akar makna yang mengarah pada keberanian dan keberanian yang kuat. Keberanian adalah keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan
Pilar Ketiga: KeberanianKeberanian dalam bahasa: Huruf shin, jim, dan 'ain memiliki akar makna yang mengarah pada keberanian dan keberanian yang kuat. Keberanian adalah tekad dalam menghadapi kesulitan.
Secara istilah: Keberanian adalah sifat yang memungkinkan seseorang untuk mengalahkan musuhnya.
Musuh terburuk dan paling kuat bagi seseorang adalah dirinya sendiri, oleh karena itu dikatakan, "Musuh yang paling berbahaya adalah dirimu sendiri yang ada di dalam tubuhmu." Jika seseorang mampu mengendalikan dirinya ketika marah, itu menunjukkan keberanian dan kekuatannya. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الغَضَبِ"
"Bukanlah yang kuat itu yang mampu memenangkan pertarungan, tetapi yang kuat itu adalah yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah."
Dalamistilah: Keberanianadalah sifat yang memungkinkanseseoranguntukmengalahkanmusuhnyaMusuhterburuk dan paling kuat bagiseseorangadalahdirinya sendiri, oleh karena itu dikatakan, "Musuh Hal yang paling berbahayaadalahdirimu sendiri di tubuhmu ." Jika seseorangmampumengendalikandirinya ketikamarah, itumenunjukkan keberanian dan kekuatannya. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الغَضَبِ""Bukan yang kuatyang mampumemenangkan pertempuran, tetapi yang kuatDialah yang bisamengendalikandirinya sendiriketikadia marah."
Keberanian juga didefinisikan sebagai kekuatan hati dan keteguhan dalam menghadapi ketakutan.
Perbedaan antara keberanian dan kekuatan
Keberanian juga didefinisikansebagaikekuatan hati dan ketabahandalammenghadapi ketakutanPerbedaanantarakeberanian dan kekuatan:
Banyak orang sering keliru membedakan antara keberanian dan kekuatan, padahal keduanya berbeda. Keberanian adalah keteguhan hati dalam menghadapi musibah, meskipun kekuatan fisiknya lemah. Abu Bakar radhiallahu 'anhu adalah orang yang paling berani setelah Rasulullah ﷺ, meskipun Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu dan yang lainnya lebih kuat darinya. Namun, Abu Bakar menonjol di antara para sahabat karena keteguhan hatinya di setiap situasi yang mengguncang gunung-gunung. Dalam setiap situasi tersebut, ia tetap tenang dan bisa menenangkan serta memberi semangat kepada para sahabat yang berani, bahkan dalam situasi yang sangat berat seperti setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, saat beberapa suku murtad dari Islam. Para sahabat tetap teguh melihat keteguhan hatinya, dan mereka mengikuti jejaknya sampai akhirnya mereka berhasil menumpas fitnah murtad dan menjaga agama.
Banyak orang seringkelirumembedakanantarakeberanian dan kekuatan, padahal keduanyaberbeda. Keberanianadalah tekaduntukmenghadapimalapetaka, meskipunkekuatanfisiknyalemah. Abu Bakar radhiyallahu 'antulah adalah orang yang paling berani setelah Nabi صلى الله عليه وسلم, meskipun Umar bin Khattab radhiyallahu 'antuhi wa sallam dan yang lainnyalebihkuatdarinya. Namun, Abu Bakar menonjol di antara para sahabat karenatekadnya dalam setiapsituasi yang mengguncang pegunungan. Dalam setiap situasi ini, diatetaptenang dan mampu menenangkan diridanmendorong teman-teman pemberani, bahkan dalam situasi yang sangat sulit sepertisetelah itukematian Nabi صلى الله عليه وسلم, ketikabeberapasuku murtad dari Islam. Para sahabat tetapteguhdalam melihat tekadnya, dan merekamengikutijejaknyasampaiakhirnyamerekaberhasil memberantas fitnah kemurtadan dan mempertahankan agama.
Keberanian yang terpuji adalah yang memiliki dua ciri:
Pertama: Keberanian yang dilakukan semata-mata karena Allah, tanpa adanya niat lain. Keberanian ini mendorong seseorang untuk berperang dan menghadapi kesulitan. Bisa jadi seseorang melakukannya karena keberaniannya sendiri, tanpa tujuan tertentu, atau bisa juga karena mencari keridhaan Allah. Yang terpuji adalah yang dilakukan semata-mata untuk Allah. Dari Abu Musa, ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang seseorang yang berperang dengan keberanian, karena marah, atau karena riya, siapa yang benar-benar berjuang di jalan Allah? Rasulullah ﷺ menjawab:
"مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
"Siapa yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, maka dia berada di jalan Allah."
Keberanian yang terpuji adalah keberanian yang memiliki dua karakteristik: Pertama: Keberanian yang dilakukansemata-matademi Tuhan, tanpa niat lain. Keberanian ini mendorongseseoranguntukpergi berperang dan menghadapikesulitan. Bisa jadi seseorangmelakukannyakarenakeberaniannyasendiri, tanpa tujuan tertentu, atau bisa juga karenaia mencari keridhaan Allah. Apa yang terpujiadalah apa yang dilakukansemata-matauntuk Tuhan. Dari Abu Musa, diabertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلمtentangseseorang yang berjuangdengan keberanian, karena marah, ataukarenariya, siapa yang benar-benarberjuang di jalan Allah? Nabi صلى الله عليه وسلمmenjawab, "مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"" Barangsiapa berjuang untuk hukuman tertinggi Allah adalah menghalangi jalan Allah."
Nabi ﷺ adalah orang yang paling berani, paling kuat, dan paling mampu mengendalikan dirinya. Dari Ali radhiallahu 'anhu:
"كُنَّا إِذَا حَمِيَ الْبَأْسُ، وَقَاتَلَ الْقَوْمُ، اتَّقَيْنَا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا يَكُونُ مِنَّا أَحَدٌ أَدْنَى إِلَى الْقَوْمِ مِنْهُ"
"Ketika pertempuran memanas dan dua kelompok bertemu, kami berlindung dengan Rasulullah ﷺ. Tidak ada seorang pun di antara kami yang lebih dekat dengan musuh daripada beliau."
Namun demikian, beliau tidak menggunakan keberaniannya kecuali dalam ketaatan kepada Allah. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:
"مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ، فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ، إِلَّا أَنْ يُنْتَهَكَ شَيْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ"
"Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pula wanita atau pelayan, kecuali jika beliau berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah membalas dendam atas sesuatu yang dilakukan padanya, kecuali jika kehormatan Allah dilanggar, maka beliau membalas untuk Allah."
Retry
Reason
Kedua: Keberanian yang didasari oleh ilmu dan pengetahuan, tanpa terburu-buru atau ceroboh. Keberanian yang sejati adalah yang dilakukan dengan pemikiran yang matang, mengetahui kapan saat yang tepat untuk bertindak. Orang yang berani adalah yang tahu kapan harus menggunakan keberaniannya, dengan sabar dan penuh pertimbangan untuk mencari yang terbaik Retry Reason .
Tentu, keberanian berbeda dengan kebodohan dan kelalaian Retry Reason .
Sebab-sebab yang membantu dalam memperoleh sifat keberanian adalah:
Pertama: Iman kepada Allah dan takdir-Nya, serta keyakinan bahwa tidak akan ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah. Seperti yang dijelaskan dalam hadis:
"وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ"
"Ketahuilah bahwa jika umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah untukmu. Jika mereka berkumpul untuk memberi mudarat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa mendatangkan mudarat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu. Pena-pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering."
Penyebab yang membantudalam memperoleh sifatkeberanianadalah: Pertama: Iman kepada Tuhan dan takdir-Nya, dankeyakinanbahwatidak ada yangakan menimpa-Nyakecualiapa yang telah dilakukan.ditentukan oleh Allah. Seperti yang dijelaskan dalamhadis "وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشََ ْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْ تَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ ق ٍ ق دْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتْ الصُّّحُفُ"""Ketahuilah bahwajikaOrang-orang ini berkumpuluntukmemberi manfaatkepadamudengansesuatu, merekatidak akan dapatmemberi manfaat kepadamukecualidengan sesuatu yang telahTuhan tulis untukmu. Jika merekaberkumpuluntukmenyakitiAndadengansesuatu, merekatidak akan dapat menyakitiAndakecualidengansesuatu yang telahTuhan tulis untuk Anda. Pena telah diangkat, dan sepraitelahmengering."
Kedua dan Ketiga: Mengetahui keutamaan kekuatan dan keberanian, serta memohon pertolongan kepada Allah, berlindung dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ..."
"Orang yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang yang lemah, dan dalam keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah."
Kedua dan Ketiga: Mengetahuikebajikankekuatan dan keberanian, danmeminta pertolongan Tuhan, berlindungdalam kekuatan dan kuasa-Nya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَ ّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ...""Orang yang kuatlebihbaik dan lebihdikasihi oleh Allah daripada yang lemah, dan di dalamkeduanyaadakebaikan. Bersemangatlah untukmencapai apa yang bermanfaatbagimu, dan mintalah pertolongan Allah dan jangan merasalemah."
Jika seorang hamba meminta pertolongan kepada Allah, maka jiwanya akan bangkit, menjadi lebih berani, dan mampu melaksanakan amal kebaikan
Jika seorang hamba meminta pertolongan kepada Allah, maka jiwanya akan bangkit, menjadi lebih berani, dan mampu melakukan perbuatan baik.
Keempat: Memperbanyak dzikir kepada Allah, terutama istighfar, karena Allah memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya dalam situasi yang paling sulit sekalipun, seperti saat menghadapi musuh di medan perang. Allah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [Al-Anfal: 45]
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertemu dengan kelompok musuh, maka teguhkanlah hati kalian, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kalian beruntung."
Keempat: Tingkatkanzikirkepada Allah, khususnyaistighfar, karena Allah memerintahkanuntuk banyak mengingat-Nya bahkan dalam situasi yang paling sulit, sepertiketika menghadapimusuh di medan perang. Allah berfirman{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [Al-Anfal: 45]"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu dengan kelompok musuh, maka kuatlah hatimu kamu, dan ingatlah Allah berkali-kali agar kamu beruntung."
Dan Allah juga berfirman tentang istighfar:
{وَفِيهِ فَغْفِرْ لِي وَرَحْمَتَكَ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ} [Hud: 52]
"Dan di dalamnya, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi rahmat."
Dan Allah juga berfirmantentangistighfar{وَفِيهِ فَغْفِرْ لِي وَرَحْمَتَكَ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ} [Hud: 52]"Dan di dalamnya, ampunilahaku, kasihanilahaku, dan kamu adalahyang terbaik yang memberikan belas kasihan."
Kelima: Membaca sejarah para pahlawan yang dengan keberanian mereka mencatat sejarah besar bagi umat mereka. Membaca sejarah mereka dapat menguatkan hati, memperkuat tekad, dan mendorong diri untuk mengikuti jejak mereka dan mengembangkan sifat keberanian. Bangsa-bangsa sejak zaman dahulu sudah mengenal pengaruh besar dari kisah para pahlawan untuk memotivasi pemuda dan generasi muda, dan mereka terus menyebarkan cerita-cerita ini dari generasi ke generasi
Kelima: Baca sejarah para pahlawan yang dengan keberanian mereka mencatat sejarah besar bagi rakyatnya. Membaca sejarah mereka dapat memperkuat hati mereka, memperkuat tekad mereka, dan mendorong diri mereka sendiri untuk mengikuti jejak mereka dan mengembangkan sifat keberanian Bangsa-bangsa sejak dahulu kala mengakui pengaruh besar dari kisah-kisah pahlawan untuk memotivasi pemuda dan generasi muda, dan mereka terus menyebarkan kisah-kisah ini dari generasi ke generasi.
Keenam: Terus berlatih berbagai jenis olahraga dan berkompetisi di dalamnya, karena kekuatan fisik akan mendukung kekuatan hati. Nabi ﷺ sangat peduli untuk melatih para sahabatnya dengan berbagai jenis latihan fisik, dan sering mengadakan perlombaan di antara mereka untuk meningkatkan semangat dan memberi dorongan kepada mereka
Keenam: Terus berlatih berbagai jenis olahraga dan bersaing di dalamnya, karena kekuatan fisik akan menunjang kekuatan jantung. Nabi صلى الله عليه وسلم sangat peduli melatih para sahabatnya dengan berbagai jenis latihan fisik, dan sering mengadakan lomba di antara mereka untuk meningkatkan semangat dan memberi mereka semangat dan memberi mereka semangat.
Dan beberapa akhlak yang termasuk dalam akhlak keberanian adalah sebagai berikut:
Dan beberapa moral yang termasuk dalam moralkeberanianadalahsebagai berikut:
Keberanian mendorong seseorang untuk menahan amarah dan bersabar, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
"لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ."
"Bukanlah orang yang kuat itu adalah yang dapat mengalahkan lawannya, tetapi yang kuat itu adalah yang dapat menahan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Keberanianmendorongseseoranguntukmenahankemarahan dan bersabar, seperti yang disebutkandalam hadis "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ." "Bukan orang kuat yang bisamengalahkanlawannya, tapi orang kuatadalah orang yang bisamenahandirisaatmarah." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Contoh kesabaran Rasulullah ﷺ dalam menghadapi situasi ini diceritakan oleh Anas bin Malik , ia berkata: "Suatu ketika, saya berjalan bersama Rasulullah ﷺ yang mengenakan pakaian kasar dari Najran. Tiba-tiba, seorang Arab Badui menghampiri dan menarik pakaian beliau dengan keras, hingga saya melihat bekas pakaian tersebut di pundak Rasulullah ﷺ karena kuatnya tarikan tersebut. Kemudian, orang itu berkata, 'Wahai Muhammad, berikanlah aku sebagian harta yang ada padamu!' Rasulullah ﷺ menoleh kepadanya, tersenyum, dan kemudian memerintahkan untuk memberinya pemberian."
Contohkesabaran Nabi صلى الله عليه وسلمdalammenghadapisituasiinidiriwayatkan oleh Anas bin Malik diaberkata: "Suatu ketika, aku berjalanbersama Nabi صلى الله عليه وسلم yang mengenakan pakaian kasar dari Najran. Tiba-tiba, seorang Arab Badui mendekat dan menarik pakaiannyadengan keras, sampaisayamelihat bekas di pundak Nabi صلى الله عليه وسلمkarena tarikan yang kuat. Kemudian, orang itu berkata, 'Wahai Muhammad, berikanakubeberapa harta yang kamu miliki!' Rasulullah صلى الله عليه وسلم menolehkepadanya, tersenyum, dan kemudianmemerintahkannyauntukmemberinyahadiah."
Keberanian memberikan keteguhan hati pada kebenaran dan tidak tergoyahkan olehnya, tidak mengubah prinsip dan nilai-nilai yang diyakininya meskipun orang-orang di sekitarnya berubah. Rasulullah ﷺ bersabda:
"لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلاَ تَظْلِمُوا."
"Janganlah kalian menjadi orang yang ikut-ikutan, yang mengatakan: 'Jika orang-orang baik, kami juga baik, dan jika mereka zalim, maka kami juga zalim.' Sebaliknya, jadikanlah dirimu teguh, jika orang-orang berbuat baik, maka berbuatlah baik, dan jika mereka berbuat buruk, maka janganlah kalian berbuat zalim." (HR. Ahmad)
Keberanianmemberikan ketabahan pada kebenaran dan tidaktergoyahkanolehnya, tidakmengubah prinsip dan nilai-nilai yang dia yakini,meskipun orang-orang di sekitarnya berubah. Nabi صلى الله عليه وسلمberkata: "لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْ نَْ نَّا إَِنْ ظَلَمْ نَ أ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلاَ تَظْلِمُوا.""Janganlah kamu mengikuti kamu , mengatakan: 'Jika orang-orang baik, kami juga baik, dan jikamerekasalah, maka kami juga salah.' Sebaliknya, jadikanlahdirimukuat, jika orang berbuat baik, makaberbuat baik, dan jikamerekaberbuatburuk, jangan berbuat salah." (HR. Ahmad)
Orang yang berani tidak takut pada celaan orang yang mencela, tidak gentar terhadap ejekan atau ancaman, karena dia yakin bahwa kemenangan berada di pihaknya dan orang-orang yang menginginkan ridha Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الله تعالى عَنْهُ وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناس."
"Barangsiapa yang mencari ridha Allah meskipun dengan membuat manusia marah, maka Allah akan ridha kepadanya dan membuat manusia juga ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengorbankan kemurkaan Allah, maka Allah akan murka kepadanya dan membuat manusia juga murka kepadanya." (HR. Tirmidzi)
Orang yang berani tidaktakut dengan celaan dari orang yang mencela, tidaktakutakanejekanatauancaman, karenadiayakinbahwakemenanganada di pihaknya dan mereka yang menginginkankesenangan Tuhan. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ الله تعالى عَنْهُ وَأَرْضَى النَى النَى ى اسَ عَنْهُ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناس.""Barangsiapa mencari keridhaan Allah bahkan dengan membuatmanusiamarah, maka Allah akanberkenankepadanya dan membuat manusia juga berkenankepadanya. Dan barangsiapa mencari keridhaan manusiadengan mengorbankanmurka Allah, maka Allah akanmurkaterhadapnya dan membuat manusia murka juga terhadapnya." (SDM. Tirmidzi)
Keberanian memberikan kekuatan kepada seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya dan menahan segala keinginan yang tidak baik, sehingga dia bisa mengarahkan dirinya kepada apa yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Nabi ﷺ bersabda:
"الْكَيِّسُ مَن دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَن أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الْأَمَانِيَّ."
"Orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berharap-harap kepada Allah." (HR. Tirmidzi)
Keberanianmemberi seseorangkekuatanuntukmengendalikannafsunya dan menahansemua keinginan buruk, sehinggaiadapatmengarahkandirinyake apayang lebih baik dan lebih berguna. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "الْكَيِّسُ مَن دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، مَ وْتِ، مَ وْتِ، َ َالْعَاجِزُ مَن أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الْأَمَانِيَّ.""Orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengendalikandirinya sendiri dan melakukan amaluntukkehidupansetelahkematian. Sedangkan orang yang lemahadalah orang yang mengikuti nafsunya dan hanyaberharapkepada Allah." (SDM. Tirmidzi)
Keberanian juga mendorong seseorang untuk berderma dan memberi dengan murah hati, karena harta adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh jiwa, tetapi seorang yang berani akan mengeluarkan apa yang dicintainya demi Allah. Oleh karena itu, Allah sering menghubungkan antara sedekah dan jihad dalam Al-Qur'an, bahkan menyebut sedekah di jalan-Nya sebagai jihad. Allah berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ الصَّادِقُونَ} (QS. Al-Hujurat: 15)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shaleh, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, mereka adalah orang-orang yang sesungguhnya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang jujur dalam iman dan mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah."
Keberanian juga mendorongseseoranguntukmemberi dengan murah hati karenaharta adalahsesuatu yang sangat dicintai jiwa, tetapiorang yang berani akanmenghabiskanapa yang ada dicintai demi Allah. Oleh karena itu, Allah seringmenghubungkansedekah dan jihad dalam Al-Qur'an, bahkanmenyebutsedekah dengan cara-Nya sebagai jihad. Allah berfirman{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ الصَّادِقُونَ} (QS. Al-Hujurat: 15) "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang beramalsaleh, yang beribadah dan membayar zakat, adalah orang-orang yang benar-benarberimankepada Allah dan Rasul-Nya. Merekaadalah orang-orang yang jujurdalamiman dan merekalah yang berjihad di jalan Allah."
Rukun Keempat: Keadilan
Pilar Keempat: Keadilan
Keadilan dalam bahasa: Lawan dari ketidakadilan dan kezaliman, yaitu keteguhan, keseimbangan, dan kesetaraan
Keadilan dalam bahasa: Kebalikan dari ketidakadilan dan tirani, yaitu ketegasan keseimbangan, dan kesetaraan.
Keadilan dalam istilah: Lawan dari ketidakadilan dan kezaliman, yaitu keteguhan dalam jalan yang benar, serta sikap yang seimbang antara berlebihan dan kekurangan
Keadilan dalam istilah: Kebalikan dari ketidakadilan dan tirani, yaitu ketabahan di jalan yang benar, serta sikap yang seimbang antara kelebihan dan kekurangan.
Perbedaan antara keadilan dan kesetaraan: Keadilan adalah memberikan kesetaraan kepada yang serupa dan perbedaan kepada yang berbeda, sementara kesetaraan adalah membuat semua hal menjadi sama, baik yang serupa maupun yang berbeda. Tentu saja, keadilan adalah yang lebih baik dan lebih tepat, sedangkan kesetaraan dalam hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan dan penindasan terhadap yang berbeda
Perbedaan antara keadilan dan kesetaraan: Keadilan memberikan kesetaraan pada yang serupa dan perbedaan pada yang berbeda, sedangkan kesetaraan membuat semua hal menjadi sama, baik serupa maupun berbeda. Tentu saja, keadilan adalah yang lebih baik dan lebih tepat, sedangkan kesetaraan dalam hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan dan penindasan yang berbeda.
Oleh karena itu, syariat mengajarkan kita untuk berbuat adil, bukan sekadar memberikan kesetaraan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:
{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ}
Oleh karena itu, syariahmengajarkankitauntukmelakukankeadilan, bukanhanyauntuk memberikankesetaraan. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirmandalam Al-Qur'an: {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ}
(Surah An-Nahl: 90)
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk berlaku adil, berbuat baik, dan memberikan kepada kerabat dekat, dan melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan kedzaliman."
(Surah An-Nahl: 90)"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untukbersikapadil, berbuat baik, dan memberikepada kerabat dekatmu, dan melarangkeji, kejahatan, dan tirani."
Cara Mengetahui Keadilan:
Pertama: Keadilan mutlak yang diketahui melalui akal yang sehat dan fitrah yang lurus, seperti berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, dan menahan diri dari menyakiti orang yang telah menahan diri untuk tidak menyakiti kita. Ini adalah hal yang disarankan oleh syariat. Begitu pula dengan sikap yang moderat dalam akhlak dan keseimbangan dalam keadaan-keadaan, yang dapat dipahami oleh akal yang sehat dan dikenali oleh fitrah yang benar. Contohnya, sifat kikir dan pemborosan keduanya tercela, sementara di antara keduanya, moderasi dalam pengeluaran adalah hal yang terpuji. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا}
Pertama: Keadilan mutlak yang diketahuimelalui akal sehat dan sifat jujur, sepertiberbuatbaikkepada mereka yang berbuatbaikkepadakita, dan menahan diriuntuk tidakmenyakiti mereka yang berbuat baik telahmenahan diriuntuk tidakmenyakitikami. Inilah yang disarankan oleh Syariah. Demikian juga dengan sikap moderat dalammoral dan keseimbangandalamkeadaan, yang dapatdipahami dengan akal sehat dan diakui oleh sifat yang benar. Misalnya, kekikiran dan pemborosankeduanyatercela, sementara moderasi dalam pengeluaranpatut dipuji. Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا}
(Surah Al-Isra: 29)
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu ke lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu menyebabkan kamu tercela dan menyesal."
(Surah Al-Isra: 29)"Dan jangan biarkantanganmu terikat dilehermu, dan jangan terlalubanyak mengulurkannya, karena itumenyebabkankamumencela dan menyesal."
Dan seterusnya.
Kedua: Keadilan yang diketahui sebagai keadilan oleh syariat, yang kemudian dapat dipahami oleh akal dan disadari oleh orang yang diberi penerangan oleh Allah, namun mungkin tidak tampak bagi orang yang kehilangan penerangannya. Sebagai contoh, dalam pembagian warisan, semuanya adalah adil meskipun ada perbedaan dalam bagian masing-masing ahli waris; Allah memberikan hak masing-masing kepada yang berhak. Begitu juga dengan masalah dalam qishash (balasan setimpal) dan diyat (denda dalam kasus cedera), penentuannya berasal dari syariat dan dengannya keadilan tercapai. Seperti beberapa kewajiban syariat yang diberikan kepada salah satu jenis kelamin - laki-laki atau perempuan - lebih banyak dari yang lainnya, di mana kesetaraan antara keduanya tanpa memperhatikan perbedaan kebutuhan fisik dan psikologis serta tugas-tugas alami mereka adalah suatu kedzaliman yang besar. Memperhatikan perbedaan dan kebutuhan mereka adalah bentuk keadilan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمْ خَارِجُونَ}
Kedua: Keadilan dikenal sebagaikeadilan oleh Syariah, yang kemudian dapat dipahami dengan akal dan diwujudkan oleh orang yang dicerahkan oleh Allah, tetapimungkintidakterlihatoleh orang yang dicerahkan oleh Allah.kehilanganpenerangannya. Misalnya, dalampembagianwarisan, semuanyaadilmeskipunadaperbedaanbagian masing-masing ahli waris; Allah memberikan setiap hak kepada mereka yang memiliki hak. Begitu juga denganmasalahqishash (pembalasan yang sepadan) dan diyat (dendajikaterjadi cedera), penentuan berasaldariSyariah dan dengan itu keadilan tercapai. Sepertibeberapa kewajiban syariah yang diberikan kepada satu jeniskelamin – laki-lakiatauperempuan – lebih dari yang lain, di mana kesetaraanantarakeduanyaTanpamemperhatikanperbedaan dalam kebutuhan fisik dan psikologismereka dan tugasalamiadalahtirani yang besar. Memperhatikanperbedaan dan kebutuhanmerekaadalahbentukkeadilan. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman{أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمْ خَارِجُونَ}
(Surah An-Nahl: 17)
"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan diri mereka?"
(Surah An-Nahl: 17)"Apakahmerekadiciptakanuntuk apa-apa, atauapakah mereka yang menciptakandiri mereka sendiri?"
Dan juga:
{أَلَا يَعْلَمُ مَن خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}
Dan juga:{أَلَا يَعْلَمُ مَن خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}
(Surah Al-Mulk: 14)
"Tidakkah Dia yang menciptakan mengetahui, padahal Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?"
(Surah Al-Mulk: 14)"Bukankah Dia yang menciptakantahu, ketika Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui?"
Pentingnya Keadilan:
Keadilan memiliki peran yang sangat penting. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan bersama mereka kitab dan timbangan agar umat manusia dapat menegakkan keadilan. Inilah keadilan yang menjaga keseimbangan antara bumi dan langit. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ}
Keadilanmemiliki peran yang sangat penting. Allah SubhanahuwaTa'alamengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkanbersamamereka kitab dan timbangan agar umat manusiadapatmenegakkankeadilan. Inilahkeadilan yang menjaga keseimbanganantarabumi dan langit. Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ}
(Surah Al-Hadid: 25)
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang jelas dan menurunkan bersama mereka kitab dan timbangan, agar manusia dapat menegakkan keadilan."
(Surah Al-Hadid: 25)"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang jelas dan menurunkan kitab-kitab dan timbangan kepada mereka, supaya manusiamenegakkan keadilan."
Dalam hadits dari Abu Dzar, yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ, beliau mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Wahai hamba-Ku, Aku telah mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling mendzalimi..."
Dalam sebuah hadisdari Abu Dhar, diriwayatkan dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, beliaumengatakanbahwa Allah SubhanahuwaTa'alaberfirman, "Wahai hamba-Ku, aku telahmelarang ketidakadilan terhadap diri-Ku dan Jadikanlah haram di antara kamu, jadijanganlah kamu saling menindas..."
(Hadits riwayat Muslim)
(Haditsdiriwayatkan oleh Muslim)
Dengan adanya keadilan, keadaan dunia menjadi baik. Melalui keadilan, negara-negara akan berkembang, kekayaan akan bertumbuh, keturunan akan berkembang, dan masyarakat akan merasa aman
Dengan adanya keadilan, keadaan dunia menjadi baik. Melalui keadilan, negara-negara akan berkembang, kekayaan akan tumbuh, anak cucu akan berkembang, dan masyarakat akan merasa aman.
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga telah memuliakan umat ini dan menjadikannya umat yang tengah—yakni umat yang adil dan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan. Allah berfirman:
{وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لّٰتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ}
Allah SubhanahuwaTa'ala juga telah memuliakan orang-orang ini dan menjadikan mereka orang-orang tengah—yaitu, orang-orang yang adil dan seimbang, tidakberlebihanataukekurangan. Allah berfirman{وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لّٰتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ}
(Surah Al-Baqarah: 143)
"Dan demikian pula Kami jadikan kalian umat yang tengah agar kalian menjadi saksi bagi umat manusia."
(Surah Al-Baqarah: 143)"Dan dengan cara yang sama Kami jadikan kamu umat di tengah-tengah, sehingga kamu menjadisaksiumatmanusia."
Rasulullah ﷺ menjelaskan makna ayat ini dengan mengatakan: "Dan umat yang tengah itu adalah umat yang adil." Oleh karena itu, umat Islam diberikan kehormatan untuk menjadi saksi bagi umat manusia, sebuah kemuliaan yang hanya diberikan kepada umat ini
Nabi صلى الله عليه وسلم menjelaskan arti ayat ini dengan mengatakan: "Dan orang-orang yang ada di tengah-tengah adalah orang-orang yang benar." Oleh karena itu, umat Islam diberi kehormatan menjadi saksi kemanusiaan, kemuliaan yang hanya diberikan kepada umat ini.
Dan Termasuk dalam Keadilan Adalah Hal-Hal Berikut:
Dan TermasukdalamKeadilan adalah sebagai berikut:
Pertama: Menjauhi kedzaliman dan berlaku adil terhadap diri sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda
Pertama: Jauhi tirani dan bersikaplah adil pada diri sendiri. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda::
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ»
"Barang siapa yang memiliki kedzaliman terhadap saudaranya, baik dalam hal kehormatan ataupun sesuatu lainnya, maka hendaklah ia menyelesaikannya hari ini, sebelum tidak ada lagi dinar atau dirham. Jika ia memiliki amal shalih, maka akan diambil sesuai dengan kadar kedzalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka akan diambil dari keburukan orang yang didzalimi, dan akan dipikul kepadanya."
Retry
Reason
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Retry
Reason
Kedua: Keadilan dalam transaksi keuangan, seperti keadilan dalam takaran dan timbangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَٰلَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَٰلِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
(Surah Al-Baqarah: 188)
"Dan janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan cara yang batil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan dosa, padahal kamu mengetahui."
Kedua: Keadilandalam transaksi keuangan, sepertikeadilandalamukuran dan skala. Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَٰلَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لمِ لْحُُى �َّامِ لمِ تَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَٰلِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} (Surah Al-Baqarah: 188)"Dan janganlah kamu memakan kekayaan sesamamudi jalan dan janganlah kamu menyuap para hakim dengan harta itu, sehingga kamudapatmemakansebagian dari harta orang lain dengan dosa, meskipunkamumengetahuinya."
Ketiga: Keadilan dalam keputusan hukum, di mana tidak boleh ada perbedaan antara atasan dan bawahan, orang terhormat dan orang yang lebih rendah, atau antara orang tua dan anak. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا}
Ketiga: Keadilandalamkeputusan hukum, di mana tidak boleh adaperbedaanantaraatasan dan bawahan, orang yang terhormat dan orang yang lebih rendah, atau antara orang tua dan anak. Allah SubhanahuwaTa'alabersabda{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُووا قَوّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ , بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا}
(Surah Al-Ma'idah: 8)
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan karena Allah, menjadi saksi-saksi yang adil. Dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil."
(Surat Al-Ma'idah: 8)"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penegakkeadilan demi Allah, jadilah saksi-saksi yang adil. Dan jangan membenci suatubangsamendorong Andauntukbertindaktidak adil."
Perhatikanlah keadilan yang sebenarnya yang tidak mengenal pembelaan atau kekeliruan, seperti yang terjadi dalam kisah Aisyah tentang seorang wanita dari Bani Makhzum yang mencuri. Ketika orang-orang Quraisy merasa bingung untuk berbicara tentang hukuman untuk wanita tersebut, mereka berkata: "Siapa yang akan berbicara tentangnya kepada Rasulullah ﷺ?" Mereka berkata, "Tidak ada yang berani kecuali Usama bin Zaid, kekasih Rasulullah ﷺ." Usama bin Zaid berbicara kepada Rasulullah ﷺ, lalu Rasulullah ﷺ berkata: "Apakah kamu hendak memberikan pertolongan dalam pelaksanaan hukum Allah? Kemudian beliau berdiri, berkhutbah, dan berkata: 'Sesungguhnya umat-umat yang sebelumnya dihancurkan karena mereka jika seorang bangsawan mencuri, mereka membiarkannya, tetapi jika orang lemah yang mencuri, mereka menegakkan hukum terhadapnya. Demi Allah, jika Fathimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.'"
Perhatikan keadilan sejati yang tidak mengenal pembelaanataukesalahanseperti yang terjadi dalam kisah Aisha tentangseorangwanitadari Bani Makhzum yang mencuri. Ketika Quraisybingunguntukmembicarakan hukumanbagi wanita itu, merekaberkata: "Siapa yang akanmembicarakannyakepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم?" Merekaberkata, "Tidak ada yang beranikecuali Usama bin Zaid, kekasih Nabi صلى الله عليه وسلم." Usama bin Zaid berbicarakepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dan Rasulullah صلى الله عليه وسلمberkata: "Apakahkamuingin memberikanbantuandalampelaksanaan hukum Allah? Kemudiandiaberdiridan berkhotbah, dan berkata: 'Sesungguhnya, orang-orang yang sebelumnyadibinasakankarenamereka, jikaseorangbangsawanmencuri, merekamembiarkannya pergi, tetapijika orang lemah yang mencuri, merekamenegakkanhukumterhadap mereka. Demi Allah, jika Fathimah putri Muhammad mencuri, aku pasti akanmemotongtangannya.'"
(Hadits riwayat Bukhari)
(Haditsdiriwayatkan oleh Bukhari)
Keempat: Keadilan dalam menjalankan agama, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan keadilan sebagai syariat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ}
Keempat: Keadilandalammenjalankan agama, karena Allah SubhanahuwaTa'alamemerintahkankeadilansebagai syariah-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ}
(Surah An-Nahl: 90)
"Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil, berbuat baik, dan memberi kepada kerabat, serta melarang perbuatan keji, mungkar, dan kezaliman."
(Surah An-Nahl: 90)"Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk bersikapadil, berbuat baik, dan memberikepadakerabatdan melarang perbuatan keji, kezaliman, dan tirani."
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kedzaliman terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik dan maksiat yang membinasakan. Allah berfirman:
{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
Dan Allah SubhanahuwaTa'alamelarangtiraniterhadap diri sendiridengan perbuatan destruktif syirik dan amoral. Allah berfirman{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
(Surah Luqman: 13)
"Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: 'Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar.'"
(Surah Luqman: 13)"Dan ketika Luqman berkatakepadaanaknya, ketika dia mengajarinya, 'Wahaianakku, janganlah kamu mengutuk Allah. Sesungguhnya, mengutuk Allah adalah tirani yang besar.'"
Keadilan juga merupakan syarat diterimanya kesaksian, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{وَأَشْهِدُوا ذَوَيٰ عَدْلٍ مِّنْكُمْ}
Keadilan juga merupakan syaratuntuk menerimakesaksian, seperti yang dikatakan Allah SubhanahuwaTa'ala{وَأَشْهِدُوا ذَوَيٰ عَدْلٍ مِّنْكُمْ}
(Surah At-Talaq: 2)
"Dan persaksikanlah dengan dua orang yang adil di antara kamu."
(Surah At-Talaq: 2)"Dan bersaksidengan dua orang di antara kalian."
Keadilan juga menjadi syarat bagi perawi hadits. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang-orang yang akan menyampaikan ilmu ini di setiap generasi adalah orang-orang yang adil."
Keadilan juga merupakan persyaratanbagiperawi hadis. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Mereka yang akanmewariskan ilmu ini di setiapgenerasiadalah orang-orang yang saleh."
Dan orang-orang yang adil adalah mereka yang terpercaya, memiliki ketakwaan, dan keimanan yang benar
Dan orang yang adil adalah mereka yang dipercaya, memiliki kesalehan, dan memiliki iman yang benar.
Kelima: Menjaga keseimbangan antara berlebihan dan kekurangan dalam keadaan dan akhlak. Keadilan mendorong seseorang untuk memiliki sifat dermawan dan murah hati, yang merupakan keseimbangan antara menahan diri dan berlebihan dalam membelanjakan. Keadilan juga mencakup sikap malu yang seimbang antara rendah diri dan kesombongan, keberanian yang seimbang antara ketakutan dan nekat, serta kesabaran yang seimbang antara kemarahan dan kehinaan. Keadaan tenang juga seimbang antara kemarahan dan kelemahan, dan kerendahan hati adalah keseimbangan antara kesombongan dan kehinaan diri
Kelima: Menjaga keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan dalam keadaan dan moral Keadilan mendorong seseorang untuk memiliki sifat murah hati dan murah hati, yang merupakan keseimbangan antara pengendalian diri dan pengeluaran yang berlebihan. Keadilan juga mencakup sikap malu yang seimbang antara inferioritas dan kesombongan, keberanian yang seimbang antara ketakutan dan kecerobohan, dan kesabaran yang seimbang antara kemarahan dan penghinaan. Keadaan tenang juga merupakan keseimbangan antara kemarahan dan kelemahan, dan kerendahan hati adalah keseimbangan antara kesombongan dan penghinaan diri sendiri.
Dan Diantara Hal-Hal yang Membantu untuk Mencapai Sifat Keadilan:
Dan di antara hal-hal yang membantumencapai sifat keadilan:
Pertama: Takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan mengingat hari perhitungan dan pembalasan, hari ketika segala sesuatu tidak ada yang tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
“Pada hari ketika segala rahasia terungkap.”
Pertama: Takwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan ingatlah hari perhitungan dan pembalasan, hari ketika tidak ada yang tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta'ala bersabda{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}"Pada hari ketika semua rahasia diungkapkan."
(Surah At-Tariq: 9)
Kedua: Mengetahui keutamaan keadilan. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِندَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
"Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah pada hari kiamat nanti berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman, kedua tangan-Nya adalah kanan, mereka adalah orang-orang yang berlaku adil dalam keputusan mereka, terhadap keluarga mereka, dan terhadap apa yang mereka pimpin."
Kedua: Mengetahuiprioritaskeadilan. Nabi صلى الله عليه وسلمberkataإِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِندَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَ ّ ّ ن َجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا Mimbar terang, di sebelah kanan Ar-Rahman, kedua tangannya adalahhak mereka adalah mereka yang adildalam keputusannya, terhadap keluarganya, dan ke apayang merekapimpin."
(Hadits riwayat Muslim)
(Haditsdiriwayatkan oleh Muslim)
Ketiga: Berhati-hati dalam segala urusan dan tidak terburu-buru. Karena berhati-hati berarti memeriksa dan mempertimbangkan segala hal dengan matang. Hal ini akan membuat seseorang berpikir dan bertindak dengan bijaksana. Misalnya, ia akan mengetahui apakah memberikan sesuatu pada saat yang tepat merupakan pemborosan atau kedermawanan, menahan amarah adalah kesabaran atau kehinaan, dan keberanian adalah keberanian atau kebodohan. Rasulullah ﷺ bersabda:
التَّأَنِّي مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
"Berhati-hatilah, karena ketenangan itu dari Allah, sedangkan terburu-buru itu dari setan."
Ketiga: Berhati-hatilahdalamsegalahal dan janganterburu-buru. Karena berhati-hatiberartimemeriksa dan mempertimbangkansemuanya denganhati-hati. Ini akanmembuatseseorangberpikir dan bertindakdengan bijak. Misalnya, diaakantahuapakahmemberikansesuatu pada waktu yang tepat adalah pemborosanataukemurahan hati, menahan kemarahanadalahkesabaranataupenghinaan, dan keberanianadalah keberanianataukebodohan. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabdaالتَّأَنِّي مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ "Hati-hati, karena ketenanganberasaldari Allah, sedangkantergesa-gesaberasaldariSetan."
(Hadits riwayat Muslim)
(Haditsdiriwayatkan oleh Muslim)
Keempat: Doa. Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَكَلِمَةَ الْعَدْلِ وَالْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا وَأَسْأَلُكَ القَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَا
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ketakwaan kepada-Mu dalam keadaan rahasia dan terbuka, serta perkataan yang adil dan benar dalam keadaan marah dan puas. Aku juga memohon kepada-Mu keseimbangan dalam keadaan miskin dan kaya..."
Keempat: Doa. Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلمadalahاللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَكَلِمَ ةِ الْعَدْلِ وَالْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا وَأَسْأَلُكَ القَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَا"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu untuk kesalehandalam keadaan kerahasiaan dan keterbukaandan kata-kata yang adil dan benar dalam keadaanmarah dan puas. Aku juga meminta keseimbangan kepada-Mu dalam keadaan miskin dan kaya..."
(Hadits riwayat Tirmidzi)
(Haditsdiriwayatkan olehTirmidzi)
Apakah Mungkin untuk Menilai Moralitas?
Moralitas dibagi menjadi dua jenis; pertama, moralitas alami, yaitu sifat yang dimiliki manusia karena ia diciptakan oleh Allah dengan sifat tersebut, seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah ﷺ kepada al-Munzhir al-Ashja’i
Moralitasdibagimenjadi dua jenis; pertama, moralitas alamiah, yaitu sifat yang dimiliki manusia karenaiadiciptakan oleh Allah dengan kualitas ini, sebagaimana disebutkan dalam perkataan Nabi صلى الله عليه وسلمhingga al-Munzhir al-Ashja'i:
«إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ، الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ»
«إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ، الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ»
(QS. Al-Ashja'i, "Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah cintai, yaitu kelembutan dan kesabaran.")
(QS. Al-Ashja'i, "Sesungguhnya di dalam dirimuada dua sifat yang Allah cintai, yaitu kelembutan dan kesabaran.")
Lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah saya yang berusaha untuk mengadopsi sifat tersebut atau Allah yang menciptakan saya dengan sifat tersebut?"
Kemudian diaberkata: "Wahai Rasulullah, apakahaku yang berusahamengadopsi kualitas iniatau apakah Allah yang menciptakanakudengan kualitas ini?"
Rasulullah ﷺ menjawab
Nabi صلى الله عليه وسلمmenjawab:
«بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا»
«بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا»
(QS. Al-Ashja’i, "Sungguh, Allah menciptakanmu dengan sifat itu.")
Kemudian dia berkata: "Segala puji bagi Allah yang menciptakan saya dengan dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya."
(QS. Al-Ashja'i, "Sesungguhnya Allah menciptakan kamudengan kualitas itu.")Kemudiandiaberkata: "Semua pujibagi Allah yang menciptakan sayadengan dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya."
Kedua, moralitas yang diperoleh, yaitu sifat yang diperoleh oleh manusia sepanjang hidupnya dari pengaruh-pengaruh eksternal yang ada di sekitarnya. Kedua jenis moralitas ini dapat diubah, karena Allah memuji orang yang berusaha untuk menyucikan dirinya dan mencela mereka yang merusak dan mengabaikan perbaikan dirinya. Allah berfirman
Kedua, moralitas yang diperoleh, yang merupakansifat yang diperoleh manusiasepanjanghidupnyadari pengaruh eksternal yang ada di sekitar mereka. Keduajenis moralitasinidapat diubah, karena Tuhan memuji mereka yang berusahamenyucikan diri dan mencela mereka yang merusak dan mengabaikan perbaikan mereka sendiri. Tuhan berfirman,:
{قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا}
{قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا}
(QS. Asy-Syams: 9-10, "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan dirinya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.")
(QS. Ash-Shams: 9-10, "Berbahagialah orang yang menyucikandirinya, dan sesungguhnya orang yang mencemarinya.")
Bahwa Islam memerintahkan kepada akhlak-akhlak yang mulia, meskipun dengan perbedaan tabiat manusia, ini menunjukkan bahwa perbaikan moral adalah sesuatu yang mungkin. Islam tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil. Allah berfirman
Bahwa Islam memerintahkan moral yang mulia, bahkan denganperbedaankaraktermanusia, menunjukkanbahwa peningkatan moral adalahmungkin. Islam tidakmemerintahkan hal yang mustahil. Tuhan berfirman,:
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا}
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا}
(QS. Al-Baqarah: 286, "Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.")
(QS. Al-Baqarah: 286, "Allah tidakmembebaniseseorangkecuali sesuai dengan kemampuannya.")
Selain itu, kenyataan hidup adalah bukti nyata bahwa perubahan dan perbaikan moral adalah sesuatu yang mungkin
Selain itu, realitas kehidupan adalah bukti nyata bahwa perubahan dan perbaikan moral adalah sesuatu yang mungkin.
Langkah-langkah Penting untuk Memperbaiki Akhlak
Langkah Penting untukMeningkatkanMoral
Ilmu
Pengetahuan
Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah mempelajari akhlak secara teoritis dan mendalam; dengan mengetahui jenis-jenis akhlak yang baik yang diperintahkan oleh Islam, serta jenis-jenis akhlak buruk yang dilarang oleh Islam. Selain itu, ilmu juga mencakup pemahaman tentang hukum-hukum akhlak, seperti kewajiban, larangan, anjuran, dan makruh, serta mengetahui akibat-akibat yang timbul dari setiap akhlak di dunia maupun di akhirat. Inilah yang dimaksud dengan bushirah (pandangan yang tajam) dalam agama. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:
Yang dimaksuddenganilmu di siniadalahmempelajarimoral secarateoritis dan mendalamdenganmengetahui jenis-jenis akhlak baik yang diperintahkan oleh Islam, serta jenis-jenis akhlakburuk yang dilarang oleh Islam. Selain itu, pengetahuan juga mencakuppemahamantentang hukum moral, sepertikewajiban, larangan, dorongan, dan makruh, sertamengetahui konsekuensi yang timbul darimasing-masingmoral di dunia dan di akhirat. Inilah yang dimaksud dengan bushirah (kearifan yang tajam) dalam agama. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirmandalam Al-Qur'an:
قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
(Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenarnya.")
(Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang benar."
— [QS. Yusuf: 108]
Ilmu yang mendalam dan aplikasi dari ilmu tersebut menjadikan seorang yang berilmu lebih baik dan lebih utama daripada seorang yang hanya beribadah tanpa ilmu yang mendalam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
Pengetahuan yang mendalam dan penerapan pengetahuan ini membuat orang yang berpengetahuan lebih baik dan lebih penting daripada orang yang hanya beribadah tanpa pengetahuan yang mendalam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman::
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Katakanlah, "Apakah orang-orang yang berilmu itu sama dengan orang-orang yang tidak berilmu?")
(Katakanlah, "Apakah yang terpelajar sama dengan yang tidak berpendidikan?")
— [QS. Az-Zumar: 9]
Hal ini karena ilmu memperkuat pemiliknya, menjadikannya kokoh dalam beramal dan dalam menyeru orang lain kepada kebaikan
Ini karena sains memperkuat pemiliknya, membuatnya kokoh dalam amal dan dalam memanggil orang lain untuk kebaikan.
Seorang Muslim wajib selalu mengingat ilmu ini dan mengulanginya dalam pikirannya agar tidak lupa, karena penyakit dari ilmu adalah kelupaan, dan kelupaan menyebabkan pengabaian terhadap makna-makna akhlak, sehingga melemahkan pengaruhnya dalam jiwa dan menimbulkan perbuatan yang tidak semestinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an berulang kali mengingatkan kita tentang makna akhlak dan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Adam AS disebabkan oleh kelupaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
Seorang Muslim harus selalu mengingat pengetahuan ini dan mengulanginya dalam pikirannya agar tidak lupa, karena penyakit pengetahuan adalah kelupaan, dan kelupaan menyebabkan pengabaian makna moral, sehingga melemahkan pengaruhnya dalam jiwa dan menimbulkan perbuatan yang tidak pantas. Oleh karena itu, Al-Qur'an berulang kali mengingatkan kita akan arti moralitas dan menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Nabi Adam (AS) disebabkan oleh kelupaan, seperti yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَنَسِيَ آدَمُ فَنَسِيَ
(Dan Adam lupa, maka dia pun lupa.)
(Dan Adam lupa, jadi dia lupa)
— [QS. Ta-Ha: 115]
Menemukan Motivasi
Motivasi memainkan peran besar dalam proses perubahan; motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berubah, memberikan dorongan, dan insya Allah menjamin kelanjutannya. Motivasi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
Motivasi memainkan peran besar dalam proses perubahan; Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berubah, memberikan dorongan, dan insya Allah menjamin kelanjutannya Motivasi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Jenis pertama: Motivasi dari dalam diri
Motivasi jenis ini adalah yang paling kuat karena berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, yang selalu ada bersama dirinya. Ada tiga hal yang menjadi sumber motivasi ini
Jenis pertama: Motivasi dari dalamJenis motivasi ini adalah yang paling kuat karena berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, yang selalu bersamanya. Ada tiga hal yang menjadi sumber motivasi ini:
Pertama: Iman kepada Allah dan hari akhir, serta takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala
Pertama: Iman kepada Allah dan hari terakhir, dan takdir Allah SubhanahuwaTa'ala
Ini adalah motivasi yang paling kuat dalam memperoleh akhlak yang mulia. Sebagai contoh, seorang mukmin yang beriman kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, dan takut akan hukuman-Nya, selalu berusaha melakukan segala hal yang baik yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah, serta menghindari segala perbuatan buruk yang dapat mendatangkan murka-Nya.
Lihatlah pengaruh iman kepada Allah pada tujuh orang yang disebutkan dalam hadits Nabi ﷺ
Ini adalah motivasi paling kuat dalam memperoleh moral yang mulia. Misalnya, orang beriman yang beriman kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, dan takut akan azab-Nya, selalu berusaha melakukan segala hal baik yang dapat membawanya lebih dekat kepada Allah, dan menghindari semua perbuatan buruk yang dapat mendatangkan murka-Nya.:
"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ، أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ"
— [HR. Bukhari & Muslim]
— [Diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim]
Selain itu, lihat pula pengaruh dan buah iman kepada hari akhir sebagaimana yang dijelaskan Allah tentang penghuni surga dalam surat Al-Insan
Selain itu, lihat juga pengaruh dan buah iman pada hari terakhir seperti yang dijelaskan oleh Allah tentang penghuni surga dalam Surah Al-Insan:
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ * عَلَى السُّرُرِ يَتَفَاكَهُونَ * فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ * مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى فُرُشٍ وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ
(Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik itu benar-benar berada dalam kenikmatan, * mereka duduk di atas dipan-dipan sambil bercakap-cakap. * Di dalam surga itu mereka mendapat buah-buahan dari apa yang mereka pilih.)
(Sesungguhnya, mereka yang berbuatbaikbenar-benarbersenang-senang, * mereka duduk di sofadanberbicara. * Di Firdaus mereka menerimabuah-buahdariapa yang ada merekamemilih)
— [QS. Al-Insan: 5-12]
— [QS. Al-Insan: 5-12]
Iman kepada takdir juga memiliki pengaruh yang besar. Dalam sebuah hadits, ketika Jibril AS bertanya kepada Nabi ﷺ tentang Islam, iman, dan ihsan, Nabi ﷺ menjawab
Iman pada takdir juga memiliki pengaruh yang besar. Dalam sebuah hadits, ketika Jibril AS bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang Islam, iman, dan ihsan, Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab:
"فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ، قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»"
— [HR. Muslim]
Jika seorang hamba beriman bahwa ilmu Allah mencakup segala sesuatu dan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan takdir dan menyiapkan segala sebab-sebabnya, serta memahami bahwa segala kebaikan untuk kehidupan akhiratnya terkait erat dengan sebab-sebab yang mengarahkannya, maka ia akan berusaha lebih keras untuk melaksanakan perbuatan yang mendekatkan diri kepada-Nya. Demikian pula dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan duniawi dan rezekinya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian sahabat setelah mendengar hadis tentang takdir: "Tidak pernah aku lebih giat berusaha dibandingkan saat ini." Allah berfirman dalam surat Al-Lail:
Jika seorang hamba percayabahwailmu tentang Allah adalah meliputi segalanya dan bahwa Allah SubhanahuwaTa'alatelahmenentukan takdir dan mempersiapkansegalapenyebabnya, danmemahamibahwasemuaKebaikanuntuk kehidupan akhiratnya terkait erat dengansebab-sebab yang mengarahkannya, sehinggaiaakanberusahalebih kerasuntukmelakukanperbuatan yang membawanya lebih dekat. Hal yang sama berlaku dalamhal-hal yang berkaitan dengan kehidupan duniawi dan rezeki. Seperti yang dikatakan beberapasahabat setelahmendengarhadistentangtakdir: "Saya tidak pernahberusaha lebih kerasdaripadayang saya lakukan sekarang." Allah berfirmandalamSurah Al-Lail:
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ * وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ * فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
(Adapun orang yang bakhil dan merasa cukup, * serta mendustakan kebaikan, * maka Kami akan mudahkan baginya jalan yang mudah.)
(Adapun orang yang dan merasa cukup, * dan menyangkal kebaikan, maka Kami akan memudahkan dia untuk mengambil jalan yang mudah)
— [QS. Al-Lail: 5-10]
Kedua: Persuasi
Motivasi ini sangat penting untuk memperoleh akhlak mulia dan mempertahankannya. Kebutuhan manusia akan persuasi sebagai pendorong dalam bertindak sudah jelas sejak masa kecil. Kata pertama yang sering diucapkan anak ketika diminta melakukan sesuatu adalah: "Kenapa?"
Motivasi ini sangat pentinguntukmemperoleh moral yang mulia dan mempertahankannyaKebutuhan manusia akanpersuasisebagaipendorongdalamtindakantelahjelassejak kecil. Kata pertama yang sering diucapkan anak-anakketikadimintauntuk melakukansesuatuadalah: "Mengapa?"
Mereka yang mengikuti petunjuk Nabi ﷺ dalam memberi arahan akan menemukan bahwa Nabi ﷺ sering menggunakan persuasi. Salah satu contohnya adalah ketika seorang lelaki meragukan istrinya, ia datang kepada Nabi ﷺ dan berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ، وُلِدَ لِي غُلاَمٌ أَسْوَدُ"
Mereka yang mengikuti instruksi Nabi صلى الله عليه وسلمdalammemberikanpetunjukakanmenemukanbahwa Nabi صلى الله عليه وسلمseringmenggunakanbujukan. Salah satucontohnyaadalahketikaseorangpriameragukanistrinya, diadatangkepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan berkata "يَا رَسُولَ اللَّهِ، وُلِدَ لِي غُلاَمٌ أَسْوَدُ"
Nabi ﷺ bertanya, "Apakah kamu memiliki unta?"
Lelaki itu menjawab, "Ya."
Nabi صلى الله عليه وسلمbertanya, "Apakahkamumemilikiunta?"Pria itu menjawab, "Ya."
Nabi ﷺ bertanya lagi, "Apa warna unta-untamu?"
Lelaki itu menjawab, "Merah."
Nabi صلى الله عليه وسلمbertanyalagi, "Apa warnauntamu?"Pria itu menjawab, "Merah."
Nabi ﷺ bertanya, "Apakah ada yang berwarna hijau di antara unta-unta itu?"
Lelaki itu menjawab, "Ya."
Nabi صلى الله عليه وسلمbertanya, "Apakahada sesuatu yang hijau di antara unta-unta?"Pria itu menjawab, "Ya."
Nabi ﷺ berkata, "Maka bagaimana bisa itu terjadi?"
Lelaki itu menjawab, "Mungkin ada yang mewarisi darah hitam."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Jadi bagaimana itu bisaterjadi?"Pria itu menjawab, "Mungkinseseorang mewarisi darah hitam."
Nabi ﷺ berkata, "Mungkin juga anakmu ini mewarisi darah tersebut."
Akhirnya keraguan lelaki itu hilang dan hatinya menjadi tenang
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Mungkin juga putramu ini mewarisi darah." Akhirnya keraguan pria itu menghilang dan hatinya menjadi tenang.
Persuasi ini tidak hanya terbatas pada persuasi rasional, tetapi juga mencakup persuasi emosional. Banyak orang yang meyakini hal-hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya, atau mereka meyakini hal-hal buruk tetapi tetap melakukannya, karena mereka belum memiliki keinginan untuk melakukannya atau meninggalkannya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah , ia berkata:
Seorang pemuda datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: "Ya Rasulullah, izinkan aku berzina."
Persuasi ini tidakhanyaterbatas pada persuasi rasional, tetapi juga mencakup persuasi emosional. Banyak orang percaya pada hal-hal yang benar, tetapimerekatidakmelakukannya, ataumerekapercayapadahal-hal buruk tetapitetapmelakukannya, karenamerekatidakmemilikikeinginanuntuklakukan atautinggalkan. Seperti diriwayatkan oleh Abu Umamah , diaberkataSeorang pemuda datangkepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan berkata: "Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk berzina."
Para sahabat segera menegurnya dan berkata: "Sabar, sabar."
Para sahabatsegeramenegurnya dan berkata: "Bersabarlah, bersabarlah."
Nabi ﷺ berkata: "Mendekatlah." Pemuda itu mendekat dan duduk. Nabi ﷺ bertanya: "Apakah kamu suka jika itu terjadi pada ibumu?"
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "Mendekatlah." Pemuda itu mendekat dan duduk. Nabi صلى الله عليه وسلمbertanya: "ApakahAndasukajikaituterjadi pada ibu Anda?"
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, aku rela menjadi tebusanmu, ya Rasulullah."
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, akubersediamenjaditebusanmu, wahai Rasulullah."
Nabi ﷺ berkata, "Begitu pula orang-orang tidak suka itu terjadi pada ibu-ibu mereka."
Kemudian Nabi ﷺ bertanya: "Apakah kamu suka jika itu terjadi pada putrimu?"
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Demikian pula orang tidaksukahal ituterjadi pada ibu mereka."Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلمbertanya: "ApakahAndasukajikaituterjadi pada putri Anda?"
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, aku rela menjadi tebusanmu."
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, akubersediamenjaditebusanmu."
Nabi ﷺ berkata, "Begitu pula orang-orang tidak suka itu terjadi pada putri-putri mereka."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Demikian juga orang tidaksukahal ituterjadi pada putri mereka."
Nabi ﷺ bertanya lagi: "Apakah kamu suka jika itu terjadi pada saudara perempuanmu?"
Nabi صلى الله عليه وسلمbertanyalagi: "ApakahAndasukajikaituterjadi pada saudara perempuan Anda?"
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, aku rela menjadi tebusanmu."
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, akubersediamenjaditebusanmu."
Nabi ﷺ berkata, "Begitu pula orang-orang tidak suka itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka."
Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda, "Demikian pula orang tidak sukahal ituterjadi pada saudara perempuan mereka."
Nabi ﷺ melanjutkan: "Apakah kamu suka jika itu terjadi pada bibimu?"
Nabi صلى الله عليه وسلمmelanjutkan: "Apakahkamusukajikaituterjadi pada bibimu?"
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, aku rela menjadi tebusanmu."
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, akubersediamenjaditebusanmu."
Nabi ﷺ berkata, "Begitu pula orang-orang tidak suka itu terjadi pada bibik-bibik mereka."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Demikian juga orang tidak sukahal ituterjadi pada bibir mereka."
Nabi ﷺ bertanya lagi: "Apakah kamu suka jika itu terjadi pada ibu saudarimu?"
Nabi صلى الله عليه وسلمbertanyalagi: "ApakahAndasukajikaituterjadi pada ibudan saudara perempuan Anda?"
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, aku rela menjadi tebusanmu."
Pemuda itu menjawab, "Tidak. Demi Allah, akubersediamenjaditebusanmu."
Nabi ﷺ kemudian meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda tersebut dan berkata:
"اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ"
Kemudian pemuda tersebut tidak lagi memperhatikan hal-hal buruk tersebut
Nabi صلى الله عليه وسلم kemudian meletakkan tangannya di tubuh pemuda itu dan berkata, "اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ"Maka pemuda itu tidak lagi memperhatikan hal-hal buruk ini.
Perhatikanlah hadis ini: Pemuda ini sudah meyakini haramnya zina, kalau tidak, tentu ia tidak akan meminta izin untuk melakukannya. Namun, keinginannya yang kuat untuk berzina belum hilang. Perhatikan bagaimana Nabi ﷺ mendekatinya dengan cara yang lembut dan berbicara dengan tenang kepadanya, yang akhirnya mengubah perasaannya terhadap perbuatan itu, dari keinginan untuk melakukannya menjadi keinginan untuk meninggalkannya. Inilah yang kita butuhkan, yaitu persuasi emosional, untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu yang kita yakini
Perhatikan hadis ini: Pemuda ini sudah percaya pada haram perzinahan, jika tidak, dia tidak akan meminta izin untuk melakukannya. Namun, keinginannya yang kuat untuk berzinah tidak hilang. Perhatikan bagaimana Nabi صلى الله عليه وسلم mendekatinya dengan cara yang lembut dan berbicara dengan tenang kepadanya, yang akhirnya mengubah perasaannya terhadap perbuatan itu, dari keinginan untuk melakukannya menjadi keinginan untuk meninggalkannya. Inilah yang kita butuhkan, yaitu bujukan emosional, untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu yang kita yakini.
Ketiga: Dorongan dan Ancaman
Ini adalah motivasi yang sangat penting dalam mengubah perilaku seseorang, dan oleh karena itu sering ditemukan dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi ﷺ. Salah satunya adalah sabda beliau ﷺ:
«حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ»
Artinya: "Neraka diselubungi dengan syahwat, dan surga diselubungi dengan hal-hal yang dibenci." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah motivasi yang sangat penting dalammengubah perilaku seseorang, dan oleh karena itu seringditemukandalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم. Salah satunya adalahkata-katanyaصلى الله عليه وسلم«حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ»Artinya: "Nerakaditutupidenganorgasme, dan surgaditutupidengan hal-hal yang penuh kebencian." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Maka, ingatlah bahwa jalan menuju surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan jalan menuju neraka dipenuhi dengan syahwat. Ini mendorong seseorang untuk membersihkan dirinya dan bersabar menghadapi kesulitan hingga mencapai tujuannya, yaitu masuk surga dan selamat dari neraka
Jadi, ingatlahbahwajalanmenujusurga dipenuhidengan hal-hal yang tidak menyenangkan sementarajalanmenujunerakadipenuhidenganorgasme. Ini mendorongseseoranguntukmembersihkandirinya dan bersabar dalammenghadapi kesulitansampaidia mencapaitujuannya, yaitumasuk surga dan selamat darineraka.
Imam Ibn Utsaimin rahimahullah berkata:
"(Dan surga diselubungi dengan hal-hal yang dibenci) maksudnya adalah dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci oleh jiwa, karena kebatilan disukai oleh jiwa yang cenderung pada kejahatan, dan kebenaran dibenci oleh jiwa tersebut. Jika seseorang melewati hal-hal yang dibenci ini, dan memaksa jiwa yang cenderung pada kejahatan untuk melakukan kewajiban dan meninggalkan larangan, maka pada saat itulah ia akan sampai ke surga."
Imam Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Dan surgaditutupi dengan hal-hal yang dibenci) Artinyadikelilingioleh hal-hal yang dibenci oleh jiwa, karenakebohongan disukai oleh jiwa yang dibenci.cenderung pada kejahatan, dan kebenarandibenci oleh jiwa. Jika seseorangmelewati hal-hal yang dibenci ini, dan memaksa jiwa yang cenderung jahat untukmelakukankewajiban dan meninggalkan larangan itu, maka pada saat itu diaakankesurga."
Contoh nyata adalah ketika seseorang merasa berat untuk melaksanakan salat, terutama di musim dingin atau saat tubuh merasa sangat lelah setelah bekerja. Dalam kondisi tersebut, seseorang merasa enggan untuk bangun dan meninggalkan tempat tidur yang nyaman. Namun, jika ia dapat mengatasi rasa berat ini dan melaksanakan kewajiban tersebut, ia akan sampai pada surga. Begitu juga dengan jiwa yang cenderung pada kejahatan yang mendorong seseorang untuk berzina, padahal zina itu adalah keinginan yang sangat disukai oleh jiwa. Namun, jika seseorang dapat mengekang hawa nafsunya dan menahan diri dari perbuatan tersebut, maka meskipun ia membencinya, inilah yang akan membawanya menuju surga, karena surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan
Contoh nyata adalah ketika seseorang merasa berat untuk melakukan shalat, terutama di musim dingin atau ketika tubuh merasa sangat lelah setelah bekerja. Dalam kondisi seperti itu seseorang merasa enggan untuk bangun dan meninggalkan tempat tidur yang nyaman, namun, jika dia dapat mengatasi perasaan berat ini dan melaksanakan kewajiban, dia akan mencapai surga. Demikian pula jiwa yang cenderung jahat mendorong seseorang untuk berzina, padahal perzinahan adalah keinginan yang sangat disukai oleh jiwa Namun, jika seseorang dapat mengekang nafsunya dan menahan diri dari perbuatan seperti itu, maka meskipun dia membencinya, inilah yang akan membawanya ke surga, karena surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan.
Nabi ﷺ juga bersabda ketika melihat sesuatu yang menarik dari dunia:
"اللهم إن العيش عيش الآخرة"
Artinya: "Ya Allah, kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat."
Kedua kalimat ini sangat mulia. Ketika seseorang memandang dunia, ia mungkin tertarik dan sibuk dengan kenikmatan duniawi sehingga lalai dari ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, hendaknya ia mengingat kenikmatan akhirat dan membandingkannya dengan kenikmatan dunia yang bersifat sementara, kemudian menenangkan dirinya dan mendorong dirinya untuk mengutamakan kenikmatan akhirat yang abadi. Nabi ﷺ berkata, "Sesungguhnya kehidupan dunia ini—apapun bentuknya—pasti akan berlalu, dan apapun itu, kehidupan dunia ini penuh dengan kesedihan, kesulitan, dan kekurangan."
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabdaketikamelihat sesuatu yang menarikdari dunia: "اللهم إن العيش عيش الآخرة" Artinya: "Ya Allah, kehidupan yang sejati adalahakhirat."Keduakalimat ini sangat mulia. Sewaktu seseorang melihat dunia, iamungkinbegitu tertarik dan sibukdengankesenanganduniawisehingga ia lalaimenaati Allah. Oleh karena itu, iaharusmengingatkenikmatan akhirat dan membandingkannyadengan kenikmatan dunia yang bersifat sementara, kemudianmenenangkan diridan mendorongdirinyauntukmemprioritaskankesenangan yang kekal di akhirat. Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda, "Sesungguhnya kehidupan dunia ini—apa pun yang diperlukan—pastiakan berlalu, dan apapunitu, kehidupan dunia ini penuhdengankesedihan, kesulitan, dan kekurangan."
Manusia dapat mengambil manfaat dari pendekatan ini dalam proses penyucian dirinya dengan cara lain, yaitu dengan memberi penghargaan atau hukuman terhadap dirinya sendiri sesuai dengan kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan. Misalnya, jika seseorang ingin memperbaiki perilaku dalam satu minggu, maka ia bisa menjadikan akhir pekan sebagai waktu untuk mendapatkan hadiah atau hukuman sesuai dengan apa yang biasa ia lakukan pada akhir pekan. Jika ia berhasil memperbaiki perilakunya sepanjang minggu, maka ia berhak mendapatkan apa yang biasa ia lakukan pada akhir pekan, seperti jalan-jalan atau berkumpul dengan teman-teman. Namun, jika ia gagal, maka ia tidak berhak mendapatkan hal tersebut
Manusia dapat memperoleh manfaat dari pendekatan ini dalam proses memurnikan dirinya dengan cara lain, yaitu dengan memberi penghargaan atau menghukum dirinya sendiri sesuai dengan kebiasaan yang biasa dilakukannya. Misalnya, jika seseorang ingin memperbaiki perilakunya dalam satu minggu, maka ia dapat menjadikan akhir pekan sebagai waktu untuk mendapatkan hadiah atau hukuman sesuai dengan apa yang biasanya ia lakukan di akhir pekan. Jika dia berhasil memperbaiki perilakunya sepanjang minggu, maka dia pantas mendapatkan apa yang biasanya dia lakukan di akhir pekan, seperti berjalan-jalan atau nongkrong dengan teman-teman. Namun, jika dia gagal, maka dia tidak berhak mendapatkannya.
Selain itu, penghargaan dan hukuman juga bisa dilakukan dengan cara yang berbeda dari kebiasaan, jika hal tersebut dapat mempengaruhi jiwa. Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Imam Abdullah bin Wahb rahimahullah, yang berkata: "Aku bernazar bahwa setiap kali aku menggunjing seseorang, aku akan berpuasa satu hari. Hal itu membuatku sangat lelah, jadi aku mengubah nadarku menjadi: setiap kali aku menggunjing seseorang, aku akan bersedekah dengan satu dirham. Karena cintaku pada uang, akhirnya aku meninggalkan perbuatan menggunjing."
Selain itu, hadiah dan hukuman juga dapat dilakukandengan cara yang berbeda daribiasanya, jikadapatmempengaruhijiwa. Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Imam Abdullah bin Wahb rahimahullah), yang berkata: "Saya bersumpahbahwasetiap kali sayabergosiptentang seseorang, sayaakanberpuasaselama satuhari. Itumembuat saya sangat lelah, jadisayamengubahtitik nadir sayamenjadi: setiap kali sayabergosiptentang seseorang, sayaakanmemberi sedekahuntuk satu dirham. Karena kecintaanku pada uang, aku akhirnyameninggalkangosip."
Jenis Kedua: Motivasi Eksternal yang Menyertai, Terdiri dari Dua Hal:
Jenis kedua: Motivasi eksternal yang menyertai, terdiri dari dua hal:
Pertama: Teladan yang Baik
Pertama: Contoh yang Baik
Teladan yang baik merupakan motivasi yang kuat untuk memperbaiki akhlak. Teladan ini menjadi contoh praktis dan nyata tentang bagaimana seharusnya seseorang berperilaku, dan seseorang lebih banyak belajar melalui aplikasi daripada sekadar teori. Teladan juga mempermudah seseorang melakukan apa yang sebelumnya terasa sulit, karena meniru adalah sifat alami jiwa manusia yang seringkali meniru, apalagi jika sengaja dikejar
Contoh yang baik adalah motivasi yang kuat untuk meningkatkan moral. Contoh ini menjadi contoh praktis dan nyata tentang bagaimana seseorang harus berperilaku, dan seseorang belajar lebih banyak melalui aplikasi daripada hanya teori. Teladan juga memudahkan seseorang untuk melakukan apa yang sebelumnya terasa sulit, karena peniruan adalah sifat jiwa manusia yang sering ditiru, terutama jika sengaja dikejar.
Namun, perlu diperhatikan bahwa teladan yang diikuti haruslah seorang yang baik, yang dikenal dengan keteguhan dalam prinsipnya. Teladan terbaik tentu saja adalah Nabi Muhammad ﷺ. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:
Namun, perludicatatbahwa contoh yang diikuti haruslah orangbaik , dikenal karena ketabahannyapadaprinsipnya. Contoh terbaiknya, tentu saja, adalah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirmandalam Al-Qur'an:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا}
(QS. Al-Ahzab: 21)
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21) Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah telah menjadi teladan yang baik bagimu, yaitubagi orang-orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhirdan sangatmengingat Allah."
Maka, hendaknya seseorang menelusuri kehidupan Nabi ﷺ yang penuh dengan kebaikan dan juga menelusuri kehidupan sahabat-sahabat beliau yang, dengan bimbingan Nabi ﷺ, menjadi generasi terbaik. Mereka adalah generasi yang terbaik sepanjang zaman, yang akhlaknya sangat terpuji dan selalu berusaha mengikuti petunjuk Nabi ﷺ
Oleh karena itu, seseorang harus menelusuri kehidupan Nabi صلى الله عليه وسلم yang penuh kebaikan dan juga menelusuri kehidupan para sahabatnya yang, dengan bimbingan Nabi صلى الله عليه وسلم, menjadi generasi terbaik. Mereka adalah generasi terbaik sepanjang masa, yang akhlaknya sangat terpuji dan selalu berusaha mengikuti instruksi Nabi صلى الله عليه وسلم.
Kedua: Teman yang Baik dan Lingkungan yang Baik
Kedua: Teman Baik dan Lingkungan yang Baik
Teman yang baik dan lingkungan yang baik akan memperkuat nilai-nilai akhlak yang mulia dalam diri seorang Muslim dan melindunginya dari akhlak yang buruk. Seseorang sangat dipengaruhi oleh teman duduknya, dan ia akan meniru akhlak temannya tersebut. Dalam sebuah hadits disebutkan
Teman yang baik dan lingkungan yang baik akan memperkuat nilai-nilai moral luhur dalam diri seorang Muslim dan melindunginya dari moral yang buruk. Seseorang sangat dipengaruhi oleh duduknya, dan dia akan meniru moral temannya. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa:
"مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberimu atau kamu membeli darinya, atau setidaknya kamu akan merasakan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu, atau kamu akan mencium bau busuk darinya."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)Itu berarti: "Perumpamaan tentang teman yang baik dan teman yang buruk seperti pembuat parfum dan pandai besi. Penjualparfum, bisa jadidiamemberikannya kepada AndaatauAndamembelinyadarinya atausetidaknyaAndaakanmerasakanbauharumdarinya. Adapunpandai besi, dia mungkinmembakarpakaianmu, ataukamuakanmencium baubusukdarinya."
Jika pengaruh teman duduk dapat dirasakan hanya dalam beberapa menit atau jam, maka bagaimana dengan pengaruh seorang teman yang menemani kita bertahun-tahun? Oleh karena itu, memilih teman yang baik sangatlah penting
Jika pengaruh teman yang duduk bisa dirasakan hanya dalam beberapa menit atau jam, lalu bagaimana dengan pengaruh teman yang telah menemani kita selama bertahun-tahun? Oleh karena itu, memilih teman yang baik sangat penting.
Dalam hadits lainnya, Nabi ﷺ juga mengingatkan tentang pentingnya berpindah dari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang baik. Beliau ﷺ bersabda
Dalam hadits lainnya, Nabi صلى الله عليه وسلم juga mengingatkan tentang pentingnya berpindah dari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang baik. He صلى الله عليه وسلم berkata:
"كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا، فَقَتَلَهُ، فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ، وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ، فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ، فَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ، فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ، فَقَبَضَتْهْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ"
Artinya
"كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا، فَقَتَلَهُ، فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ، وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ، فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ، فَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ، فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ، فَقَبَضَتْهْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ"Artinya:
"Dahulu ada seorang pria dari umat sebelum kalian yang telah membunuh 99 nyawa. Dia kemudian bertanya kepada orang yang paling berilmu di bumi, dan diberitahulah kepadanya bahwa seorang pendeta adalah orang yang paling tahu. Ia mendatangi pendeta itu dan berkata: 'Aku telah membunuh 99 orang, apakah ada tobat bagiku?' Pendeta itu menjawab: 'Tidak ada.' Maka pria itu pun membunuh pendeta tersebut, sehingga genaplah 100 nyawa yang dibunuhnya. Lalu ia bertanya lagi kepada orang yang paling berilmu, dan diberitahulah kepadanya bahwa seorang alim adalah orang yang paling tahu. Ia mendatangi orang alim tersebut dan berkata: 'Aku telah membunuh 100 orang, apakah ada tobat bagiku?' Orang alim itu menjawab: 'Ya, tentu ada tobat untukmu. Tidak ada yang menghalangimu dari tobat, pergilah ke negeri yang demikian dan demikian, karena di sana ada orang-orang yang beribadah kepada Allah. Beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali ke negerimu, karena negerimu adalah negeri yang buruk.' Maka, pria itu pun berangkat. Ketika dia sudah berada di tengah jalan, ia meninggal dunia. Kemudian malaikat rahmat dan malaikat azab saling berselisih tentangnya. Malaikat rahmat berkata: 'Dia datang dengan hati yang bertobat dan menghadap kepada Allah.' Malaikat azab berkata: 'Dia tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali.' Kemudian datanglah seorang malaikat dalam wujud manusia untuk menjadi wasit di antara keduanya. Ia berkata: 'Ukurlah jarak antara kedua negeri tersebut, maka ke negeri mana pun yang lebih dekat, dia akan dihitung dari negeri itu.' Setelah diukur, ternyata ia lebih dekat ke negeri yang ingin ia tuju. Maka malaikat rahmat pun mengambilnya."
"Dulu ada seorangpriadariorang-orangsebelum Anda yang membunuh 99 nyawa. Dia kemudianbertanya kepada orang yang paling berpengetahuan di bumi, dan diberitahukepadanyabahwaseorangimamadalah orang yang paling tahu. Diapergi ke pendeta dan berkata: 'Saya telah membunuh 99 orang, apakahadapertobatanbagi saya?' Pendetamenjawab: 'Tidak ada.' Jadi orang itu membunuh pendeta, sehingga 100 nyawa yang dia bunuh terpenuhi. Kemudian diabertanya lagikepada orang yang paling berpengetahuan, dan dia diberitahubahwaorang saleh adalah orang yang paling tahu. Diapergi kepada orang saleh itu dan berkata, 'Aku telahmembunuh 100 orang, apakah ada pertobatanbagiku?' Orang saleh itu menjawab: 'Ya, tentu sajaadapertobatanbagimu. Tidak ada yang menghalangi kamuuntukbertaubatdan pergike negeri ini dan itu, karena ada orang yang menyembah Allah. Beribadahbersamamereka, dan jangankembalikenegerimukarenanegerimuadalah negeri yang buruk.' Jadi, pria itu pergi. Ketika diasudah berada di tengah jalan, diameninggal. Kemudianmalaikatbelas kasihan dan malaikat hukumanberselisih satusama lain tentang hal itu. Malaikat kasih karuniaberkata: 'Dia datangdengan hati yang bertobat dan berpaling ke hadapan Allah.' Malaikathukumanberkata, 'Dia tidak pernahmelakukankebaikansama sekali.' Kemudiandatanglahmalaikatdalambentukmanusiauntukmenjadiwasit di antara keduanya. Diaberkata: 'Ukur jarakantara kedua negara, dan negara mana pun yang lebih dekat, diaakandihitungdari negeri itu.' Setelahdiukur, ternyatadialebih dekatdengan negara yang ingin dia tuju. Maka malaikat belas kasihan mengambilnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan kita pentingnya berpindah dari lingkungan yang buruk menuju lingkungan yang baik untuk memperbaiki akhlak dan mendapatkan rahmat Allah.
Hadits ini mengajarkankitapentingnya berpindahdari lingkungan yang buruk ke lingkungan yang baik untukmeningkatkanmoral dan mendapatkan rahmat Allah.
Evaluasi
Ada dua cara utama untuk melakukan evaluasi diri:
Menilai Diri Sendiri (Tafakkur Diri):
Penilaian Diri (Self-Assessment):
Metode pertama adalah dengan menilai diri sendiri, yaitu dengan membuat daftar kelebihan yang dimiliki dan daftar kelemahan yang ingin dihilangkan. Hal ini juga ditekankan oleh Umar bin Khattab رضي الله عنه dalam ucapannya:
"حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوا أعمالكم قبل أن توزنوا، فإن أسهل عليكم في الحساب غداً أن تحاسبوا أنفسكم... يوم تعرضون لا تخفى منكم خافية."
Cara pertama adalahdengan menilaidiri sendiri, yaitudengan membuat daftar kekuatan yang Anda miliki dan daftar kelemahan yang ingin Anda hilangkan. Hal ini juga ditekankan oleh Umar bin Khattab رضي الله عنهdalampidatonya "حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوا أعمالكم قبل أن توزنوا، فإن أسهل عليكم في الحساب غداً أن تحاسبوا أنفسكم... يوم تعرضون لا تخفى منكم خافية."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: "Perhitungkanlah amal perbuatan kalian sebelum kalian diperhitungkan, timbanglah amal kalian sebelum kalian ditimbang, karena hal itu akan lebih mudah bagi kalian pada hari kiamat kelak, saat kalian dihadapkan dan tidak ada satupun yang tersembunyi dari kalian."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)Artinya: "Pertimbangkan perbuatanmu sebelum kamu dihitung, timbang perbuatanmu sebelum kamu ditimbang karena akan lebih mudahbagimu pada hari kiamatKemudian, ketika Anda dihadapkan dan tidak ada yang disembunyikandari Anda."
Selain itu, nafs al-lawwamah (jiwa yang selalu menyesal) disebut demikian karena jiwa ini selalu menyesali dirinya sendiri atas kekurangan dan kesalahan yang dibuat. Ini juga selaras dengan firman Allah dalam Surah Al-Hashr, ayat 18:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}
Selain itu, nafs al-lawwamah disebut demikiankarenajiwainiselalumenyesalidiri sendiriataskekurangan dan kesalahan yang dibuat. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Hashr, ayat 18: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أً عْمَالَك مْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}
(Surah Al-Ahzab: 70-71)
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Dia memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh kemenangan yang besar."
(Surah Al-Ahzab: 70-71)Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar, sesungguhnya Dia akan memperbaikiamalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya memperoleh kemenangan besar."
Menilai Teman yang Baik dan Jujur:
Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, dan seringkali kita lebih fokus pada kekurangan orang lain daripada kekurangan diri sendiri. Oleh karena itu, kita harus terbiasa menerima nasihat. Umar bin Khattab رضي الله عنه berkata:
"رَحِمَ الله مَنْ أَهْدى إليَّ عُيوبي."
Artinya:
"Semoga Allah merahmati orang yang menunjukkan kekuranganku kepadaku."
Menghakimi Teman yang Baik dan Jujur: Orangpercayaadalah cerminbagisaudaranya, dan seringkalikita lebih berfokus pada kekurangan orang lain daripada diri kita sendiri. Oleh karena itu, kitaharusmembiasakan diri menerimanasihat. Umar bin Khattab رضي الله عنهberkata: "رَحِمَ الله مَنْ أَهْدى إليَّ عُيوبي."Artinya, "Semoga Allah memberkati orang yang menunjukkankekuranganku."
Penilaian ini juga harus mencakup kelebihan, selain kekurangan
Penilaian ini juga harus mencakup kekuatan, selain kerugiannya.
Manfaat mengetahui kelebihan adalah untuk meningkatkan semangat seseorang dan mendorongnya untuk melakukan hal-hal positif lebih banyak, mengurangi atau menghilangkan kelemahan, dan memperkuat kelebihan tersebut
Manfaat mengetahui kekuatan adalah untuk meningkatkan moral seseorang dan mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih positif, mengurangi atau menghilangkan kelemahan, dan memperkuat kekuatan tersebut.
Sebuah hadis yang menggambarkan pentingnya mengetahui kelebihan adalah
Sebuahhadis yang menggambarkanpentingnya mengetahuikelebihannyaadalah:
Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, beliau berkata
Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, dia berkata::
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: "أنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَ اللَّهِ، وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا، وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ، فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ: اللَّهُمَّ العَنْهُ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ."
"Ada seorang lelaki pada masa Nabi ﷺ yang bernama Abdullah, yang dijuluki al-Himar (keledai), dan dia sering membuat Nabi ﷺ tertawa. Nabi ﷺ pernah menghukum dia karena mabuk, dan suatu saat dia dibawa kembali, dan Nabi ﷺ memerintahkannya untuk dihukum. Salah seorang dari kaum itu berkata: 'Ya Allah, kutuklah dia, betapa seringnya dia dibawa!' Nabi ﷺ bersabda: 'Janganlah kalian melaknatnya, karena demi Allah, aku tahu bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.'"
"Ada seorang pria pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم bernama Abdullah, yang dijuluki al-Himar (keledai), dan dia sering membuat Nabi صلى الله عليه وسلم tertawa. Nabi صلى الله عليه وسلم pernah menghukumnya karena mabuk, dan suatu hari dia dibawa kembali, dan Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkannya untuk dihukum. Salah satu dari mereka berkata: 'Ya Allah, kutuklah dia, betapa sering dia telah dibawa!' Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: 'Jangan lakukan itu, karena demi Allah aku tahu bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Renungkan bagaimana Nabi ﷺ tetap melihat sisi positif dalam diri sahabat tersebut meskipun dia sering melakukan kesalahan, dan beliau memanfaatkannya untuk memperbaiki diri
Renungkan bagaimana Nabi صلى الله عليه وسلم terus melihat sisi positif dalam diri sahabat meskipun sering melakukan kesalahan, dan dia menggunakannya untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Pelaksanaan sebagai Mulai dari Pekerjaan
Implementasisebagai Awal Pekerjaan
Ilmu tanpa amal tidaklah cukup. Allah SWT berfirman dalam Surah Asy-Syams (ayat 7-10):
{وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا * قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا}
Pengetahuantanpaamalsajatidak cukup. Allah SWT berfirmandalam Surah Asy-Syam (ayat 7-10): {وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا * قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا}
(Surah Asy-Syams: 7-10)
Artinya:
"Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."
(Surah Asy-Syam: 7-10)Artinya, "Demi jiwa dan kesempurnaannya, Ia mengilhamidia (jalan) kejahatan dan kesalehan. Berbahagialah orang yang menyucikan jiwa, dan sesungguhnyaorang yang mencemarinya."
Ayat ini menekankan pentingnya amal sebagai bagian dari penyucian jiwa. Tanpa amal yang dilakukan dengan tekad dan usaha nyata, penyucian jiwa tidak akan tercapai
Ayat ini menekankan pentingnya kasih amal sebagai bagian dari pemurnian jiwa. Tanpa perbuatan yang dilakukan dengan tekad dan usaha yang nyata, pemurnian jiwa tidak akan tercapai.
Ilustrasi tentang pentingnya amal:
Seperti orang yang diberikan obat untuk penyakitnya, tetapi tidak menggunakannya meskipun dia sering melihatnya, menganalisis komposisinya, dan berbicara tentang cara penggunaannya. Ia tidak akan memperoleh manfaat dari obat tersebut jika tidak menggunakannya. Demikian juga, ilmu tanpa tindakan praktis tidak akan memberikan manfaat
Ilustrasi pentingnya amal:Seperti orang yang diberi obat untuk penyakitnya, tetapi tidak menggunakannya meskipun dia sering melihatnya, menganalisis komposisinya, dan berbicara tentang cara menggunakannya Dia tidak akan mendapat manfaat dari obat itu jika dia tidak menggunakannya. Demikian pula ilmu pengetahuan tanpa tindakan praktis tidak akan memberikan manfaat.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa (ayat 66-68):
{وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَلَأَتَيْنَاهُمْ مِّنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا * وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتٍ عَذْبَةً * وَكَانُوا يَجِدُونَ فِيهَا مَلْجَأً}
Allah SWT berfirmandalam Surah An-Nisa (ayat 66-68): {وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَلَأَتَيْنَاهُمْ مِّّ مِّ مِّ نْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا * وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتٍ عَذْبَةً * وَكَانُوا يَجِدُونَ فِيهَا مَلْجَأً}
(Surah An-Nisa: 66-68)
Artinya
(Surah An-Nisa: 66-68)Apa artinya:
"Dan seandainya mereka melakukan apa yang mereka dinasihatkan, niscaya itu akan lebih baik bagi mereka dan akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami. Dan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan, di mana mereka mendapat tempat perlindungan."
"Dan jikamerekamelakukanapa yang dinasihatkan kepada mereka, niscaya lebih baikbagimereka dan Kami akan memberimereka pahala yang besar dari pihak Kami. Dan Kami tempatkan mereka disurga yang penuh kesenangan, di mana merekamemilikitempat perlindungan."
Cara-Cara dan Metode dalam Menyucikan Jiwa:
Cara dan Metode dalamMemurnikan Jiwa:
Berdoa kepada Allah dan Meminta Pertolongan-Nya serta Menghindari Keputusasaan
Berdoa kepada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya danmenghindarikeputusasaan
Berdoa kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya adalah salah satu sebab terbesar dalam penyucian jiwa dan pembersihannya. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan kita dalam setiap shalat, bahkan dalam setiap rakaat, untuk berdoa dan meminta pertolongan-Nya, sebagaimana yang kita baca dalam Surah Al-Fatihah:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Berdoa kepada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya adalah salah satu alasan terbesardalam pemurnian jiwa dan penyuciannya. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkankitadalam setiapshalat, bahkandalamsetiaprakaat, untukberdoa dan meminta pertolongan-Nya, seperti yang kita bacadalam Surah Al-Fatihah: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
(Surah Al-Fatihah: 5)
Artinya:
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
(Surat Al-Fatihah: 5)Artinya, "Hanya di dalam Engkau kami menyembah, dan hanyadi dalam Engkau kami memintapertolongan."
Rasulullah ﷺ juga sering berdoa:
"Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak terbaik selain Engkau. Jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, dan tidak ada yang dapat menjauhkan aku dari akhlak buruk selain Engkau."
Nabi صلى الله عليه وسلم juga seringberdoa, "Ya Allah, tunjukkankepadaku akhlak yang terbaik, tidak ada yang bisamenunjukkan akhlak terbaik selain Engkau. Jauhkan akudari moral yang buruk, dan tidak ada yang bisamenjauhkankudarimoralyang burukselainEngkau."
Dan Rasulullah ﷺ juga melarang rasa putus asa, seperti dalam sabdanya:
"Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu merasa lemah."
Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga melarang keputusasaan, sebagaimana iabersabda, "Bersemangatlah untukapa yang baikbagimu, dan mintalah pertolongan Allah, dan janganmerasalemah."
Menjaga Diri (Mengendalikan Diri)
Perawatan Diri (Self-Control)
Mengendalikan diri dan membatasi nafsu dengan aturan-aturan syariah dan akhlak yang baik sangatlah penting. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran (ayat 134):
{الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Mengendalikan diri dan membatasinafsudengan aturan syariah dan akhlak yang baik sangatpenting. Allah SWT berfirmandalam Surah Ali Imran (ayat 134):{الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِ وَالْكَاظِمِ ينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
(Surah Ali Imran: 134)
Artinya:
"Orang-orang yang menafkahkan harta mereka baik dalam keadaan lapang maupun sempit, yang menahan amarahnya, dan yang memaafkan orang lain, dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(Surah Ali Imran: 134) Artinya, "Orang-orang yang menghabiskanharta bendanyabaik di tempat terbukamaupundi tempat sempit, yang menahanamarahnya, dan yang mengampuni orang lain, dan Allah mengasihi orang-orang yang berbuatbaik."
Allah memuji orang-orang yang mampu menahan amarah dan mengendalikannya. Dalam hadis Nabi ﷺ juga disebutkan:
"Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah."
Tuhan memuji mereka yang mampu menahankemarahan dan mengendalikannya. Dalam hadits Nabi صلى الله عليه وسلم juga disebutkan: "Bukan orang kuat yang menang dalamgulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampumengendalikandirinyaketikadia marah."
Memperbaiki dan Menyucikan Akhlak
Meningkatkan dan MemurnikanMoral
Proses ini melibatkan pembersihan dan penghalusan akhlak dengan mengarahkan sifat-sifat tertentu ke jalan yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, sifat keberanian bisa jadi karena riya' atau karena sifat kasar, tetapi sebaiknya diarahkan untuk perjuangan di jalan Allah. Dalam hadis Abu Musa , beliau berkata bahwa Rasulullah ﷺ ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberanian, karena kemarahan, atau karena riya', maka beliau menjawab:
"Siapa yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, maka dia berada di jalan Allah."
Proses ini melibatkanpembersihan dan pemurnianmoraldenganmengarahkankualitastertentuke jalan yang sesuaidengan ajaran Islam. Misalnya, sifatkeberanianmungkinkarena riya' ataukarena kekasaran, tetapiharus diarahkanpadaperjuangan di jalan Allah. Dalam hadits Abu Musa , iamengatakanbahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلمditanyatentangseseorang yang berjuang karena keberanian, karena marah, ataukarena riya', makadiamenjawab, "Barangsiapa berjuang agar firman Allah menjadi yang maha tinggi, makadiaberada di jalan Allah."
Begitu pula sifat dermawan yang bisa disertai dengan riya' atau menyakiti orang lain, harus diarahkan untuk berderma di jalan Allah tanpa riya' dan tanpa menyakiti orang lain. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah (ayat 264):
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا}
Retry
Reason
(Surah Al-Baqarah: 264)
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan amal sedekah kalian dengan menyebut-nyebut dan menyakiti (orang yang diberi), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' di hadapan manusia, dan tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Maka perumpamaannya adalah seperti batu yang di atasnya ada lapisan tanah, lalu batu itu disiram hujan lebat sehingga tanahnya menjadi bersih dan tidak ada sesuatu pun yang bisa diperoleh dari apa yang telah mereka kerjakan."
(Surah Al-Baqarah: 264)Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membatalkan amalmu dengan menyebutkan dan menyakiti (orang yang diberikan), seperti orang yang menghabiskanhartanyauntukriya' di di hadapanmanusia, dan tidakpercayakepada Tuhan dan Hari Akhir. Jadi analoginyaseperti batu yang di atasnya ada lapisantanah, dan kemudian batu itu disiramdengan hujan lebatsehinggatanahmenjadibersih dan tidak ada yang bisadidapatkantentangapa yang telah mereka lakukan."
Sifat baik seperti suara yang indah juga harus diarahkan untuk memperindah bacaan Al-Qur'an. Retry Reason
4. Melakukan Tindakan yang Berlawanan dengan Akhlak yang Ingin Dihilangkan
Misalnya, untuk mengobati rasa dengki, orang yang dengki disarankan untuk beristighfar dan mendoakan kebaikan bagi orang yang didengki.
Untuk mengatasi kesombongan, orang yang sombong dianjurkan untuk duduk bersama orang miskin dan fakir. Dalam hadis disebutkan bahwa seorang pria mengeluhkan kerasnya hati kepada Rasulullah ﷺ, lalu beliau ﷺ berkata:
"إن أردت أن يلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم."
“Jika kamu ingin hatimu menjadi lembut, maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”
4. Melakukan Tindakan yang Bertentangan denganMoral Yang Ingin DilenyapkanMisalnya, untuk memperlakukan iri hati, orang yang dengki disarankanuntukistighfar dan mendoakankebaikanbagi orang yang iri hatiUntukmengatasikesombongan, orang sombong dianjurkanuntuk duduk bersama orang miskin dan orang miskin. Dalam hadits tersebut disebutkanbahwaseorangpriamengeluhkan kekerasanhatinyakepada Nabi صلى الله عليه وسلم, kemudiandiaصلى الله عليه وسلمberkata, "إن أردت أن يلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم.""Jika Andainginhati Anda lembut, makaberi makanorang miskin dan bersihkan kepala anak yatim."
Untuk mengatasi marah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"إن الغضب من الشيطان، وإن الشيطان خلق من النار، وإنما تطفأ النار بالماء، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ."
“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu.”
Beliau ﷺ juga berkata:
"إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس، فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع."
“Jika salah seorang di antara kalian marah dan sedang berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika marahnya hilang, maka alhamdulillah, jika tidak, maka hendaklah ia berbaring.”
Untukmengatasikemarahan, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "إن الغضب من الشيطان، وإن الشيطان خلق من النار، وإنما تطفأ النار بالماء، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ.""Sesungguhnya, kemarahanberasaldariIblis, dan Iblisdiciptakandariapi, dan apihanya bisadipadamkandengan air. Karena itu, jika salah satu dari kalian marah, biarlahdiaberwudhu."Diaصلى الله عليه وسلم juga berkata: "إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس، فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع.""Jika salah satu dari kalian marah dan berdiri, makabiarkandia duduk. Jika amarahnya hilang, maka terima kasih Tuhan, jika tidak, makabiarkandiaberbaring."
Ini adalah kebalikan dari kondisi manusia ketika marah.
5. Melakukan Tindakan Baik yang Membantu Perbaikan Akhlak
Beberapa jenis amal baik yang bermanfaat untuk memperbaiki akhlak adalah shalat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ankabut (ayat 45):
{إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ}
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
5. Melakukan Tindakan Baik Yang Membantu MeningkatkanMoral Beberapajenisperbuatan baik yang bergunauntukmeningkatkanmoraladalahdoa. Allah SWT berfirmandalam Surah Al-Ankabut (ayat 45):{إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ} Sesungguhnya mengingat Allah lebih besar. Dan Allah mengetahuiapa yang kamu lakukan."
(Surah Al-Ankabut: 45)
(Surah Al-Ankabut: 45)
Shalat memperkuat pengawasan diri terhadap Allah, baik dalam keadaan terbuka maupun tersembunyi, sehingga jiwa tidak berani melakukan perbuatan keji dan munkar. Shalat juga memperkuat hubungan hamba dengan Tuhannya, sehingga ia tidak mudah putus asa ketika tertimpa musibah dan tidak pelit dalam berbuat kebaikan ketika Allah memberikan nikmat kepadanya
Doa memperkuat pengawasan diri Allah, baik secara terbuka maupun rahasia, sehingga jiwa tidak berani melakukan perbuatan keji dan jahat. Doa juga mempererat hubungan antara hamba dengan Tuhannya, sehingga ia tidak mudah berkecil hati ketika bencana melanda dan tidak pelit dalam berbuat baik ketika Allah memberinya keberkahan.
Zakat dan sedekah lainnya juga memiliki manfaat besar dalam memperbaiki akhlak. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tawbah (ayat 103):
{خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
“Ambillah zakat dari harta mereka yang dengannya kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan doakanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Retry
Reason
(Surah At-Tawbah: 103)
Retry
Reason
Zakat membersihkan jiwa dari sifat kikir, mencegah egoisme, dan membangun rasa kasih sayang, kedermawanan, dan kemurahan hati Retry Reason .
Puasa juga berperan dalam memperbaiki akhlak. Rasulullah ﷺ bersabda:
"... إذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يصخب، فإن سابه أحد أو قاتله فليقل إني امرؤ صائم."
"... Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan berbuat gaduh. Jika seseorang menghinanya atau mengajaknya bertengkar, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa.'"
Puasa juga berperandalammeningkatkanmoral. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "... إذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يصخب، فإن سابه أحد أو قاتله فليقل إني امرؤ صائم.""... Jika salah satu dari kamu sedangberpuasa, makajangan bicarakotor dan jangan berisik. Jika seseorangmenghinanyaataumengundangnyauntuk berperang, katakanlah, 'Saya berpuasa.'"
Puasa mengajarkan sabar, menahan amarah, memiliki sifat lembut, dan berkata baik
Puasa mengajarkan kesabaran, menahan kemarahan, kelembutan, dan kata-kata yang baik.
Haji juga memberikan dampak besar dalam membentuk akhlak yang baik. Rasulullah ﷺ bersabda:
"من حج هذا البيت فلم يرفث ولم يفسق رجع كما ولدته أمه."
“Barang siapa yang berhaji ke Baitullah dan tidak melakukan perbuatan keji dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Haji juga berdampakbesardalammembentuk akhlak yang baik. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "من حج هذا البيت فلم يرفث ولم يفسق رجع كما ولدته أمه.""Barangsiapa pergi hajike Baitullah dan tidakmelakukan perbuatan keji dan tidakmelakukankejahatan, makadiaakankembaliseperti pada haridiadilahirkan oleh ibunya."
Haji mengajarkan keteguhan, kesabaran dalam menghadapi kesulitan, kerendahan hati, disiplin, dan pengendalian diri demi meraih keridhaan Allah, serta pengorbanan di jalan-Nya.
Haji mengajarkanketeguhan, kesabarandalammenghadapikesulitan, kerendahan hati, disiplin, dan pengendalian diri untuk mendapatkankeridhaan Allah, serta pengorbanan di jalan-Nya.
Semua amalan ini, baik yang wajib maupun yang sunnah, memiliki manfaat yang sangat besar dalam membentuk dan memperbaiki akhlak seseorang
Semua praktik ini, baik wajib maupun sunnah, memiliki manfaat yang sangat besar dalam membentuk dan meningkatkan moral seseorang.
6. Kesabaran dan Bertahap
Kesabaran memungkinkan seseorang untuk memikirkan segala sesuatu yang dihadapinya, merenungkannya, dan bertindak dengan bijaksana. Dengan demikian, seseorang akan mampu mengenali kebenaran dan melaksanakannya, serta menghindari kesalahan. Oleh karena itu, Nabi ﷺ bersabda:
"الأَنَاةُ مِنَ اللهِ، وَالعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ."
“Kesabaran itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan.”
Kesabaranmemungkinkanseseoranguntuk memikirkansemua yang dia temui, merenungkannya, dan bertindakdengan bijak. Dengan demikian, seseorangakandapatmengenalikebenaran dan melaksanakannya, sertamenghindarikesalahan. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "الأَنَاةُ مِنَ اللهِ، وَالعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.""Kesabaranberasaldari Allah, tetapitergesa-gesaberasaldariSetan."
Selain itu, untuk memperoleh akhlak yang baik, seseorang tidak bisa mencapainya secara instan, melainkan membutuhkan proses bertahap, latihan, dan kesabaran. Seorang Muslim harus memulai dengan yang lebih penting dalam hal akhlak, lalu berlanjut ke yang lebih rendah hingga ia berhasil memperoleh akhlak yang mulia. Sebagaimana Rasulullah ﷺ berkata kepada Mu'adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman:
"إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَىٰ أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَٰلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَٰلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَىٰ فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَٰلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ."
“Sesungguhnya kamu akan menemui kaum Ahlul Kitab, maka apabila kamu menemui mereka, ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka taat, maka beri tahu mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk melaksanakan lima kali salat dalam sehari semalam. Jika mereka taat, maka beri tahu mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk membayar zakat yang diambil dari orang kaya mereka dan diberikan kepada orang miskin mereka. Jika mereka taat, maka berhati-hatilah dengan harta terbaik mereka dan takutlah dengan doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doa mereka dengan Allah.”
Retry
Reason
(Hadis Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Retry
Reason
Dalam hadis ini, Rasulullah ﷺ memerintahkan Mu'adz untuk menyampaikan dakwah secara bertahap, dimulai dengan yang paling penting, yaitu syahadat, lalu dilanjutkan dengan salat, kemudian zakat, dan seterusnya. Jika beliau menyampaikan semuanya sekaligus, tentu mereka akan menolaknya. Begitu pula dalam perbaikan akhlak, seorang Muslim seharusnya bertahap, dimulai dengan memperbaiki aqidah dan ibadah, lalu beralih ke perbaikan perilaku dan hubungan dengan orang lain, dimulai dari yang lebih penting
Dalam hadits ini, Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan Mu'adz untuk menyampaikan dakwah secara bertahap, dimulai dengan hal yang paling penting, yaitu syahadat, kemudian dilanjutkan dengan shalat, kemudian zakat, dan seterusnya. Jika dia menyampaikan semuanya sekaligus, tentu mereka akan menolaknya. Demikian pula dalam perbaikan moral, seorang Muslim harus secara bertahap memulai dengan memperbaiki aqidah dan ibadah, kemudian beralih ke memperbaiki perilaku dan hubungan dengan orang lain, mulai dari yang lebih penting.
Bab Kedua
Fikih Akhlak
Bab DuaFiqh Moral
Di dalamnya terdapat beberapa topik pembahasan:
Topik pertama: Akhlak terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala
Topik pertama: Akhlakterhadap Allah SubhanahuwaTa'ala
Topik kedua: Akhlak terhadap malaikat
Topik kedua: Moralterhadapmalaikat
Topik ketiga: Akhlak terhadap jin
Topik ketiga: Moralterhadapjin
Topik keempat: Akhlak terhadap Nabi Muhammad ﷺ
Topik keempat: Akhlakterhadap Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم
Topik kelima: Akhlak terhadap pemimpin (waliyyul amr)
Topik kelima: Moralterhadappemimpin (waliyyulamr)
Topik keenam: Akhlak terhadap diri sendiri
Topik keenam: Harga diri
Topik ketujuh: Akhlak terhadap orang tua
Topik ketujuh: Moralterhadap orang tua
Topik kedelapan: Akhlak terhadap anak-anak
Topik kedelapan: Moralterhadapanak
Topik kesembilan: Akhlak antara suami dan istri
Topik kesembilan: Moral antara suami dan istri
Topik kesepuluh: Akhlak terhadap kerabat
Topik kesepuluh: Moralitasterhadapkerabat
Topik kesebelas: Akhlak terhadap pembantu dan pekerja
Topik kesebelas: Moralterhadappenolong dan pekerja
Topik keduabelas: Akhlak terhadap tetangga
Topik kedua belas: Moralterhadaptetangga
Topik ketigabelas: Akhlak terhadap sahabat
Topiktiga belas: Moralterhadapteman
Topik keempatbelas: Akhlak dalam menghadapi perbedaan pendapat
Topik keempat belas: Moralitasdalammenghadapi perbedaanpendapat
Topik kelimabelas: Akhlak terhadap lingkungan
Topik kelima belas: Moralterhadaplingkungan
Akhlak Terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala
Mempelajari fikih adab terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah kewajiban utama bagi setiap hamba, karena hal ini merupakan inti kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun makhluk yang paling beradab kepada Allah adalah para pilihan-Nya, yaitu nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, semoga salawat dan salam Allah selalu tercurah kepada mereka. Al-‘Allamah Ibn Qayyim rahimahullah mengatakan:
"Perhatikanlah keadaan para rasul, salawat Allah dan salam-Nya kepada mereka, bagaimana ucapan dan permohonan mereka kepada Allah, semua penuh dengan adab dan memperlihatkan ketinggian adab."
Mempelajarifiqhadabterhadap Allah SubhanahuwaTa'alaadalahkewajibanutamabagi setiap hamba, karenainiadalah inti dari kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun makhluk yang paling beradab bagi Allah adalah orang-orang pilihan-Nya, yaitu para nabi dan rasul-rasul-Nya, semoga nikmat dan salam Allah selaludicurahkankepadamereka. Al-'Allamah Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Lihatlah kondisi para rasul, shallallahu 'ahu, dan salam-Nya kepadamereka, bagaimanakata-kata dan doamereka kepada Allah semuanyapenuh dengansopan santun dan menunjukkanketinggiansopan santun."
Contoh dari hal tersebut adalah doa Nabi Ibrahim Khalilullah dalam Surah Ash-Shu'ara’ (78-80): وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku."
Contohnyaadalah doa Nabi Ibrahim Khalilullah dalam Surat Asy-Shu'ara' (78-80): وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ "Dan ketikaakusakit, Dialah yang menyembuhkan aku."
Ibrahim tidak berkata, "Dan apabila Engkau yang membuatku sakit," karena beliau sangat menjaga adab dalam berdoa kepada Allah.
Ibrahim tidakberkata, "Dan jikaEngkau yang membuatkusakit," karenadia sangat pandai berdoakepada Allah.
Yang dimaksud dengan adab terhadap Allah adalah: iman kepada-Nya, melaksanakan agama-Nya, serta berperilaku dengan adab-adab-Nya baik secara lahir maupun batin. Tidak ada orang yang bisa beradab dengan benar kepada Allah kecuali dengan dua hal: ilmu tentang Allah dan syariat-Nya, serta jiwa yang siap dan terbuka untuk menerima kebenaran, baik dalam ilmu, amalan, maupun kondisi. Oleh karena itu, orang yang paling buruk adabnya kepada Allah adalah orang-orang kafir.
Yang dimaksuddenganadabterhadap Allah adalah: beriman kepada-Nya, mengamalkan agama-Nya, danberperilakusesuai dengan adab-Nya baiksecara jasmanimaupunbatin. Tidak ada yang dapat beradab dengan benarbagi Allah kecuali dengan dua hal: pengetahuantentang Allah dan Syariah-Nya, dan jiwa yang siap dan terbukauntukmenerimakebenaran, baikdalam sains, praktik, maupunkondisi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki sopan santun yang paling burukterhadap Allah adalah orang-orang .
Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah:
Keyakinankepada Allah SubhanahuwaTa'alaadalah:
Ucapan dengan lisan, yaitu mengucapkan syahadat "La ilaha illallah" dan "Muhammadur rasulullah ﷺ", yang berarti bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan-Nya.
Pidato lisan, yaitu membaca syahadat "La ilahaillallah" dan "MuhammadurNabiصلى الله عليه وسلم", yang berartibahwa tidak ada Tuhan yang berhakdisembahkecuali Allah, dan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلمadalahrasul-Nya.
Keyakinan dengan hati, yaitu meyakini dengan hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Keyakinan ini meliputi dua hal: pertama, percaya dengan hati, dan kedua, pergerakan hati dan kehendak, seperti rasa takut, harapan, tawakal, cinta, dan rasa takut terhadap Allah.
Percayadenganhati, yaitu percayadengan hatibahwa Tuhan adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Keyakinan ini mencakup dua hal: pertama, percayadenganhati, dan kedua, gerakanhati dan kehendak, seperti ketakutan, harapan, tawakal, cinta, dan perasaan takut akan Tuhan.
Perbuatan dengan anggota tubuh, yang mencakup segala bentuk ibadah, perintah, dan larangan yang ada dalam syariat. Nabi ﷺ bersabda:
"Iman itu ada tujuh puluh lebih cabang, yang paling utama adalah ucapan 'La ilaha illallah', yang terendah adalah menghilangkan gangguan dari jalan, dan malu itu adalah bagian dari iman."
Tindakandengananggota tubuh, yang meliputisegalabentuk ibadah, perintah, dan larangan dalamsyariah. Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda, "Ada lebih dari tujuh puluhcabang keyakinan, yang paling pentingadalahpepatah 'La ilahaillallah', yang terendahadalahpenghapusan gangguandarijalan, dan rasa maluadalahbagian dariiman."
Iman adalah kombinasi dari ucapan, perbuatan, dan keyakinan yang terus bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan
Iman adalah kombinasi dari kata-kata, perbuatan, dan kepercayaan yang tumbuh dengan ketaatan dan berkurang dengan ketidaktaatan.
Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, sebagaimana dalam hadis di atas dan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ
Imankah bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan ketidaktaatan, seperti dalam hadits di atas dan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ
(Surah At-Tawbah:124-125)
(Surah At-Tawbah: 124-125)
Keimanan yang ada dalam hati mendorong pemiliknya untuk beramal sesuai dengan iman tersebut. Allah berfirman dalam Surah Ibrahim (24-25): أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الْأَرْضَ
"Tidakkah engkau melihat bagaimana Tuhanmu memperluas bumi ini..."
Iman di dalam hatimendorong pemiliknyauntukbersedekah sesuai dengan iman itu. Allah berfirmandalam Surah Ibrahim (24-25): أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الْأَرْضَ: "Tidakkah kamu melihatbagaimanaTuhanmumemperluas bumi ini..."
Bagaimana cara menjaga agar pohon iman tetap kokoh dan subur? Ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menjaga pohon iman tetap subur dan tumbuh dengan baik
Bagaimana kita dapat menjaga pohon iman tetap kuat dan subur? Ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menjaga pohon iman tetap subur dan tumbuh dengan baik:
Menjaga pohon iman dengan menyiraminya setiap waktu dengan ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih, dan dengan banyak merenung serta berpikir
Memelihara pohon iman dengan menyiraminya setiap saat dengan pengetahuan yang bermanfaat bagi perbuatan benar, dan dengan merenungkan dan banyak berpikir.
Menjaga pohon iman dengan membersihkannya dari gangguan dosa, kemaksiatan, dan kelalaian terhadap kehidupan akhirat. Ini dilakukan dengan bertaubat, memohon ampunan, dan melakukan amal-amal shalih yang dapat menghapus dosa, serta banyak berdzikir kepada Allah.
Melindungi pohon imandenganmembersihkannyadari campur tangan dosa, ketidaktaatan, dan kelalaianterhadapakhirat. Hal ini dilakukan denganbertaubat, memintaampun, dan melakukan amal saleh yang dapatmenghapus dosa, sertabanyakberdzikirkepada Allah.
ChatGPT bilang:
ChatGPT mengatakan:
Keimanan Termasuk dalam Tauhid, yang Merupakan Pengakuan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma' wa Sifat-Nya. Keimanan ini terbagi menjadi tiga jenis, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
ImanTermasukdalam Tawhid, yaitu PengakuanAllah SubhanahuwaTa'aladalamRububiyah, Uluhiyah, dan Asma' wa Sifat-Nya. Iman ini dibagimenjaditigajenis, yang akandijelaskansebagai berikut:
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah pengakuan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala perbuatan-Nya. Ini berarti meyakini dengan tegas bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, menguasai, menghidupkan, mematikan, memberikan rizki, dan mengatur segala urusan di alam semesta
Tawheed Rububiyah adalah pengakuan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala amal-Nya. Ini berarti percaya dengan teguh bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, mengendalikan, menghidupkan, melumpuhkan, menyediakan, dan mengatur semua urusan di alam semesta.
Dalil-dalil Tauhid Rububiyah:
Bukti Tawheed Rububiyah:
Fitrah: Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan setiap hamba dengan fitrah untuk mengakui Rabb-Nya. Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum (30):
"فَطَرَ النَّاسَ عَلَى فِطْرَتِهِ"
"Allah menciptakan manusia dengan fitrah (kenyataan) ini."
Fitrah: Allah SubhanahuwaTa'alamenciptakansetiap hamba yang memiliki sifat untukmengakui Tuhan-Nya. Allah berfirmandalam Surah Ar-Rum (30): "فَطَرَ النَّاسَ عَلَى فِطْرَتِهِ""Allah menciptakanmanusiadengan sifat (realitas) ini."
Nabi ﷺ bersabda:
"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Setiapbayilahirdalam keadaan fitrah, dan kemudianorang tuanya menjadikannya orang Yahudi, Kristen, atauorang Majus."
Ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya mengenal dan mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Hanya saja sebagian dari mereka yang kemudian menyimpang akibat godaan setan
Ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya mengenal dan mengakui Tuhan sebagai Tuhan mereka. Hanya saja beberapa dari mereka kemudian menyimpang karena godaan Iblis.
Sebagai contoh nyata dari fitrah ini adalah saat manusia dalam kesulitan, mereka akan berdoa kepada Allah semata. Allah berfirman dalam Surah Al-Ankabut (65):
"وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ فَإِلَيْهِ يَجْأَرُونَ"
"Dan apabila manusia ditimpa kesulitan, mereka berdoa hanya kepada-Nya."
Sebagaicontohnyatadari fitrah ini adalahketikaorangdalamkesulitan, merekaakanberdoakepada Allah saja. Allah berfirmandalam Surah Al-Ankabut (65): "وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ فَإِلَيْهِ يَجْأَرُونَ""Dan ketikaorang dalam kesusahan, merekahanya berdoakepada-Nya."
Dalil-dalil Akal:
Bukti Alasan:
Dalil Penciptaan dan Kehadiran: Alam semesta ini memerlukan pencipta yang Maha Kuasa. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan dalam Surah At-Tur (35):
"أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ"
"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu?"
Proposisi Penciptaan dan Kehadiran: Alam semestamembutuhkan Pencipta Yang Mahakuasa. Allah SubhanahuwaTa'alamenyatakandalam Surah At-Tur (35): "أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ" "Apakahmerekadiciptakantanpaapa-apa?"
Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini pasti memiliki pencipta, yang tidak lain adalah Allah.
Ini menunjukkanbahwasegala sesuatu di alam semesta inipastimemiliki pencipta, yang tidak lain adalah Tuhan.
Dalil Keindahan dan Keteraturan Alam Semesta: Jika kita merenung dan memperhatikan dengan seksama keindahan alam semesta, kita akan menyadari bahwa semuanya diciptakan dengan tujuan dan keteraturan yang sempurna. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Qaf (6):
"وَفِي السَّمَاءِ رَزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ"
"Dan di langit ada rizki kalian dan apa yang dijanjikan kepada kalian."
Proposisi Keindahan dan Ketertiban Alam Semesta: Jika kitamerenungkan dan memperhatikankeindahanalam semesta, kitaakanmenyadaribahwasegala sesuatudiciptakandengan tujuan dan keteraturan yang sempurna. Allah SubhanahuwaTa'alaberfirmandalam Surah Qaf (6): "وَفِي السَّمَاءِ رَزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ""Dan di langit ada rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu."
Semua keteraturan yang luar biasa ini menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Sang Pencipta yang Maha Bijaksana dan Maha Kuasa.
Semuatatanan yang luar biasaini menunjukkanbahwaalam semestatidak munculdengan sendirinya, tetapidiciptakan oleh Sang Pencipta yang Bijaksana dan Mahakuasa.
Apakah Pengakuan terhadap Tauhid Rububiyah Saja Cukup?
Apakahpengakuan Tawheed Rububiyah cukup?
Tidak, pengakuan terhadap Tauhid Rububiyah saja tidak cukup. Hal ini juga diakui oleh kaum kafir Quraisy sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Ankabut (61):
"وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُونَ اللَّهُ"
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, pasti mereka akan menjawab: Allah."
Namun pengakuan ini tidak bermanfaat bagi mereka, karena mereka telah menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan mempersembahkan sebagian ibadah mereka kepada selain-Nya, menganggap berhala-berhala tersebut sebagai perantara yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Allah mengutuk mereka atas kesyirikan ini dan menetapkan tempat mereka di neraka, seperti yang disebutkan dalam Surah Az-Zumar (3):
"إِنَّ الْمُلْكُ لِلَّهِ"
"Sesungguhnya kerajaan itu milik Allah."
Tidak, pengakuan Tawheed Rububiyahsajatidakcukup. Hal ini juga diakui oleh orang-orang Quraisyseperti yang Allah katakandalam Surah Al-Ankabut (61): "وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُونَ اللَّهُ""Dan jika kamu bertanya kepada mereka""Dan jika kamu bertanya kepada mereka""Dan jika kamubertanyakepada merekaSiapa pun yang menciptakanlangit dan bumi, niscayamerekaakanmenjawab: Allah."Tetapi pengakuan ini tidakbermanfaatbagimereka, karenamerekatelahmenguduskan Allah dengan berhala-berhala dan mempersembahkansebagian dari ibadah mereka kepada orang lain selain Dia, menganggapnya berhala sebagaiperantara yang dapat mendekatkan merekakepada Allah. Allah mengutukmerekakarena syariah ini dan menetapkan tempat mereka di Neraka, seperti yang disebutkan dalam Surah Az-Zumar (3): "إِنَّ الْمُلْكُ لِلَّهِ""Sesungguhnya, kerajaan itu milik Allah."
Tawhid Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Nama dan Atribut Allah
Tawhid nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah satu-satunya yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, dan meyakini kebenarannya sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Tahid nama dan sifat-sifat Allah adalahpercayabahwa Allah SubhanahuwaTa'alaadalahsatu-satunya yang memiliki nama dan atribut yang sempurna, dan percayakepada kebenarannyaseperti yang tertulisdalam Al-Qur'an dan Hadis.
Keimanan terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah serta tawhid dalam aspek ini adalah salah satu cabang utama dari tiga bentuk tawhid. Posisi tawhid ini sangat tinggi dalam agama dan memiliki signifikansi yang besar. Tidak ada seseorang yang dapat beribadah kepada Allah dengan cara yang benar dan sempurna kecuali dia memiliki pengetahuan yang benar tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, agar dia dapat beribadah kepada-Nya dengan penuh pengertian dan kesadaran
Kepercayaan pada nama dan sifat-sifat Allah dan tauhid dalam aspek ini adalah salah satu cabang utama dari tiga bentuk tauhid. Posisi tauhid ini sangat tinggi dalam agama dan memiliki makna yang besar. Tidak seorang pun dapat menyembah Allah dengan cara yang benar dan sempurna kecuali dia memiliki pengetahuan yang benar tentang nama-nama dan sifat-sifat Tuhan, sehingga dia dapat menyembah-Nya dengan pengertian dan kesadaran.
Mewujudkan tawhid ini adalah jalan untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lebih baik dan beradab dalam berhubungan dengan-Nya.
Menyadari tauhid ini adalahcarauntukmengenal Allah SubhanahuwaTa'aladengan lebih baik dan beradabdalamhubungannya dengan-Nya.
Dan pengamalan tawhid ini adalah jalan untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dan beradab dengan-Nya.
Dan amalan tauhid adalah carauntukmengenal Allah SubhanahuwaTa'ala dan beradabbersama-Nya.
Tawhid ini memerlukan perhatian terhadap empat kaidah sebagai berikut
Tauhid ini membutuhkan perhatian pada empat aturan berikut:
Kaidah pertama: Nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah sesuatu yang telah ditentukan (tawqifi), maka tidak boleh menyebut atau menggambarkan Allah kecuali dengan apa yang Allah sebutkan tentang diri-Nya dan apa yang Rasul-Nya ﷺ sebutkan tentang-Nya. Ini termasuk tidak boleh ada penyelewengan terhadap nama dan sifat-Nya. Allah berfirman:
{وَلِلَّهِ أَسْمَاءٌ حُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ}
Aturan pertama: Nama dan sifat-sifat Allah adalahsesuatu yang telah ditentukan (tawqifi), sehingga tidakdiperbolehkanmenyebutkanatau menggambarkan Allah kecualidenganapa yang Allah katakantentangdan apa yang disebutkan oleh Rasul-Nya صلى الله عليه وسلمtentang Dia. Ini termasuk bahwa tidak bolehadapenyalahgunaannama dan sifat-Nya. Allah berfirman{وَلِلَّهِ أَسْمَاءٌ حُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ}
(Surat Al-A'raf: 180)
(Surat Al-A'raf: 180)
"Dan bagi Allah-lah nama-nama yang paling baik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam menyebut nama-nama-Nya."
"Dan bagi Allah adalah nama-nama yang terbaik, maka mintalah kepada-Nya dengan menyebut nama-Nya dan tinggalkan orang-orang yang menyimpangdalammemanggil nama-Nya."
Penyelewengan terhadap nama-nama Allah disebut dengan ilhad dan itu berarti menyimpang dari kebenaran yang harus diyakini
Penyimpangan nama-nama Allah disebut ilhad dan itu berarti menyimpang dari kebenaran yang harus dipercaya.
Penyelewengan (ilhad) ada beberapa jenis, yaitu
Ada beberapa jenis penyalahgunaan (ilhad), yaitu:
Tahrif (Pemalsuan), yaitu mengubah makna kata dari arti yang dimaksudkan ke makna yang tidak sesuai dengan konteks
Tahrif (Pemalsuan), yaitu mengubah makna kata dari makna yang dimaksudkan menjadi makna yang tidak sesuai dengan konteksnya.
Ta'til (Penolakan sifat), yaitu menafikan sifat-sifat Allah.
Ta'til (Penolakanterhadap alam), yaitu penolakanterhadap sifat-sifat Allah.
Tamsil (Perbandingan), yaitu membandingkan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.
Tamsil (Perbandingan), yaitumembandingkan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.
Takyif (Menanyakan bentuk), yaitu berusaha mengetahui bagaimana sifat-sifat Allah.
Takyif (Menanyakanbentuk), yaitumencoba mengetahuiapasifat-sifat Allah itu.
Menyebutkan Allah dengan nama-nama yang tidak disebutkan oleh-Nya dan tidak disebutkan oleh Rasul-Nya ﷺ, seperti menyebut Allah dengan "kekuatan tersembunyi", "penyebab pertama", "bapa", dan nama-nama lain yang tidak ada dasar dari wahyu Allah.
Menyebut Allah dengan nama-nama yang tidak disebutkan oleh-Nya dan tidak disebutkan oleh Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم, sepertimenyebut Allah dengan "kuasa tersembunyi", "sebab pertama", "bapa", dan nama-nama lain yang tidakadadasaruntukwahyu Tuhan.
Dan maksud dari ucapan kami "tanpa tahrif (pemalsuan)" adalah: tahrif adalah mengalihkan makna kata dari makna yang semestinya kepada makna lain yang tidak sesuai dengan kata tersebut, kecuali dengan kemungkinan yang lemah. Oleh karena itu, kita beriman kepada sifat-sifat dan nama-nama Allah dengan maknanya tanpa ada pemalsuan. Sebagai contoh, kita tidak boleh menafsirkan makna "bidi" dalam ayat {بِيدِيَ} [QS. Sad: 75] dengan mengatakan itu berarti kekuatan dan kemampuan. Yang benar adalah kita meyakini adanya sifat tangan bagi Allah sesuai dengan kebesaran-Nya.
Dan artidari ucapan kita "tanpa tahrif (pemalsuan)" adalah: tahrifadalah memindahkanmakna kata dari arti yang tepat ke makna lain yang tidak sesuai dengan kata tersebut, kecualidengan kemungkinan yang lemah. Oleh karena itu, kamipercayapada sifat-sifat dan nama-nama Allah denganmaknanyatanpapemalsuan. Misalnya, kitatidak dapatmenafsirkan arti "bidi" dalamayat {بِيدِيَ} [QS. Sedih: 75] denganmengatakanituberartikekuatan dan kemampuan. Yang benaradalahbahwa kitapercayabahwa adasifat tanganbagi Allah sesuai dengan kebesaran-Nya.
{بِيدِيَ} [QS. Sad: 75]
"Di tangan-Ku"
Artinya, kita meyakini adanya tangan bagi Allah sesuai dengan kebesaran-Nya.
Retry
Reason
Dan maksud dari ucapan kami "tanpa ta'til (penolakan sifat)" adalah: ta'til adalah menafikan sifat-sifat Allah, yaitu menghilangkan makna nama-nama-Nya, seperti mengatakan Allah itu "Maha Mendengar tanpa pendengaran" atau "Maha Melihat tanpa penglihatan", yang Allah sangat tinggi dari itu
Dan arti dari ucapan kita "tanpa ta'til" adalah: ta'til adalah menyangkal sifat-sifat Allah, yaitu menghilangkan arti nama-nama-Nya, seperti mengatakan bahwa Allah adalah "Maha Mendengar tanpa mendengar" atau "Maha Melihat tanpa penglihatan", yang sangat tinggi Allah.
Dan maksud dari ucapan kami "tanpa tasybih (perbandingan)" adalah: tanpa meyakini bahwa sifat-sifat-Nya itu seperti sifat makhluk. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syura: 11:
Dan artidari pepatah kita "tanpatasybih (perbandingan)" adalah: tanpapercayabahwa sifat-sifat-Nya seperti kodratmakhluk. Allah berfirmandalam QS. Asy-Syura: 11:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [QS. Asy-Syura: 11]
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [QS. Asy-Syura: 11]"Tidak ada yang seperti Dia, dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat."
Dalam ayat ini terdapat penetapan dan penolakan; Allah menafikan adanya sesuatu yang serupa dengan-Nya dan Dia menetapkan bagi diri-Nya pendengaran dan penglihatan yang sesuai dengan kemuliaan-Nya.
Dalam kalimat ini adatekad dan penolakan; Tuhan menyangkalbahwa adasesuatu seperti Dia dan Dia menetapkanbagidiri-Nya sendiri pendengaran dan penglihatan yang sesuai dengan kemuliaan-Nya.
Dan maksud dari ucapan kami "tanpa takyiif (penetapan cara atau bentuk)" adalah: yaitu tidak diyakini bahwa sifat-sifat Allah itu dengan cara atau bentuk tertentu, atau tidak ditanyakan bagaimana sifat-sifat-Nya. Karena sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui bagaimana sifat-Nya.
Dan artidari ucapan kita "tanpatakyiif (penentuancaraataubentuk)" adalah: yaitu, tidakdiyakinibahwasifat-sifat Allah adadalam caraataubentuk tertentu, atauDia tidak ditanyaapa sifat-sifat-Nya. Karena hanya Allah yang tahu apa sifat-Nya.
Kaidah Kedua: Sesungguhnya Semua Nama Allah SWT Adalah Nama-Nama yang Paling Baik
AturanKedua: Sesungguhnya semua nama Allah SWT adalah nama terbaik
Pada kaidah ini dijelaskan bahwa semua nama Allah SWT adalah nama yang paling indah dan sempurna, yang mencerminkan puncak dari segala bentuk kebaikan dan keindahan. Allah SWT berfirman
Dalam aturan ini, dijelaskan bahwa semua nama Allah SWT adalah nama yang paling indah dan sempurna, yang mencerminkan puncak dari segala bentuk kebaikan dan keindahan. Allah SWT berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
(QS. Al-A'raf: 180)
"Dan milik Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu."
(QS. Al-A'raf: 180) "Dan nama-nama Allah yang terbaik adalah yang terbaik, makaberdoalah kepada-Nya dengan memanggil mereka nama-nama."
Nama-nama Allah SWT ini mencakup sifat-sifat kesempurnaan yang mutlak. Sebagai contoh, salah satu nama Allah adalah العليم (Al-‘Alim), yang berarti Maha Mengetahui. Ini mencakup pengetahuan yang sempurna, yang tidak pernah disertai dengan kebodohan dan tidak akan pernah ada kelupaan. Allah SWT berfirman
Nama-nama Allah SWT termasuk sifat-sifat kesempurnaan mutlak. Misalnya, salah satu nama Allah adalah العليم (Al-'Alim), yang berarti Maha Mengetahui. Ini mencakup pengetahuan yang sempurna, yang tidak pernah disertai dengan ketidaktahuan dan tidak akan pernah ada kelupaan. Allah SWT berfirman:
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
(QS. Al-A'raf: 52)
"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi."
(QS. Al-A'raf: 52) "Dia tahuapa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi."
Selain itu, Allah SWT memiliki ilmu yang sangat luas, meliputi segala sesuatu. Dalam surat Al-An'am ayat 80, Allah berfirman
Selain itu, Allah SWT memiliki pengetahuan yang sangat luas, mencakup semuanya. Dalam Surah Al-An'am ayat 80, Allah berfirman:
إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ سَبِيلٍ مُّسْتَقِيمٍ
(QS. Al-An'am: 80)
"Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus."
(QS. Al-An'am: 80) "Sesungguhnya Tuhanku berada di jalan yang lurus."
Semua sifat Allah SWT adalah sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada kekurangan di dalamnya. Beberapa sifat tersebut antara lain adalah kehidupan, ilmu, kekuasaan, pendengaran, penglihatan, rahmat, kemuliaan, kebijaksanaan, keagungan, dan lain-lain.
Semuaatribut Allah SWT adalah sifat-sifat kesempurnaan yang tidak adakekurangan di dalamnya Beberapa kualitas tersebut meliputi kehidupan, pengetahuan, kuasa, pendengaran, penglihatan, kasih karunia, kemuliaan, kebijaksanaan, keagungan, dan lain-lain.
Kaidah Ketiga: Jumlah Nama Allah SWT Lebih Dari Sembilan Puluh Sembilan Nama
AturanTiga: Jumlah Nama Allah SWT Lebih Dari Sembilan Puluh Sembilan Nama
Dari Abdullah bin Mas'ud , Rasulullah bersabda:
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حَزَنٌ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا
Retry
Reason
(HR. Ahmad)
"Tidak ada seorang pun yang terkena kesedihan atau kesulitan, lalu ia mengucapkan: 'Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak budak-Mu, keningku di tangan-Mu, ketetapan-Mu berlaku atas diriku, dan keputusan-Mu adil bagiku. Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang Engkau namakan diri-Mu dengan nama itu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau simpan hanya pada ilmu gaib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penyembuh kesedihanku, dan hilangnya kecemasanku,' kecuali Allah akan menghilangkan kesedihannya dan menggantinya dengan kegembiraan."
"Tidak ada seorang pun yang menderita kesedihanataukesusahan, dandiaberkata: 'Ya Allah, sesungguhnyaakuadalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba-Mu, dahiku di tangan-Mu, ketetapan-Mu itu ada padaku, dan keputusanmu hanyauntukku. Aku meminta kepada-Mu dengan setiap nama yang dengannya Engkau memanggil dirimu dengan nama itu, atau yang dengannya Engkaumengajar salah satu makhluk-Mu, atau yang dengannya Engkauturunkandalam kitab-Mu, atau yang Engkau simpanhanya dalam pengetahuan gaib di sisi-Mu , agar Engkaudapat menjadikan Al-Qur'an sebagaipenghiburanbagi hatiku, cahaya dadaku, penyembuhkesedihanku, dan kehilangankekhawatiranku,' kecuali Allah akanmenghilangkankesedihannya dan menggantinya dengansukacita."
Kemudian dikatakan, "Wahai Rasulullah, apakah kita tidak belajar doa ini?" Rasulullah menjawab, "Ya, seharusnya siapa saja yang mendengarnya, hendaknya mempelajarinya."
Kemudiandikatakan, "Wahai Rasulullah, bukankah kamibelajar doaini?" Rasulullah menjawab, "Ya, siapa pun yang mendengarnya, harusmempelajarinya."
Ucapan beliau "atau yang Engkau simpan hanya pada ilmu gaib di sisi-Mu" menunjukkan bahwa tidak ada batasan jumlah nama-nama Allah SWT.
Pepatahnya "Atau apa yang Engkausimpan hanya dalam ilmu gaib di sisi-Mu " menunjukkanbahwatidak adabatasan jumlah nama Allah SWT.
Kaidah Keempat: Keutamaan Orang yang Mempelajari Sembilan Puluh Sembilan Nama Allah SWT dan Mengamalkannya
AturanKeempat: Keutamaan Mereka yang Mempelajari Sembilan Puluh Sembilan Nama Allah SWT dan Mempraktikkannya
Dari Abu Hurairah , Rasulullah bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنَ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ...
Dari Abu Hurairah , Nabi saidإِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنَ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ...
(HR. Al-Bukhari)
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, siapa yang menghafalnya, maka ia akan masuk surga..."
"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratuskecualisatu, barangsiapa menghafalnya, maka ia akan masuk surga..."
Menghafal nama-nama Allah SWT berarti mengetahui makna-makna nama tersebut dan berdoa kepada Allah dengan menyebutkan nama-nama-Nya tersebut
Menghafal nama-nama Allah SWT berarti mengetahui arti dari nama-nama tersebut dan berdoa kepada Allah dengan menyebutkan nama-nama-Nya.
Doa terbagi menjadi dua jenis
Doa dibagi menjadi dua jenis:
Doa pujian dan ibadah, yaitu doa yang berisi pujian kepada Allah SWT dan pengakuan atas ketuhanan serta kebaikan-Nya.
Doa pujian dan ibadah, yaitudoa yang berisipujiankepada Allah SWT dan pengakuan akankeilahiandankebaikan-Nya.
Doa permohonan dan permintaan, yaitu doa yang berisi permohonan kepada Allah SWT untuk sesuatu
Doa doa dan permohonan, yaitu doa yang berisi permohonan kepada Allah SWT untuk sesuatu.
Yang paling utama adalah doa pujian dan ibadah, karena ini adalah hak Allah SWT. Banyak doa-doa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ dan para nabi sebelum beliau yang termasuk dalam kategori ini. Nabi ﷺ bersabda:
لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللَّهِ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُ...
"Tidak ada yang lebih mencintai pujian selain Allah, karena itu Dia memuji diri-Nya sendiri..."
Yang terpentingadalahshalat pujian dan ibadah, karenainiadalahhak Allah SWT. Banyak doa yang diajarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم dan para nabisebelumbeliau termasuk dalam kategori ini. Nabi صلى الله عليه وسلمberkataلَيْسَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللَّهِ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُ..."Tidak ada orang yanglebih mencintaipujian daripada Allah, oleh karena itu Dia memuji diri-Nya ..."
Dampak dari doa pujian ini adalah kebutuhan orang yang berdoa akan terpenuhi tanpa harus memintanya. Contohnya adalah doa ketika menghadapi kesulitan. Nabi ﷺ biasa berdoa ketika menghadapi kesulitan dengan berkata:
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ
"Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi, dan Tuhan Arsy yang Maha Agung."
Dampakdaridoa pujianiniadalah kebutuhan orang yang berdoa akanterpenuhitanpaharusmemintanya. Contohnyaadalahdoaketikamenghadapikesulitan. Nabi صلى الله عليه وسلمbiasaberdoaketikamenghadapikesulitandengan mengucapkan لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لَا إِلٰهَ إِلَ إِلَ ّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ"Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Besar dan Maha Pengasih, tidak ada Tuhan yang Maha Besar, tidak ada Tuhan yang Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi, dan Tuhan Agung Arsy."
Dalam kisah Nabi Musa , ketika beliau sampai di dekat mata air di Madyan dan berlindung di bawah pohon, beliau berdoa:
رَبُّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُحْنُ فِيهِ
Dalam kisah Nabi Musa , ketikadiamendekati mata air di Madyan dan berlindung di bawah pohon, diashalatرَبُّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُحْنُ فِيهِ
(QS. Al-Qasas: 24)
"Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami hadapi."
(QS. Al-Qasas: 24) "Tuhan kami, sesungguhnyaEngkautahuapa yang kami hadapi."
Lalu Allah memberikan rezeki berupa harta dan keluarga kepada Nabi Musa.
Kemudian Allah memberikanrezekiberupakekayaan dan keluargakepada Nabi Musa.
Doa permohonan kepada Allah dengan menyebutkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dalam hal ini, seseorang memohon dengan menyebut nama Allah yang relevan dengan permohonannya. Misalnya: "Ya Ghafur, ampunilah aku," "Ya Rahim, kasihanilah aku," "Ya Razzaq, berikanlah rezeki kepadaku," dan seterusnya
Berdoalah kepada Allah dengan menyebutkan nama dan sifat-sifat-Nya. Dalam hal ini, seseorang memohon dengan menyebutkan nama Allah yang relevan dengan permintaannya. Misalnya: "O Ghafur, ampunilah aku," "O Rahim, kasihanilah aku," "O Razzaq, beri aku rezeki," dan seterusnya.
Jika kita memperhatikan doa-doa para rasul, terutama doa-doa Nabi kita Muhammad ﷺ, kita akan melihat bahwa doa mereka selalu mempertimbangkan hal ini
Jika kita memperhatikan doa-doa para rasul, terutama doa-doa Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم, kita akan melihat bahwa doa-doa mereka selalu memperhitungkan hal ini.
Tauhid Uluhiyah:
Adalah mengesakan Allah SWT dalam ibadah; yaitu tidak menjadikan diri sebagai hamba bagi selain Allah, tidak menyembah selain Allah SWT, baik itu seorang raja, nabi, syekh, ibu, ayah, atau yang lainnya
Ini untuk meneguhkan Allah SWT dalam ibadah; yaitu, tidak menjadikan diri sebagai hamba bagi siapa pun selain Allah, tidak beribadah selain Allah SWT, baik itu raja, nabi, syekh, ibu, ayah, atau lain-lain.
Ibadah adalah: nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin
Ibadah adalah: nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan dikenankan oleh Allah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, lahir maupun batin.
"Tidak ada ibadah yang diterima kecuali dengan dua syarat, yaitu:
"Tidak ada ibadah yang diterimakecualidengan dua syarat, yaitu:
Pertama: Ibadah tersebut harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata.
Kedua: Ibadah tersebut harus sesuai dengan petunjuk yang benar, yaitu sesuai dengan syariat Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ
Pertama: Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah sajaKedua: Ibadah harus sesuai dengan petunjuk yang benar, yaitu sesuai dengan syariat Allah dan mengikuti sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم.
Dalilnya adalah firman Allah dalam Surat Al-Bayyina ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَا وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya: "Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama, dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyina: 5)
Buktinyaadalahfirman Allah dalam Surah Al-Bayyina ayat 5وَمَا أُمِرُوا إِلَا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَا وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِArtinya: "Dan merekatidakdiperintahkankecuali mereka menyembah Allah dengan ikhlas dalam mempraktikkan agama, dan mendirikanshalatdanmembayar zakat. Dan itu adalah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyina: 5)
Dan sabda Rasulullah ﷺ:
"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ"
Artinya: "Barang siapa yang membuat hal baru dalam urusan kami ini yang tidak ada tuntunannya, maka itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Nabi صلى الله عليه وسلم"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ"Artinya: "Barangsiapa membuatsesuatu yangbarudalam urusan kita yang tidak ada petunjuk, maka ituditolak." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Fudayl bin 'Iyadh rahimahullah berkata mengenai ayat dalam Surat Al-Mulk ayat 2:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Artinya: "Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalannya." (QS. Al-Mulk: 2)
Imam al-Fudayl bin 'Iyadh rahimahullah mengatakan tentangayatdalam Surah Al-Mulk ayat 2: الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًاArtinya: "Dia yang menciptakan kematian dan hidup, untuk menguji kamu, yang ada di dalam di antara kamu yang memiliki perbuatan terbaik." (QS. Al-Mulk: 2)
Beliau menjelaskan bahwa amal yang diterima adalah amal yang ikhlas dan benar. Ketika ditanya, "Apa maksud amal yang ikhlas dan benar?" beliau menjawab, "Jika amal itu ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Begitu pula, jika amal itu benar namun tidak ikhlas, maka juga tidak diterima. Amal yang diterima adalah amal yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan sunnah Rasulullah."
Iamenjelaskanbahwa amal yang diterimaadalah amal yang tulus dan sejati. Ketika ditanya, "Apa arti dari kasih yang tulus dan sejati?" Diamenjawab, "Jika amal itutulustetapitidakbenar, makaitu tidakditerima. Demikian juga, jikaamal itubenartetapitidaktulus, maka itu juga tidak diterima. Amal yang diterimaadalah amal ikhlas karena Allah dan sesuaidengan sunnah Nabi."
"Dan untuk ibadah ada dua dasar yang tidak akan tercapai kecuali dengan keduanya; yang pertama: cinta,
"Dan untuk ibadah ada dua landasan yang tidak akan dicapaikecualidengankeduanya; Yang pertama: cinta,
dan yang kedua: ketundukan dan penghormatan."
dan yang kedua: ketundukan dan penghormatan."
Imam Ibn Taymiyyah rahimahullah berkata:
"ومن خضع لإنسان مع بغضه له لا يكون عابداً له، ولو أحب شيئاً ولم يخضع له لم يكن عابداً له، كما قد يحب الرجل ولده وصديقه. ولهذا لا يكفي أحدهما في عبادة الله تعالى، بل يجب أن يكون الله أحب إلى العبد من كل شيء، وأن يكون الله أعظم عنده من كل شيء، بل لا يستحق المحبة والخضوع التام إلا الله، وكل ما أُحِبّ لغير الله فمحبته فاسدة، وما عُظِّم بغير أمر الله فتعظيمه باطل."
Artinya
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "ومن خضع لإنسان مع بغضه له لا يكون عابداً له، ولو أحب شيئاً ولم يخضع له لم يكن عابداً له، كما قد يحب الرجل ولده وصديقه. ولهذا لا يكفي أحدهما في عبادة الله تعالى، بل يجب أن يكون الله أحب إلى العبد من كل شيء، وأن يكون الله أعظم عنده من كل شيء، بل لا يستحق المحبة والخضوع التام إلا الله، وكل ما أُحِبّ لغير الله فمحبته فاسدة، وما عُظِّم بغير أمر الله فتعظيمه باطل."Apa artinya:
"Barang siapa yang menundukkan dirinya kepada seseorang meskipun ia membencinya, maka ia tidak disebut sebagai penyembahnya. Dan barang siapa yang mencintai sesuatu tetapi tidak menundukkan dirinya kepadanya, maka ia juga tidak disebut sebagai penyembahnya. Sebagaimana seorang pria mencintai anaknya dan temannya, tetapi itu tidak cukup dalam ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, haruslah Allah lebih dicintai oleh hamba-Nya daripada segala sesuatu, dan Allah haruslah lebih dihormati oleh hamba-Nya daripada segala sesuatu. Bahkan, tidak ada yang berhak mendapatkan cinta dan penghormatan sepenuhnya selain Allah. Setiap bentuk cinta yang ditujukan selain untuk Allah adalah cinta yang rusak, dan setiap penghormatan yang diberikan selain dengan perintah Allah adalah penghormatan yang batal."**
"Barangsiapa tunduk kepadaseseorangmeskipundiamembencinya, dia tidakdisebutpenyembahnya. Dan barangsiapa mencintaisesuatutetapitidaksujud kepadanya, dia tidak disebut penyembahnya. tetapiitutidakcukupdalam menyembah Allah. Oleh karena itu, Tuhan harus dicintai oleh hamba-hamba-Nya lebih dari segalanya, dan Allah harus dihormati oleh hamba-hamba-Nya lebih dari segalanya Faktanya, tidak ada yang berhak melakukannya.mendapatkancinta dan rasa hormat penuh selain Tuhan. Segala bentukcinta yang ditujukan kepada apa pun selain Allah adalah cinta yang rusak, dan segala penghormatanyang diberikanselain olehperintah Allah adalah rasa hormat yang tidak sah ." **
Dasar pertama: Cinta kepada Allah Ta'ala
Kebijakan pertama: Cinta kepada Allah Ta'ala
Salah satu konsekuensi dari ibadah, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, adalah cinta kepada Allah Ta'ala. Barang siapa yang mencapai cinta ini, maka ia akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
"ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ"
Artinya: "Ada tiga perkara, siapa yang memiliki ketiganya, ia akan merasakan manisnya iman: 1) Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, 2) Mencintai seseorang hanya karena Allah, 3) Membenci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia membenci dilemparkan ke dalam api." (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu konsekuensidari ibadah, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalahcintakepada Allah Ta'al. Siapa pun yang mencapai cinta ini, dia akan merasakan manisnya iman, seperti yang dikatakan Nabi صلى الله عليه وسلم: "Barangsiapa mencapai cinta ini, diaakanmerasakanmanisnyaiman, seperti yang dikatakan Nabi صلى الله عليه وسلم: "Barangsiapa mencapai cinta ini akan merasakan manisnya iman, seperti yang dikatakan Nabi صلى الله عليه وسلم: "ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ"Artinya: "Ada tigahal, barangsiapa memiliki ketiganya, ia akanmerasakanmanisnyaiman: 1) Membuat Allah dan Rasul-Nya lebih dikasihi.daripadakeduanya, 2) Mengasihiseseoranghanya demi Allah, 3) Kembalikekekufurankarena diabencidilemparkanke dalamapi." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Maka setiap cinta selain cinta kepada Allah adalah untuk Allah. Cinta kepada Rasulullah ﷺ dan cinta kepada sesama orang beriman adalah buah dari cinta kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Dan sejauh mana cinta hamba kepada Allah, begitu pula kadar imannya. Sempurnanya cinta akan membawa kepada sempurnanya iman.
Jadi setiapcintaselaincintakepada Allah adalah untuk Allah. Cinta kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan cinta kepadasesama mukmin adalah buahdari cintakitakepada Allah Azza waJalla.Dan sejauh mana cinta budak kepada Allah, serta tingkatkeyakinannya. Kesempurnaan kasihakanmenuntunpadakesempurnaan iman.
Dan di antara penyebab cinta seorang hamba kepada Allah Ta'ala adalah beberapa hal yang apabila ia merenungkannya, memikirkannya, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka cintanya kepada Allah akan sempurna dengan izin-Nya, yaitu sebagai berikut:
Dan di antara sebab-sebab cintaseorang hamba kepada Allah Ta'alaadalahbeberapahal yang jika iamerenungkannya, memikirkannya , mempelajarinya, dan mempraktikkannya, makacintanyakepada Allah akansempurnadengan izin-Nya, yaitusebagai berikut:
1. Mengenal Allah Ta'ala
A. Dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi, serta memperhatikan dampak dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya tersebut dalam kehidupan seorang hamba.
Sebuah. Dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang paling mulia, danperhatikan dampak nama-nama dan sifat-sifat-Nya terhadap kehidupanseorang hamba.
Misalnya, Allah adalah al-Malik (Raja) yang mengatur segala urusan dan menciptakan segala sesuatu dengan kebijaksanaan-Nya, dan memberi nikmat kepada hamba-Nya karena kemurahan-Nya. Allah adalah al-Mujib (Yang Mengabulkan doa), al-Qawiyy (Yang Maha Kuat), al-Nasir (Yang Maha Menolong), al-Halim (Yang Maha Penyantun), dan al-Rahim (Yang Maha Penyayang). Bahkan ketika Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya, Dia akan menjadikannya sebagai kebaikan bagi hamba tersebut, meningkatkan derajatnya, menghapus dosa-dosanya, serta memberikan kesabaran dan ganjaran. Semua ini menggambarkan sifat-sifat Allah yang sempurna dan menuntun hati hamba untuk tunduk dan menghadap hanya kepada-Nya, baik dalam suka maupun duka
Misalnya, Allah adalah al-Malik (Raja) yang mengatur segala urusan dan menciptakan segala sesuatu dengan hikmat-Nya, dan memberikan keberkahan kepada hamba-hamba-Nya karena rahmat-Nya. Allah adalah al-Mujib (Yang Maha Penyayang), al-Qawiyy (Yang Maha Kuasa), al-Nasir (Yang Maha Menolong), al-Halim (Yang Maha Penyayang), dan al-Rahim (Yang Maha Penyayang). Bahkan ketika Tuhan menguji hamba-Nya, Dia akan menjadikannya hal yang baik bagi hamba, menaikkan gelarnya, menghapus dosa-dosanya, dan memberikan kesabaran dan upah. Semua ini menggambarkan sifat-sifat Tuhan yang sempurna dan menuntun hati hamba untuk tunduk dan menampakkan diri hanya kepada-Nya, baik dalam sukacita maupun kesedihan.
B. Mengenal Allah dengan merenungkan ciptaan-Nya.
B. Mengenal Tuhan denganmerenungkan ciptaan-Nya.
Allah berfirman:
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُو۟لِي الْأَلْبَابِ}
(QS. Al-Imran: 190)
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Merenungkan kebesaran ciptaan Allah dan bagaimana Allah mengatur alam semesta ini, akan menumbuhkan rasa cinta, hormat, dan takjub kepada-Nya, serta mengingat betapa Maha Kuasa-Nya Allah dalam menciptakan segala sesuatu
Allah berfirman{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُو۟لِي الْأَلْبَابِ}(QS. Al-Imran: 190) Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian siang dan malam, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang bijaksana." Merenungkan kebesaran ciptaan Tuhan dan bagaimana Tuhan memerintah alam semesta akan menumbuhkan kasih, rasa hormat, dan kekaguman kepada-Nya, dan mengingat bagaimana Tuhan Yang Mahakuasa dalam menciptakan segala sesuatu.
C. Mengenal Allah dengan nikmat-nikmat dan karunia-Nya.
C. Mengenal Tuhan melalui berkat dan karunia-Nya.
Allah adalah Waliyy al-Ni’mah (Pemilik karunia dan nikmat) yang memberikan segala kenikmatan kepada hamba-Nya. Allah berfirman:
{وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ}
(QS. An-Nahl: 53)
Artinya: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu datangnya dari Allah."
Nikmat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya, seperti nikmat kesehatan, kehidupan, akal, pendengaran, penglihatan, dan segala yang ada di alam semesta ini, semuanya adalah bentuk kasih sayang dan kemurahan-Nya. Namun, banyak hamba yang mengingkari nikmat-nikmat ini, bahkan ada yang menyangka bahwa nikmat itu datang dari dirinya sendiri. Padahal, Allah yang memberikan semua itu
Allah adalah Waliyy al-Ni'mah (Pemilik karunia dan nikmat) yang memberikan segala kesenangan kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman{وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ}(QS. An-Nahl: 53) Artinya: "Dan apa pun nikmat yang ada di dalam dirimu, itu berasal dari Allah." Rahmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya, seperti berkah kesehatan, kehidupan kecerdasan, pendengaran, penglihatan, dan segala sesuatu di alam semesta ini, adalah segala bentuk belas kasihan dan rahmat-Nya. Namun, banyak hamba menyangkal berkat-berkat ini, dan beberapa bahkan berpikir bahwa berkat-berkat itu berasal dari diri mereka sendiri. Faktanya, Allah adalah yang memberikan semua itu.
Dan Rasulullah ﷺ bersabda, dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ...
Artinya: "Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang sesat kecuali siapa yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepada kalian... Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali siapa yang Aku beri makan, maka mintalah makanan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi makan kepada kalian..." (HR. Muslim)
Dan Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ...Artinya: "Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua sesat kecualiyang Aku perintahkan, makamintalahbimbingan-Ku, dan Aku pasti akan membimbingmu... Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua laparkecualisiapa yang Aku beri makan, mintalah makanan-Ku, dan Aku pasti akan memberi makan kepadamu..." (HR. Muslim)
2. Ilmu tentang perhatian Allah Ta'ala terhadap umat manusia, di antaranya adalah:
2. Pengetahuan tentang kepedulian Allah terhadap umat manusia meliputi:
A. Petunjuk Allah kepada umat manusia.
Sebuah. Bimbingan Tuhan kepadaumat manusia.
Allah telah menciptakan manusia dengan fitrah untuk mentauhidkan-Nya, mengutus rasul-rasul, menurunkan kitab-kitab-Nya, menunjukkan bukti-bukti yang jelas, dan memperlihatkan dua jalan: jalan menuju surga dan jalan menuju neraka. Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati kepada manusia agar mereka dapat membedakan yang benar dan yang salah, serta menguji mereka dengan berbagai kesenangan dan kesusahan agar mereka kembali dan mengingat-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"...وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ العُذْرُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ..."
Artinya: "Tidak ada yang lebih mencintai alasan (untuk memberi maaf) daripada Allah, dan untuk itu Allah mengutus para pembawa berita gembira dan pemberi peringatan..." (HR. Muslim)
Allah telahmenciptakanmanusiadengan kodrat untukmelayani-Nya, mengutus rasul-rasul, menurunkan kitab-kitab-Nya, menunjukkan bukti yang jelas, dan menunjukkan dua jalan: jalanmenujusurga dan jalanmenujuneraka. Allah telah memberikanpendengaran, penglihatan, dan hati kepada manusia sehingga merekadapatmembedakan yang benar dari yang salah, danmengujimerekadenganberbagaikesenangan dan kesusahan agar mereka dapatkembalilah dan mengingat-Nya. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda"...وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ العُذْرُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ..."Artinya: "Tidak ada yang lebih mencintaiakal (untuk mengampuni) daripada Allah, dan untuk itu Allah mengutus para pembawa kabar baik dan peringatan ..." (HR. Muslim)
B. Syariat Allah yang penuh dengan kemudahan dan kebaikan.
B. Syariah Allah penuh dengankemudahan dan kebaikan.
Allah Azza wa Jalla telah memberikan syariat yang mudah dan indah untuk umat-Nya, yang mewujudkan kemaslahatan mereka dan mengangkat kesulitan serta beban. Syariat ini adalah syariat yang penuh kebahagiaan dan kemudahan, yang menghidupkan hati dan tubuh. Allah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ}
(QS. Al-Anfal: 24)
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jawab seruan Allah dan Rasul-Nya ketika Rasul memanggil kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian."
Allah Azza waJallatelahmemberikan syariah yang mudah dan indah kepada umat-Nya, yang menyadarimanfaatnya dan mengangkatkesulitandanbeban. Syariah ini adalah syariah yang penuh kebahagiaan dan kemudahan, yang menghidupkan hati dan tubuh. Allah berfirman{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِِيكُمْ}(QS. Al-Anfal: 24) Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, terimalah panggilan Allah dan Rasul-Nya ketika Rasulullah memanggilmu untuk sesuatu yang memberi kamukehidupan."
Allah juga berfirman:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}
(QS. At-Talaq: 2-3)
Artinya: "Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan memberi rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka."
Allah juga berfirman{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}(QS. At-Talaq: 2-3) Artinya: "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezekidariarah yang tidakdiharapkannya."
Oleh karena itu, semakin jauh seorang hamba dari syariat ini, semakin sengsara kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat
Oleh karena itu, semakin jauh seorang hamba dari Syariah ini, semakin sengsara hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
C. Peliharaan Allah terhadap hamba-Nya.
C. Domestikasi Tuhan terhadap hamba-hamba-Nya.
Betapa banyak musibah yang Allah hindarkan, dan betapa banyak bala yang Allah jauhkan dari seorang hamba. Allah berfirman:
{أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ}
(QS. An-Naml: 62)
Artinya: "Siapakah yang memperkenankan doa orang yang terdesak apabila ia berdoa kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan?"
Berapabanyakmalapetaka yang Allah hindari, dan berapa banyak bala bantuan yang Allah jauhkandari seorang hamba. Allah berfirman{أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ}(QS. An-Naml: 62) Artinya: "Siapa yang mengizinkan doa seseorang yang dalam kesusahanketikadiaberdoa kepada-Nya dan meringankan kesusahannya?"
Allah juga telah menetapkan doa-doa dan dzikir-dzikir yang dapat menjaga hamba-Nya dari segala kejahatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah juga mengutus malaikat untuk menjaga hamba-Nya dari depan dan belakangnya. Allah berfirman:
{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
(QS. Ar-Ra'd: 11)
Artinya: "Untuknya ada malaikat-malaikat penjaga yang selalu mengikutinya, dari depan dan dari belakang, yang menjaga dia atas perintah Allah."
Allah juga telah menetapkan doa dan dzikir yang dapat melindungi hamba-hamba-Nya darisegalakejahatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Tuhan juga mengutusmalaikatuntukmenjaga hamba-hamba-Nya daridepan dan belakang. Allah berfirman{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}(QS. Ar-Ra'd: 11) Artinya: "Baginyaada malaikat pelindung yang selalumengikutinya, dari depan dan dari belakang, yang menjaganyaatasperintah Allah."
3. Keutamaan Allah Ta'ala dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya, di antaranya adalah:
3. Keutamaan Allah Ta'ala dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya, antara lain:
A. Timbal balik pahala dan hukuman.
A. Hadiah dan hukuman timbal balik.
Allah membalas amal perbuatan dengan karunia dan rahmat-Nya. Kebaikan dibalas sepuluh kali lipat, sementara kejahatan dibalas setimpalnya saja. Allah berfirman:
{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجَزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
(QS. Al-An'am: 160)
Artinya: "Barang siapa membawa kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipatnya, dan barang siapa membawa kejahatan, maka dia tidak dibalas kecuali dengan yang seimbang dengan kejahatannya. Mereka tidak dizalimi."
Allah membalasamal dengan karunia dan rahmat-Nya. Kebaikandibayar sepuluh kali lipat, sementarakejahatandibalashanya secara proporsional. Allah berfirman{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجَزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}(QS. Al-An'am: 160) Artinya: "Barangsiapa membawakebaikan, ia akanmenjadi sepuluh kali lipat, dan barangsiapamendatangkankejahatan, ia tidak akandibalaskecuali dengan satu diimbangidengankejahatannya. Merekatidak dianiaya."
B. Allah tidak mengazab karena kesalahan atau kelupaan.
B. Allah tidakmenghukumkarenakesalahanatau kelupaan.
Allah tidak menghukum hamba-Nya karena kesalahan atau kelupaan, serta apa yang dipaksa oleh keadaan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ."
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah memaafkan umatku atas kesalahan, kelupaan, dan apa yang dipaksakan kepada mereka." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tuhan tidakmenghukum hamba-hamba-Nya karenakesalahanatau kelupaan, atau karenakeadaan apa yang memaksa mereka untuk melakukannya. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ."Artinya: "Sesungguhnya Allah telahmengampuniumatku ataskesalahan, kelupaan, dan apa yang dibebankankepadamereka." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
C. Fadhilah musim dan amalan yang menghapus dosa dan menggandakan pahala.
C. Fadhilah adalah musim dan praktik yang menghapus dosa dan menggandakanpahala.
Allah memberi kesempatan kepada hamba-Nya melalui musim-musim dan amalan tertentu yang dapat menghapus dosa-dosa mereka dan menggandakan pahala serta mengangkat derajat mereka. Allah berfirman:
{لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ}
(QS. Al-Qadr: 3)
Artinya: "Malam Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan."
Tuhan memberi hamba-hamba-Nya kesempatan melalui musim dan praktik tertentu yang dapatmenghapus dosa-dosa mereka dan melipatgandakan pahala merekadanmeninggikanmereka. Allah berfirman{لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ}(QS. Al-Qadr: 3) Artinya: "Malam Lailatul Qadar lebihbaikdariseribubulan."
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ."
Artinya: "Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadan ke Ramadan adalah penghapus dosa di antara mereka, jika dijauhi dari dosa-dosa besar." (HR. Muslim)
Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda, "الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَممٌ وَرَ ممٌ ضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ."Artinya: "Shalat lima kali, Jumat sampai Jumat, dan Ramadhan sampai Ramadhan adalah penghapusan dosa di antaramereka, jikadijauhidari dosa-dosa besar." (HR. Muslim)
D. Penerimaan taubat hamba.
D. Penerimaan pertobatan budak.
Allah menerima taubat hamba-Nya, meskipun dia seringkali kembali berbuat dosa dan kemudian bertaubat lagi. Allah berfirman melalui hadis Qudsi:
"أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اللهم اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِي أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ."
Artinya: "Seorang hamba berbuat dosa, lalu berkata: 'Ya Allah, ampunilah dosaku.' Maka Allah berkata: 'Hamba-Ku telah berbuat dosa, dan dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan menghukum dosa. Lalu dia kembali berbuat dosa dan berkata: 'Ya Tuhan, ampunilah dosaku.' Maka Allah berkata: 'Hamba-Ku telah berbuat dosa, dan dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan menghukum dosa. Lakukanlah apa yang kamu kehendaki, karena Aku telah mengampuni kamu.'" (HR. Al-Bukhari)
Allah menerima taubat hamba-Nya, meskipundiaseringkembaliberdosa dan kemudian bertobat lagi. Allah berfirmanmelaluihadis Qudsi:"أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اللهم اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِي أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ."Artinya: "Seorang hamba berdosa, laluberkata, 'Ya Allah, ampunilahdosa-dosaku.' Jadi Tuhan berkata: 'Hamba-Ku telah berdosa, dan diatahubahwadiamemiliki Allah yang dapat mengampuni dosa dan menghukum dosa. Kemudian diaberdosa lagi dan berkata: 'Ya Tuhan, ampunilahdosa-dosaku.' Jadi Tuhan berkata: 'Hamba-Ku telah berdosa, dan diatahubahwadiamemiliki Allah yang dapat mengampuni dosa dan menghukum dosa. Lakukanlahapa yang kamukehendaki, karena Aku telahmengampunimu.'" (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
E. Terkabulnya doa.
E. Doa dijawab.
Allah tidak pernah menolak doa hamba-Nya. Betapa banyak hajat yang dia panjatkan kepada Allah, dan Allah memberikan apa yang diminta, baik segera maupun di kemudian hari. Atau Allah memberikan sesuatu yang lebih baik daripada yang diminta, atau menangguhkan balasan-Nya untuk menghindarkan sesuatu yang buruk. Allah berfirman:
{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ}
(QS. Al-Baqarah: 186)
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku."
Tuhan tidak pernahmenolak doa hamba-hamba-Nya. Berapabanyakkeinginan yang dia persembahkan kepada Allah, dan Allah memberikanapa yang diminta, baik segeramaupun di masa depan. Atau Tuhan memberikansesuatu yang lebih baikdaripada apa yang diminta, ataumenunda jawaban-Nya untukmenghindarisesuatu yang buruk. Allah berfirman{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ}(QS. Al-Baqarah: 186) Artinya: "Dan ketika hamba-hamba-Ku bertanyakepadamutentang Aku, makaAku sudah dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoaketikadiaberdoa kepada-Ku."
(Tanda-tanda Cinta Hamba kepada Allah Ta'ala):
(Tanda-tanda Cinta Hamba kepada Allah Yang Maha Esa):
Allah lebih dicintai daripada selain-Nya.
Tuhan dikasihilebih darisiapa pun.
Allah berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ}
(QS. Al-Baqarah: 165)
Artinya: "Dan di antara manusia ada yang menyembah selain Allah dengan menyamakan cinta mereka kepada selain Allah seperti cinta mereka kepada Allah. Adapun orang-orang yang beriman, mereka lebih cinta kepada Allah."
Allah berfirman{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ}(QS. Al-Baqarah: 165) Artinya: "Dan di antaraorang-orangada orang-orang yang menyembahselain Allah denganmenyamakancintamerekakepadaorang lain dengan Allah sebagaicinta mereka kepada Allah. Adapun orang-orang yang beriman, mereka lebih mencintai Allah."
Selalu berdzikir dan bersyukur kepada Allah.
Allah berfirman tentang orang-orang yang beriman dan kedekatannya dengan dzikir:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
(QS. Ar-Ra'd: 28)
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tentram."
Allah berfirmantentang orang-orang yang beriman dan kedekatan merekadengandzikir{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}(QS. Ar-Ra'd: 28) Artinya: "Orang-orang yang beriman dan hatinyaberdamaidengandzikirkepada Allah. Ingatlah, hanyadengandzikirkepada Allah hati akanmenjadidamai."
Taat kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya yang dibawa oleh Nabi ﷺ.
Taatilah Allah dan ikuti syariah-Nya yang dibawa oleh Nabi صلى الله عليه وسلم.
Ketika sekelompok orang mengklaim mencintai Allah, Allah menurunkan ayat yang menguji kesungguhan mereka dalam mencintai-Nya. Allah berfirman:
{قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
(QS. Al-Imran: 31)
Artinya: "Katakanlah, 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.'"
Seorang penyair berkata:
"Engkau mendurhakai Allah dan mengaku mencintai-Nya, ini adalah hal yang mustahil menurut logika. Jika cintamu tulus, pastilah engkau taat kepada-Nya, karena orang yang mencintai pasti taat kepada yang dicintainya."
Ketika sekelompok orang mengakumengasihi Tuhan, Tuhan mengirimkan sebuah ayat yang mengujiketulusanmerekadalammengasihi Dia. Allah berfirman{قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}(QS. Al-Imran: 31) Artinya: "Katakanlah, 'Jika kamumengasihi Allah, ikutlahaku, sesungguhnya Allah akan mengasihi kamu dan mengampunidosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.'"Seorangpenyairberkata, "Kamutidak menaati Allah dan mengaku mencintai-Nya, initidak mungkinmenurut logika. Jika kasihmutulus, kamu harusmenaati-Nya, karena dia yang mengasihiakan menaati kekasihnya."
Harapan dan keinginan yang tulus kepada Allah.
Harapan dan keinginan yang tulus kepada Allah.
Jika seseorang mencintai Allah, ia akan mengharapkan segala yang ada di sisi-Nya dan berkeinginan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah berfirman:
{لَا تَحْسَبُوا الَّذِينَ يُحْشَرُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ}
(QS. Al-Baqarah: 218)
Seorang mukmin selalu berusaha untuk meraih ridha Allah dalam setiap amalnya dan berharap balasan-Nya. Jika ia jatuh dalam dosa, ia akan menyesal, berhenti, memohon ampun, dan bertaubat. Allah berfirman:
"أَنَا عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي"
Artinya: "Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku."
Jika seseorangmengasihi Tuhan, diaakanmengharapkansegala sesuatu yang ada di pihak-Nya dan inginmendekat kepada-Nya. Allah berfirman{لَا تَحْسَبُوا الَّذِينَ يُحْشَرُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ}(QS. Al-Baqarah: 218) Seorangmukminselaluberusahauntukmendapatkan keridhaan Allah dalamsetiapperbuatan dan mengharapkan pahala-Nya. Jika jatuhke dalam dosa, ia akanbertobat, berhenti, memintapengampunan, dan bertobat. Allah berfirman, "أَنَا عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي" Artinya: "Aku menurut pendapat hamba-Ku."
Ini berarti, seseorang harus yakin bahwa doanya akan diterima, taubatnya diterima, dan amalnya diterima oleh Allah, karena Allah berjanji demikian dan Dia tidak akan pernah melanggar janji-Nya. Namun, jika seseorang merasa Allah tidak akan menerima amalnya atau tidak akan mengampuni dosanya, ini adalah bentuk putus asa dari rahmat Allah yang merupakan dosa besar
Artinya, seseorang harus yakin bahwa doanya akan diterima, taubatnya akan diterima, dan perbuatannya akan diterima oleh Allah, karena Allah berjanji demikian dan Dia tidak akan pernah mengingkari janji-janji-Nya. Namun, jika seseorang merasa bahwa Allah tidak akan menerima perbuatannya atau tidak akan mengampuni dosa-dosanya, ini adalah bentuk keputusasaan dari rahmat Tuhan yang merupakan dosa besar.
Menjadikan hidup dan mati hanya untuk Allah.
Membuathidup dan matihanya untuk Tuhan.
Allah berfirman:
{قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
(QS. Al-An'am: 162)
Artinya: "Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.'"
Allah berfirman{قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}(QS. Al-An'am: 162)Artinya: "Katakanlah: 'Sesungguhnya doa-doaku, ibadahku, hidupku, dan kematianku hanyauntuk Allah, Tuhan semesta alam.'"
Hassan Al-Basri rahimahullah berkata: "Aku tidak akan menggerakkan mataku, tidak berbicara dengan lidahku, tidak menggerakkan tanganku, tidak pula berdiri kecuali aku pastikan apakah itu dalam ketaatan atau kemaksiatan? Jika itu dalam ketaatan, aku akan melangkah, jika dalam kemaksiatan, aku akan menahan diri." Beberapa ulama salaf juga berkata: "Aku mengharap pahala Allah bahkan untuk tiduran, karena aku tidur untuk mendapat kekuatan agar bisa beribadah kepada-Nya, sebagaimana aku berharap pahala untuk shalat malam."
Hassan al-Basri rahimahullah berkata: "Aku tidak akan menggerakkanmataku, berbicara dengan lidahku, tidak menggerakkan tanganku, atau berdirikecualiakuyakinapakahitu dalamketaatanatauketidaktaatan? Jika itu dalam ketaatan, saya akanmelangkah maju, jika itu dalamketidaktaatan, sayaakanmenahan diri darinya." Beberapa ulama salaf juga berkata: "Saya mengharapkan pahala Allah bahkanuntukberbaring, karenasayatiduruntukmendapatkankekuatan untuk dapat menyembah-Nya, seperti yangsayaharapkanpahalauntuk doa malam."
Bagaimana Cara Kita Mendapatkan Cinta Allah untuk Kita? Apa Hasil yang Didapat oleh Hamba dari Hal itu?
Bagaimana Kita Bisa Mendapatkan Kasih Allah kepada Kita? Apa hasil dari Hamba darinya?
Kita bisa memperoleh cinta Allah dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan memperbanyak amalan sunnah. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda
Kita bisa mendapatkan cinta Allah dengan melakukan tugas kita dan melipatgandakan amalan sunnah. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda::
"إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ" (HR. Bukhari)
Artinya: "Sesungguhnya Allah berkata: 'Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidak ada yang lebih mendekatkan diri kepada-Ku oleh hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarnya yang ia dengar dengannya, dan penglihatannya yang ia lihat dengannya, dan tangannya yang ia gunakan untuk bertindak dengannya, serta kakinya yang ia gunakan untuk berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi.'"
Artinya: "Sesungguhnya Allah berfirman: 'Barangsiapa menentang wali-Ku, Aku menyatakan perangterhadapnya. Tidak ada yang mendekatkan-Ku oleh hamba-Ku kepadasesuatu yang Aku cintai lebih dari apayang telah Aku wajibkan. Dan hamba-Ku terus mendekat kepada-Ku dengan praktik sunnah sampai Aku mengasihi dia. Jika Aku mengasihi Dia, Aku menjadipendengarnya yang didengarnyabersamanya, dan penglihatannya yang dilihatnya bersamanya, dan tangannya yang dia gunakanuntukbertindakbersamanya, dan kakinya yang biasa dia jalani. Jika diameminta-Ku, Aku akan memberikannya, dan jikadia meminta perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya.'"
Wali Allah adalah orang yang mengetahui tentang Allah, tekun dalam beribadah kepada-Nya, dan ikhlas dalam melaksanakan segala perintah-Nya. Apabila seorang hamba menunaikan kewajiban-kewajiban dan rajin melaksanakan amalan sunnah seperti salat, puasa, dan amalan lainnya, maka itu akan membawanya kepada cinta Allah.
Penjaga Allah adalah orang yang mengetahui tentang Allah, rajinmenyembah-Nya, dan ikhlasdalammelaksanakansegala perintah-perintah-Nya. Jikaseorang hamba memenuhikewajibannya dan rajinmenjalankan praktik sunnah seperti shalat, puasa, dan praktik lainnya, makaituakanmembawanyapada cinta Allah.
Dan Dari Hadis Ini, Kita Dapat Menarik Beberapa Hasil Tentang Cinta Allah untuk Hamba-Nya, Di Antaranya:
Dan dari hadits ini, kita dapat menarikbeberapa hasil tentang kasih Allah kepada hamba-hamba-Nya, antara lain:
Taufik Allah kepada Hamba untuk Bekerja dalam Ketaatan.
Kebijaksanaan Allah kepada hamba-hamba untuk bekerjadalamketaatan.
Allah akan memberikan petunjuk kepada hamba-Nya untuk melakukan kebaikan dan amal saleh
Allah akan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melakukan amal yang baik dan saleh.
Pelindungan Allah dan Penghindarannya dari Dosa.
Dengan cinta Allah, hamba-Nya akan terhindar dari godaan dosa dan keburukan
Dengan kasih Tuhan, hamba-hamba-Nya akan terhindar dari godaan dosa dan kejahatan..
Pengabulan Doa.
Memberikan Doa.
Ketika Allah mencintai hamba-Nya, doa-doanya akan dikabulkan oleh-Nya.
Ketika Tuhan mengasihi hamba-hamba-Nya, doa-doa-Nya akandijawab oleh-Nya.
Pelindungan dari Keburukan.
PerlindungandariKejahatan.
Allah akan melindungi hamba-Nya dari segala keburukan yang mungkin menimpa
Tuhan akan melindungi hamba-hamba-Nya dari segala kejahatan yang mungkin menimpa.
Diberikan Penerimaan di Kalangan Masyarakat.
DiberikanPenerimaan di antara Komunitas.
Allah akan menempatkan cinta hamba-Nya di hati orang-orang di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
Tuhan akan menempatkan kasih hamba-hamba-Nya di dalam hati orang-orang di dunia. Seperti yang dikatakan Nabi صلى الله عليه وسلم:
"إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي جِبْرِيلُ فِي السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، وَيُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي أَهْلِ الأَرْض" (HR. Bukhari)
"إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ , اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَ يُنَ ادِي جِبْرِيلُ فِي السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، وَيُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي أَهْلِ الأَرْض" (HR. Bukhari)
Artinya: "Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril: 'Sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.' Lalu Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril memanggil para malaikat di langit: 'Sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.' Maka para malaikat di langit pun mencintainya, kemudian Allah menempatkan penerimaan untuknya di hati para penduduk bumi," yaitu cinta orang-orang beriman kepadanya dan pujian mereka terhadapnya
Artinya: "Sesungguhnya jika Allah mengasihi seorang hamba, Dia memanggil Jibril: 'Sesungguhnya Allah telah mengasihi Fulan, maka kasihilah dia.' Kemudian Jibril mencintainya dan kemudian Jibril memanggil malaikat di langit: 'Sesungguhnya Allah telah mengasihi Fulan, maka kasihilah dia.' Maka malaikat di langit mencintainya, dan kemudian Allah menaruh penerimaan baginya di hati penghuni bumi. Artinya, kasih orang-orang percaya kepada-Nya dan pujian mereka kepada-Nya.
Rukīzah Kedua: Menjaga Kebesaran Allah Ta'ālā
Rukīzah Kedua: Menjaga Kebesaran Allah Ta'ālā
Menjaga kebesaran Allah سبحانه وتعالى adalah salah satu bentuk ibadah hati yang seharusnya selalu dirasakan dan diperhatikan oleh seorang Muslim dalam segala urusan kehidupannya. Dengan menjaga kebesaran Allah, seorang Muslim akan semakin baik dalam beribadah kepada-Nya, serta akan terhindar dari maksiat, karena ia merasa takut dan khawatir akan hari ketika ia berdiri di hadapan-Nya—hari perhitungan dan pembalasan. Allah سبحانه وتعالى berfirman
Menjaga kebesaran Allah سبحانه وتعالى adalah bentuk ibadah hati yang harus selalu dirasakan dan dijaga oleh seorang muslim dalam segala hal hidupnya. Allah سبحانه وتعالى bersabda::
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (40) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
(QS. Al-Nazi'at: 40-41)
"Dia yang membiarkan dua laut mengalir, yang ini tawar dan yang ini asin, antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui."
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (40) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ(QS. Al-Nazi'at: 40-41) "Dia yang membiarkan dua lautan mengalir, yang ini asin dan yang ini asin, di antara mereka ada batas yang tidak dapatdilewati."
Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berada dalam kekuasaan Allah, yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Ayat ini menunjukkanbahwasegala sesuatu di alam semesta ini beradadalam kuasa Allah, Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Kuasa.
Cara Mewujudkan Kebesaran Allah dalam Kehidupan Seorang Muslim:
Bagaimana Mewujudkan Kebesaran Allah dalam KehidupanSeorang Muslim:
Terdapat dua hal utama yang dapat membantu seorang Muslim merasakan dan mewujudkan kebesaran Allah:
Ada dua hal utama yang dapatmembantuseorang Muslim merasakan dan memanifestasikan kebesaran Allah:
Memahami Kebesaran Pencipta dan Keagungan-Nya
Barangsiapa yang mempelajari sejarah para nabi dan rasul Allah, mereka adalah orang-orang yang paling takut dan paling menghormati Allah سبحانه وتعالى. Semakin banyak pengetahuan seseorang tentang Allah, semakin besar pula penghormatan dan ketundukan dirinya di hadapan-Nya. Allah سبحانه وتعالى berfirman
Memahami Kebesaran Sang Pencipta dan Yang MuliaSiapa pun yang mempelajari sejarah para nabi dan rasul Allah, merekalah yang paling bertakwa dan menghormati Allah. Semakin banyak seseorang tahu tentang Tuhan, semakin besar rasa hormat dan ketundukannya di hadapan-Nya. Allah سبحانه وتعالى bersabda::
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّي لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
(QS. Fāṭir: 28)
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang memahami."
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّي لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(QS. Fāṭir: 28)"Sesungguhnya dalam hal-hal seperti ituada tanda-tanda bagi mereka yang mengerti."
Memahami Kelemahan dan Ketidakmampuan Diri
Seseorang yang menyadari bahwa dirinya adalah makhluk lemah, tidak memiliki kekuatan apapun meskipun ia memiliki kedudukan, kekuasaan, atau kekuatan fisik yang besar, akan merasa semakin rendah diri. Ia akan menundukkan hatinya dan menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah سبحانه وتعالى. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat dan hadits, bahwa seseorang yang mengenal dirinya dengan baik akan merasa lebih kecil dan merendahkan diri di hadapan Allah.
MemahamiKelemahan dan Kekurangan Seseorang yang menyadaribahwa diaadalah makhluk yang lemah, tidak memilikikekuatanapa punmeskipundiamemilikiposisi, kekuatan, ataukekuatanSemakin besar fisiknya, semakin rendahdirimereka akan merasakan. Diaakansujuddan menyerahkansegalaurusannyahanya kepada Allah سبحانه وتعالى. Seperti yangdisebutkandalambanyakayat dan hadits, seseorang yang mengenaldirinya denganbaikakanmerasalebih kecil dan rendah hati di hadapan Allah.
Tanda-tanda dari Pengagungan kepada Allah Ta'ala
Tanda-tanda Peninggianbagi Allah Ta'ala
Takut kepada Allah Ta'ala
Takut yang bermanfaat adalah takut yang diiringi dengan amalan yang nyata. Allah Ta'ala berfirman:
{فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ}
Takutkepada Allah Ta'ala Takut yang bermanfaat adalah ketakutan yang disertaidengan latihan yang nyata. Allah Ta'alabersabda{فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ}
(Surah Al-Dhariyat: 50).
Takut ini adalah ketakutan dari seorang yang mencintai Tuhannya dan mengagungkannya. Semakin besar rasa takutnya, semakin dekat ia dengan Allah dan semakin ia lari menuju-Nya.
(Surah Al-Dhariyat: 50). Ketakutan ini adalah ketakutanterhadapseseorang yang mengasihiTuhannya dan memuliakan diaSemakin besar ketakutannya, semakin dekatdiadengan Allah dan semakin diaberlarike arah-Nya.
Nabi ﷺ juga mengajarkan kita untuk merasa takut kepada Allah, sebagaimana doa yang beliau ucapkan ketika berbaring di tempat tidur:
«اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ»
Nabi صلى الله عليه وسلم juga mengajarkankitauntukbertakwa kepada Allah, seperti dalam shalat yang diucapkan sambil berbaring di tempat tidur«اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أ َمُ �رِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ»
"Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan rasa takut dan harap kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tidak ada jalan keluar dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman dengan Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan dengan Nabi-Mu yang Engkau utus."
"Ya Allah, akumenyerahkandiriku kepada-Mu, akumenyerahkanurusanku kepada-Mu, akubersandar pada-Mu, dengan ketakutan dan harapan kepada-Mu. Tidak ada perlindungan dan jalankeluar dari-Mu kecualikepada-Mu. Aku berimankepada Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus."
Rasa takut ini adalah sebab untuk menyelamatkan diri dari api neraka dan mendapatkan kemenangan di surga, dengan syarat kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang membenci-Nya. Nabi ﷺ bersabda:
"مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ المَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الجَنَّةُ"
Ketakutan ini adalahalasanuntukmenyelamatkandiri kitadari apineraka dan mendapatkankemenangan di surga, asalkankitadapatmendekatkepada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang ada membenci Dia. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ المَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الجَنَّةُ"
"Barangsiapa yang takut, ia akan berangkat (dengan cepat), dan barangsiapa yang berangkat (dengan cepat) pasti akan mencapai tujuannya. Ingatlah bahwa barang dagangan Allah itu mahal, ingatlah bahwa barang dagangan Allah itu adalah surga."
"Barangsiapa takut, iaakanpergi (cepat), dan barangsiapa yang pergi (cepat) pastiakan mencapaitujuannya. Ingatlahbahwa barang dagangan Tuhan itu mahal, ingatlahbahwa barang dagangan Tuhan adalahsurga."
2. Kecepatan Bertobat Setelah Melakukan Dosa
2. KecepatanPertobatanSetelahMelakukan Dosa
Contoh dari kecepatan bertobat ini dapat dilihat pada istri Nabi ﷺ, Aisyah radhiallahu 'anha. Suatu ketika, Aisyah membeli sebuah bantal yang berisi gambar-gambar. Ketika Rasulullah ﷺ melihatnya, beliau berdiri di pintu dan tidak masuk ke rumah. Aisyah segera merasakan perubahan pada wajah beliau, yang menunjukkan ketidaksukaan. Maka, Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya bertobat kepada Allah dan Rasul-Nya, apa yang saya lakukan yang salah?” Rasulullah ﷺ menjawab,
“مَا بَالُ هَذِهِ النُّمْرُقَةِ؟”
Contohkecepatan taubat ini dapatdilihat pada istri Nabi صلى الله عليه وسلم, Aisyah rahimahullah Suatu ketika, Aisyah membelibantal berisi gambar. Ketika Nabi صلى الله عليه وسلمmelihatnya, diaberdiri di depan pintu dan tidak masukkedalamrumah. Aisha segeramerasakan perubahan di wajahnya, yang menunjukkanketidaksukaan. Jadi, Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, akubertaubatkepada Allah dan Rasul-Nya, apa yang akulakukan yang salah?" Nabi صلى الله عليه وسلمmenjawab, "مَا بَالُ هَذِهِ النُّمْرُقَةِ؟"
“Apa yang terjadi dengan bantal ini?”
"Apa yang terjadidengan bantal ini?"
Aisyah menjelaskan, “Saya membelinya untuk engkau, agar engkau bisa duduk dan bersandar di atasnya.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يَوْمَ القِيَامَةِ يُعَذَّبُونَ، فَيُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ”
Aisha menjelaskan, "Aku membelikannyauntukmu, sehingga kamubisa duduk dan bersandar di atasnya." Maka Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يَوْمَ القِيَامَةِ يُعَذَّبُونَ، فَيُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ"
“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar-gambar ini pada hari kiamat akan disiksa, dan mereka akan dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan!’”
Beliau juga bersabda:
“إِنَّ البَيْتَ الَّذِي فِيهِ الصُّوَرُ لاَ تَدْخُلُهُ المَلاَئِكَةُ”
"Sesungguhnya orang-orang yang membuat patung-patung ini pada hari kiamatakandisiksa, dan merekaakandiberitahukankepadamereka, 'Hiduplah apa yang telah kamu ciptakan!'"Dia juga berkata, "إِنَّ البَيْتَ الَّذِي فِيهِ الصُّوَرُ لاَ تَدْخُلُهُ المَلاَئِكَةُ"
“Rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar, malaikat tidak akan memasukinya.”
"Rumah di mana ada gambar, para malaikattidak akan memasukinya."
Aisyah radhiallahu 'anha segera bertobat dari kesalahan yang bahkan belum ia sadari sepenuhnya, ini adalah sifat dari orang yang benar-benar mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan. Orang seperti ini akan cepat merasa menyesal atas kesalahan yang ia lakukan dan segera kembali kepada Allah Ta'ala
Aisyah rahimahullah segera bertobat dari kesalahan yang bahkan belum sepenuhnya disadarinya, inilah sifat seseorang yang benar-benar memuliakan Allah dengan peninggian sejati. Orang seperti itu akan cepat merasa menyesal atas kesalahan yang telah dilakukannya dan segera kembali kepada Allah Ta'ala.
Selain itu, tidak boleh meremehkan dosa sekecil apapun, karena Nabi ﷺ bersabda:
“إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ”
Selain itu, seseorang tidak boleh meremehkan dosa sekecil apa pun, karena Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ"
“Hati-hati kalian dengan dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil ini akan berkumpul pada diri seseorang hingga akhirnya bisa menghancurkannya.”
"Berhati-hatilah dengan dosa-dosa kecilmu, karena dosa-dosa kecil ini akanberkumpul di dalam diri seseorangsampaiakhirnya mereka dapat menghancurkannya."
Rasulullah ﷺ memberi perumpamaan, seperti sekelompok orang yang berada di tanah lapang, kemudian mereka membuat api dengan mengumpulkan kayu bakar. Setiap orang pergi membawa potongan kayu hingga mereka berhasil mengumpulkan api, dan mereka membakar apa yang mereka lemparkan ke dalam api itu.
“كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا أَرْضَ فَلَاةٍ، فَحَضَرَ صَنِيعُ الْقَوْمِ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْطَلِقُ، فَيَجِيءُ بِالْعُودِ، وَالرَّجُلُ يَجِيءُ بِالْعُودِ، حَتَّى جَمَعُوا سَوَادًا، فَأَجَّجُوا نَارًا، وَأَنْضَجُوا مَا قَذَفُوا فِيهَا”
Rasulullah صلى الله عليه وسلمmemberikananalogi, seperti sekelompok orang yang berada di ladang dan kemudianmerekamembuatapidenganmengumpulkankayu bakar. Semua orang pergidengansepotong kayusampaimerekaberhasilmengumpulkanapi, dan merekamembakarapa yang merekalemparkanke dalam api."كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا أَرْضَ فَلَاةٍ، فَحَضَرَ صَنِيعُ الْقَوْمِ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْطَلِقُ، فَيَجِيءُ بِالْعُودِ، وَالرَّجُلُ يَجِيءُ بِالْعُودِ، حَتَّى جَمَعُوا سَوَادًا، فَأَجَّجُوا نَارًا، وَأَنْضَجُوا مَا قَذَفُوا فِيهَا”
“Seperti sekelompok orang yang berada di tanah lapang, mereka mengumpulkan kayu bakar, dan setiap orang pergi membawa kayu hingga mereka berhasil mengumpulkan api, dan mereka membakar apa yang mereka lemparkan ke dalam api itu.”
"Sepertisekelompok orang di lapangan, merekamengumpulkankayu bakar, dan semua orang pergidengan kayusampaimerekaberhasilmengumpulkanapi, dan merekamembakarapa yang ada merekamelemparkannyake dalamapi."
Inilah peringatan bagi kita agar tidak menganggap remeh dosa-dosa kecil
Ini adalah peringatan bagi kita untuk tidak meremehkan dosa-dosa kecil.
Oleh karena itu, para salaf (generasi awal umat Islam) sangat berhati-hati dan takut untuk jatuh dalam dosa, baik itu dosa besar maupun kecil. Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:
“إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعِرَةِ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ مِنَ المُوبِقَاتِ”
Oleh karena itu, para salaf (generasi awal umat Islam) sangat berhati-hati dan takut jatuhke dalam dosa, baik dosa besarmaupundosa kecil. Anas bin Malik rahimahullah berkata, "إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعِعِعِ الشَّعِ َةِ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مِنَ المُوبِقَاتِ"
“Sesungguhnya kalian melakukan amalan yang bagi kalian lebih kecil dari rambut, padahal di zaman Nabi ﷺ kami menganggapnya sebagai salah satu dosa besar.”
"Sesungguhnya kamu melakukan praktek yang bagimu lebih kecildarisehelai rambut, sedangkan pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم kami anggap itu salah satu dosa besar."
Meninggikan Perintah Allah Ta'ala dan Larangan-Nya serta Tidak Mendahulukan atau Mengutamakan Selain-Nya
Meninggikan perintah-perintah Allah dan larangan-Nya dan tidak memprioritaskanatau mengutamakan orang lain
Allah Ta'ala berfirman:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ"
(QS. Al-Hujurat: 1)
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului (perkara) Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Allah Ta'alaberfirman: "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ" (QS. Al-Hujurat: 1) Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pendengardan Maha Mengetahui."
Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَأَرْضَى النَّاسَ عَنْهُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ"
(HR. Tirmidzi)
Artinya:
"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah meskipun menyebabkan ketidakpuasan manusia, maka Allah akan meridainya dan membuat orang-orang juga meridainya. Sebaliknya, barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan murka kepadanya dan menjadikan manusia juga murka kepadanya."
Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ النَّاسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَأَرْضَى النَّاسَ عََ عَ عَ عَأَرْضَى النَّاسَ عََ عَنْهُ، وَأَرْضَى النَّاسَ عََ عَنْهُ، وَأَرْرْضَى النَّاسَ عََ عَنْهُ، وَ أَرْضَضَى النَّاسَ عََهُ عَنْهُ، وَأَرْضَضَى النَّاسَ عََهُ عَنْهُ، وَأَرْرْضَضَى النَّاسَ عَنَهُنْهُ؏، � وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ"(HR. Tirmidzi) Artinya: "Barangsiapa mencari keridhaan Allah meskipunitu menyebabkanketidakpuasan manusia, Allah akanmengampuninya dan membuat manusia juga menderitanya. Di sisi lain, barangsiapa mencari keridhaanmanusiadenganmembawa murka Allah, Allah akanmarahkepadanya dan membuatmanusia juga marahkepadanya."
Dan Allah Ta'ala berfirman tentang hari kiamat:
"إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ فِيهَا"
(QS. Al-Ma'arij: 10-15)
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka, bagi mereka azab yang sangat pedih. Balasan mereka adalah neraka, mereka tidak mati di dalamnya dan tidak hidup pula."
Dan Allah Ta'alaberfirmantentang hari kiamat: "إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِي ٌ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ فِيهَا"(QS. Al-Ma'arij: 10-15) Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang kepada ayat-ayat Tuhan mereka, bagi mereka azab itu sangat menyakitkan. Balasan mereka adalahneraka, merekatidakmati di dalamnya dan juga tidakhidup."
Meninggikan Syiar-syiar Allah Ta'ala
Meninggikan Perintah-perintah Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman:
"وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِندَ رَبِّهِ"
(QS. Al-Hajj: 32)
Artinya:
"Dan barang siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya."
Allah Ta'alabersabda: "وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِندَ رَبِّهِ" (QS. Al-Hajj: 32) Artinya "Dan barangsiapa memuliakan firman Allah, lebihbaikbaginya berada di hadapanTuhannya."
Beberapa syiar Allah yang perlu diagungkan antara lain:
Beberapa perintah Allah yang perludimuliakanantara lain:
Meninggikan Kalam Allah
Ini dilakukan dengan cara merenungi Al-Qur'an, mendengarkan dengan khusyuk saat dibacakan, mempelajarinya, dan mengamalkan isi-isinya
Hal ini dilakukan dengan merenungkan Al-Qur'an, mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika dibaca, mempelajarinya, dan mempraktikkan isinya.
Meninggikan Rumah Allah
Meninggikan Rumah Tuhan
Rumah Allah yang dimaksud adalah masjid. Allah Ta'ala berfirman:
"فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ"
(QS. An-Nur: 36)
Artinya:
"Di dalam rumah-rumah (masjid-masjid) yang telah diperintahkan Allah untuk dimuliakan dan di dalamnya disebut nama-Nya."
Meninggikan masjid mencakup pembangunan, pemeliharaan, dan pembersihannya dari najis dan gangguan. Selain itu, masjid juga harus senantiasa dipenuhi dengan dzikir, azan, dan salat.
Rumah Allah yang dimaksudadalah masjid. Allah Ta'alaberfirman, "فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ" (QS. An-Nur: 36) Artinya: "Di rumah-rumah (masjid) yang diperintahkan Allah untukdimuliakan dan di dalamnya disebut nama-Nya."Meninggikan masjid meliputimembangun, memelihara, dan membersihkannyadarinajis dan gangguan. Selain itu, masjid juga harus selaludipenuhidengandzikir, azan, dan shalat.
Meninggikan Azan
Salah satunya adalah dengan mendengarkan azan pada waktu-waktu salat, mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan mengulanginya. Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ المُؤَذِّنُ"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya:
"Jika kalian mendengar seruan azan, maka katakanlah seperti apa yang diucapkan oleh muazin."
Salah satunyaadalahmendengarkan adzan pada waktu sholat, mendengarkannyadengan penuh perhatian, dan mengulanginya. Rasulullah صلى الله عليه وسلمberkata, "إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ المُؤَذِّنُ" (HR. Bukhari dan Muslim)Artinya "Jika kamu mendengaradzan, maka katakanlahapa yang dikatakan muezzin."
Mengambil Perhiasan untuk Salat
MengambilPerhiasanuntuk Doa
Ini merupakan bagian dari adab dan penghormatan terhadap Allah. Allah Ta'ala berfirman:
"يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا"
(QS. Al-A'raf: 31)
Artinya:
"Wahai anak-anak Adam, pakailah perhiasanmu setiap kali kamu pergi ke masjid."
Ini adalahbagian dariadab dan penghormatankepada Allah. Allah Ta'alabersabda, "يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا"(QS. Al-A'raf: 31) Artinya, "Wahaianak-anak Adam, kenakan perhiasanmusetiap kali kamupergike masjid."
Oleh karena itu, para salaf sangat menganjurkan untuk berhias dengan baik saat salat sebagai bentuk penghormatan kepada Allah. Sebagian dari mereka bahkan memiliki pakaian khusus yang mahal, yang mereka kenakan ketika salat, dengan ucapan: "Tuhanku lebih berhak untuk aku berhias dalam salatku."
Oleh karena itu, orang salaf sangat menyarankanuntuk mendekorasidengan baiksaat shalat sebagaibentuk penghormatankepada Allah. Beberapa darimerekabahkanmemiliki pakaian khusus yang mahal, yang merekakenakansaat berdoa, dengan mengatakan: "Tuhankulebih berhakbagiku untuk menghiasdalamdoa-doaku."
Meninggikan Perintah Salat dengan Khusyuk
Meninggikan Perintah Doa dengan Sungguh-sungguh
Salat yang dilakukan dengan penuh khusyuk dan ketenangan menunjukkan pengagungan terhadap perintah Allah. Seorang hamba harus berfokus pada Allah dengan hatinya dan seluruh anggota tubuhnya, merasakan kelemahan, dosa, dan kebutuhan dirinya, menundukkan pandangan ke tanah dan tidak menengadah ke atas. Karena, sebagaimana adab di hadapan raja-raja, seseorang yang berdiri di hadapan mereka akan menundukkan pandangannya, apalagi di hadapan Raja segala raja, Allah سبحانه وتعالى
Doa yang dilakukan dengan khidmat dan tenang menunjukkan pemuliaan perintah Allah. Seorang hamba harus fokus pada Tuhan dengan hati dan seluruh anggota tubuhnya, merasakan kelemahan, dosa, dan kebutuhannya, menurunkan pandangannya ke tanah dan tidak melihat ke atas. Karena, seperti adab di hadapan raja-raja, seseorang yang berdiri di hadapan mereka akan menundukkan matanya, terutama di hadapan Raja segala raja, Allah سبحانه وتعالى.
Ketergantungan Hati kepada Allah Ta'ala dan Ketidakberdayaan di Hadapan-Nya
Ketergantungan Hati pada Allah Ta'ala dan Ketidakberdayaan di hadapan-Nya
Allah Ta'ala berfirman:
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ"
(QS. Fathir: 15)
Artinya:
"Wahai manusia, kalian adalah orang-orang yang fakir (memerlukan) kepada Allah, dan Allah adalah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Allah Ta'alabersabda: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ" (QS. Fathir: 15) Artinya: "Wahai orang-orang, kamu adalah orang miskin (membutuhkan) bagi Allah, dan Allah adalah yang paling kaya dan paling terpuji."
Hati yang bergantung kepada Allah adalah hati yang terlepas dari keterikatan dengan makhluk dan segala keinginan serta hawa nafsunya, karena sesungguhnya Allah adalah Pemilik segala rahmat dan kekayaan langit dan bumi. Apabila Allah menghendaki sesuatu, maka cukup dengan perintah-Nya: "Jadilah!" dan segala sesuatu pun terjadi.
Hati yang bersandarkepada Allah adalah hati yang bebas dari kemelekatan padamakhluk dan segala keinginan dannafsunya, karenasesungguhnya Allah adalah Pemiliksegalarahmat dan kekayaan langit dan bumi. Jika Tuhan menghendakisesuatu, makaitu cukupuntuk perintah-Nya: "Jadilah!" dan semuanya terjadi.
Renungkanlah doa yang penuh pengharapan dan kerendahan hati kepada Allah dari Rasulullah ﷺ, saat beliau diusir dari Tha'if, setelah beliau berusaha mencari pertolongan dan dukungan dari mereka, namun malah disakiti. Beliau ﷺ berdoa dengan penuh ketundukan kepada Allah:
"اللهم إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي وَقِلَّةَ حِيلَتِي وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ إِلَى مَنْ تَكِلُنِي؟ إِلَى عَدُوٍّ يَتَجَهَّمُنِي أَمْ إِلَى قَرِيبٍ مَلَّكْتَهُ أَمْرِي إِنْ لَمْ تَكُنْ غَضْبَانًا عَلَيَّ فَلَا أُبَالِي إِنَّ عَافِيَتَكَ أَوْسَعُ لِي أَعُوذُ بِمُدْهِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ وَصَحَّحَتْ عَلَيْهِ أُمُورُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ أَنْ تُنْزِلَ عَلَيَّ غَضَبَكَ أَوْ تَحِلَّ عَلَيَّ سَخَطَكَ لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى لَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ"
(HR. Ibn Hisham)
Artinya:
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, sedikitnya upayaku, dan kehinaanku di mata manusia. Wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang, Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Kepada siapakah Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang memusuhiku, atau kepada kerabat yang Engkau serahkan urusannya kepadaku? Jika Engkau tidak marah kepadaku, maka aku tidak peduli. Sesungguhnya karunia-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang dengannya kegelapan menjadi terang, dan dengan-Nya segala urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan murka-Mu kepadaku, atau menimpakan kemarahan-Mu kepadaku. Kepada-Mu segala pujian hingga Engkau ridha, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu."
Renungkan doa yang penuh harapan dan rendah hati kepada Allah dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, ketikadiadiusirdariTha'if, setelahdiamencari bantuan dan dukungandari Nabi صلى الله عليه وسلم.Namun, mereka terluka. Diaصلى الله عليه وسلمberdoadengan ketundukan penuh kepada Allah: "اللهم إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي وَقِلَّةَ حِيلَتِي وَهَوَانِي عَل َى النَّ اسِ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ إِلَى مَنْ تَكِلُنِي؟ إِلَى عَدُوٍّ يَتَجَهَّمُنِي أَمْ إِلَى قَرِيبٍ مَلَّكْتَهُ أَمْرِي إِنْ لَمْ تَكُنْ غَضْبَانًا عَلَيَّ فَلَا أُبَالِي إِنَّ عَافِيَتَكَ أَوْسَعُ لِي أَعُوذُ بِمُدْهِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ وَصَحَّحَتْ عَلَيْهِ أُمُورُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ أَنْ تُنْزِلَ عَلَيَّ غَضَبَكَ أَوْ تَحِلَّ عَلَيَّ سَخَطَكَ لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى لَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ"(HR. Ibn Hisham)Artinya:"Ya Allah, kepada-Mu Sayamengeluh tentang kelemahan saya, kurangnyausaha, dan penghinaan saya di mata manusia. Wahai Yang Maha Penyayang di antara orang-orang yang penuh belas kasihan, Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semuaorang yang penuh belas kasihan. Kepada siapaAndamenyerahkansaya? Kepada musuh yang memusuhi saya, ataukepada kerabat yang urusannya telah Andapercayakankepada saya? Jika Andatidakmarahkepada saya, makasayatidakpeduli. Sesungguhnya, karunia-Mu lebih luasbagiku. Aku berlindungdalam terang wajah-Mu, yang dengannya kegelapan diterangi, dan bersama-sama Dia semua urusan dunia dan akhirat adalah baik, agar Engkautidak menurunkanmurka-MuKamu telah melakukannya padaku, ataukamu telah membawa kemarahanmu kepadaku. Kepada-Mu semuapujiansampaiEngkauberkenan, tidak adakekuatan dan kekuatankecuali dengan-Mu."
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
"Kemiskinan yang sebenarnya adalah ketergantungan yang terus-menerus kepada Allah dalam setiap keadaan, dan bahwa seorang hamba menyaksikan dalam setiap detik dirinya, baik yang lahir maupun batin, ketergantungan yang mutlak kepada Allah dalam segala hal."
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "Kemiskinan sejati adalah ketergantungan terus-menerus kepada Allah dalamsetiapkeadaan, dan bahwaseorang hamba bersaksidalamsetiapdetiktentang dirinya, baik yang lahirmaupundi dalam, ketergantungan mutlak pada Tuhan dalam segalahal."
Dan di antara hal yang bertentangan dengan tauhid adalah syirik, dan seorang hamba tidak bisa disebut sebagai seorang yang bertauhid sampai ia menjauhi syirik. Berikut penjelasannya:
Dan di antarahal-hal yang bertentangan dengan monoteisme adalahsyiris, dan seorang hamba tidak dapatdisebutorang monoteistiksampaidiamenghindarisyirik.Berikutpenjelasannya:
Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan hak khusus bagi Allah. Syirik adalah kebalikan dari tauhid, dan merupakan bentuk kedzaliman yang paling besar, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah:
Syirikadalahmenyamakanselain Allah dengan Allah dalamhal-hal yang istimewabagi Allah. Syirikadalah kebalikandari tauhid, dan merupakan bentuktirani terbesar, seperti yang disebutkandalam firman Allah:
قَالَ رَبُّهُمَا لَا تَشْرِكَا بِي شَيْئًا إِنَّنِيٓۤ أُحَذِّرُكُمَآ أَنْ تَشْرِكَا بِيۤ
(Q.S. Luqman: 13)
Artinya: "Allah berfirman: 'Janganlah kalian berdua mempersekutukan Aku, sesungguhnya Aku peringatkan kalian agar tidak menyekutukan-Ku.'"
قَالَ رَبُّهُمَا لَا تَشْرِكَا بِي شَيْئًا إِنَّنِيٓۤأُحَذِّرُكُمَآ أَنْ تَشْرِكَا بِيۤ (Q.S. Luqman: 13)Artinya: "Allah berfirman: 'Jangan bergaul denganku , sesungguhnya Aku memperingatkan kamu untuk tidak mempersatukan Aku.'"
Syirik adalah kebalikan dari seluruh dosa-dosa lainnya, yang tidak akan diampuni oleh Allah kecuali apabila pelakunya kembali kepada tauhid. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an:
Syirikadalah kebalikandarisemua dosa lainnya, yang tidak akan diampuni oleh Allah kecuali pelakunyakembalike tauhid. Seperti yang Allah katakan dalam Al-Qur'an:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ
(Q.S. An-Nisa: 116)
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni syirik (mempersekutukan-Nya), dan Dia mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki."
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ(Q.S. An-Nisa: 116)Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunisyirik (persekutuan dengan-Nya), dan Dia mengampuni dosa-dosa selain untuksiapa Dia akan."
Syirik dibagi menjadi dua, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
Syirikdibagimenjadi dua, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Berikutadalahperbedaanantarakeduanya:
Dari segi pengertian:
Dalam haldefinisi:
Dari segi pengertian Syirik besar adalah menjadikan sekutu bagi Allah dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya. Siapa pun yang meyakini bahwa pengatur, pemberi, atau pencegah, yang memberikan manfaat atau bahaya, yang mengangkat derajat atau merendahkan, atau yang mengetahui perkara gaib selain Allah atau bersama Allah, maka ia telah melakukan syirik dalam rububiyah-Nya. Jika ia juga menyekutukan Allah dengan sebagian bentuk ibadah seperti cinta, harapan, tawakkal, pertolongan, memohon, berdoa, shalat, tawaf, menyembelih, bernazar, dan lain-lain, maka ia juga telah menyekutukan Allah dalam uluhiyah-Nya.
Dari segiarti Syirik agung, itu adalahmenjadisekutuAllah dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya. Siapa pun yang percayabahwapengatur, pemberi, ataupencegah, yang memberikanmanfaatataukerugian, yang meninggikan atau merendahkan, atau yang mengetahui hal-hal supernaturalselain Allah ataudengan Allah, makadiatelah melakukansyirikdalam rububiyah-Nya. Jika dia juga mempersatukan Allah denganbeberapabentuk ibadah seperticinta, harapan, tawakkal, pertolongan, mengemis, shalat, shalat, tawaf, menyembelih, bersumpah, dan lain-lain, makadia juga telah mempersatukan Allah dalam uluhiyah-Nya.
Sedangkan pengertian Syirik kecil adalah apa yang disebut dalam nash (dalil) sebagai syirik tetapi tidak sampai pada tingkat syirik besar, atau bisa juga disebut sebagai sebab yang mengarah pada syirik besar
Sementara itu, arti syirik minor adalah apa yang disebut dalam nash (bukti) sebagai syirik tetapi tidak sampai tingkat syirik mayor, atau bisa juga disebut sebagai penyebab yang mengarah pada syirik mayor.
Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, sementara syirik kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Syirik besar mengusir pelaku dari Islam, sedangkan syirikkeciltidakmengeluarkanpelakudari Islam.
Syirik besar membatalkan seluruh amal perbuatan pelakunya, sementara syirik kecil hanya membatalkan amal yang mengandung syirik tersebut
Syirik besar membatalkan semua perbuatan pelaku, sedangkan syirik kecil hanya membatalkan perbuatan yang berisi syirik.
Syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di neraka, sementara syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya kekal di neraka
Syirik besar menyebabkan pelaku tetap berada di neraka, sedangkan syirik kecil tidak menyebabkan pelaku tetap berada di neraka.
Jenis-jenis Syirik:
Jenis Syirta:
Jenis pertama: Mengklaim memiliki pengetahuan tentang hal gaib, yang memiliki beberapa bentuk, di antaranya:
Jenis pertama: Mengakumemilikipengetahuantentangilmu gaib, yang memilikibeberapabentuk, antara lain:
Dukun (Kahinan) dan Ramalan (Ar-Rayah), keduanya termasuk dalam syirik besar. Adapun dukun adalah orang yang memberitahukan hal-hal gaib yang akan terjadi di masa depan, sedangkan ramalan adalah orang yang mengklaim mengetahui suatu hal dengan mengandalkan petunjuk atau tanda-tanda, seperti mengetahui barang yang hilang atau tempat sesuatu yang hilang, dan sebagainya
Dukun (Kahinan) dan Nubuatan (Ar-Rayah), keduanya termasuk dalam syirik besar. Dukun adalah orang yang menceritakan tentang hal-hal supranatural yang akan terjadi di masa depan sedangkan peramal adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu dengan mengandalkan petunjuk atau tanda, seperti mengetahui barang yang hilang atau tempat di mana sesuatu hilang, dan sebagainya.
Allah berfirman
Tuhan berfirman,:
{قُلْ لَا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ}
(Surah An-Naml: 65)
(Surah An-Naml: 65)
Terjemahannya: "Katakanlah: 'Tidak ada yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi tentang hal yang ghaib selain Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.'"
Terjemahan: "Katakanlah: 'Tidak ada yang tahuapa yang ada di langit dan di bumitentang supranaturalkecuali Allah, dan merekatidaktahukapanmerekaakandibangkitkan.'"
Hukum mendatangi orang yang mengklaim mengetahui hal gaib seperti dukun dan peramal, secara rinci berdasarkan keadaan orang yang mendatanginya:
Hukum diberikan kepada orang-orang yang mengakumengenalokultismeseperti dukun dan peramal, secara rinciberdasarkan keadaan orang yang datang kepada mereka:
A- Jika orang tersebut percaya pada apa yang dikatakan oleh dukun atau peramal, maka ia kafir. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda
A- Jika orang tersebut percaya apa yang dikatakan dukun atauperamal, makadia adalahorang yang tidak percaya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda::
"مَن أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ"
Terjemahan:
"مَن أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ" Terjemahan:
"Barang siapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal, dan membenarkan apa yang mereka katakan, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad." (Hadis riwayat Muslim)
"Barangsiapa datang kepada dukun atauperamal, dan membenarkan apa yang merekakatakan, makadiatelahtidak percaya apayang diwahyukankepada Muhammad." (Hadits diriwayatkan oleh Muslim)
B- Jika orang tersebut tidak percaya, namun hanya bertanya tanpa membenarkan apa yang dikatakan, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Rasulullah ﷺ bersabda
B- Jika orang tersebut tidakpercaya, tetapihanyabertanyatanpa mengkonfirmasiapa yang dikatakan, makadoanyatidakditerimaselama 40 hari. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda::
"مَن أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا"
Terjemahan:
"مَن أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا" Terjemahan:
"Barang siapa yang mendatangi seorang peramal dan bertanya kepadanya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari." (Hadis riwayat Muslim)
"Siapa pun yang pergi keperamal dan memintanya, doanyatidakditerimaselama 40 hari." (Hadits diriwayatkan oleh Muslim)
Ini termasuk syirik kecil, karena ini adalah jalan menuju syirik besar. Jika yang dikatakan oleh peramal itu benar, maka orang-orang akan menganggapnya sebagai orang yang mengetahui hal gaib, yang bisa berujung pada syirik besar
Ini termasuk syirik kecil, karena ini adalah jalan menuju syirik besar. Jika apa yang dikatakan peramal itu benar, maka orang akan menganggapnya sebagai orang yang mengetahui ilmu gaib, yang dapat menyebabkan syirik besar.
C- Jika orang tersebut berilmu dan tujuan kedatangannya adalah untuk menjelaskan kebohongan dukun dan merusak klaim mereka, maka itu diperbolehkan. Ini adalah bagian dari nasehat kepada umat Islam dan menghindarkan mereka dari bahaya
C- Jika orang tersebut berpengetahuan luas dan tujuan kedatangannya adalah untuk menjelaskan kebohongan dukun dan melemahkan klaim mereka, maka itu diperbolehkan. Ini adalah bagian dari nasihat kepada umat Islam dan untuk menjauhkan mereka dari bahaya.
2- Astrologi (Al-Tanjim) adalah berusaha untuk mengetahui kejadian-kejadian duniawi dengan memperhatikan kondisi-kondisi langit, khususnya dengan keyakinan bahwa bintang-bintang atau planet-planet mempengaruhi kehidupan manusia. Yang dimaksud di sini adalah keyakinan bahwa bintang atau planet tersebut dapat memengaruhi kebahagiaan dan kesengsaraan, hidup dan mati, hujan dan kekeringan, dan hal-hal lainnya. Berikut adalah hukum mengenai hal ini secara rinci
2- Astrologi (Al-Tanjim) adalah upaya untuk mengetahui peristiwa duniawi dengan memperhatikan kondisi langit, terutama dengan keyakinan bahwa bintang atau planet mempengaruhi kehidupan manusia. Yang dimaksud di sini adalah keyakinan bahwa bintang atau planet dapat mempengaruhi kebahagiaan dan kesengsaraan, hidup dan mati, hujan dan kekeringan, dan hal-hal lainnya. Berikut adalah undang-undang mengenai hal ini secara rinci:
A. Keyakinan bahwa planet-planet dan bintang-bintang mengatur alam semesta dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan kebaikan atau keburukan, serta memengaruhi kebahagiaan atau kesengsaraan manusia, adalah syirik besar. Tidak ada yang mengatur alam semesta selain Allah Ta'ala. Rasulullah ﷺ bersabda
A. Keyakinanbahwa planet-planet dan bintang-bintangmengatur alam semesta dan bahwamerekamemiliki kemampuanuntukmenghasilkankebaikanataukejahatan, danuntuk mempengaruhi kebahagiaanataukesengsaraan manusia, adalah syirik yang bagus. Tidak ada seorang pun yang menguasaialam semestaselain Allah Yang Maha Esa. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda::
"مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ"
Terjemahan:
"مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ" Terjemahan:
"Barang siapa yang mengambil ilmu dari bintang-bintang, maka ia telah mengambil bagian dari sihir, dan semakin banyak ia mengambil, semakin banyak pula bagian dari sihir itu." (Hadis riwayat Abu Dawud)
"Siapa pun yang mengambilpengetahuandaribintang-bintang, diatelah mengambilbagiandarisihir, dan semakinbanyakdia mengambil, semakin banyakbagian dari sihir yang dia ambil." (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud)
B. Keyakinan bahwa bintang dan planet adalah sebab terjadinya kebaikan atau keburukan, kebahagiaan atau kesengsaraan, dan lainnya, dengan menggunakan pergerakan, perubahan, atau posisi mereka sebagai alasan untuk menjelaskan kejadian-kejadian tertentu, adalah syirik kecil. Contohnya, jika seseorang berkata: "Orang ini hidupnya akan penuh kesedihan karena lahir di bintang tertentu," atau "Orang ini akan bahagia karena lahir di bintang tertentu." Ini adalah syirik kecil karena Allah tidak menjadikannya sebagai sebab yang sah baik secara syar'i maupun secara ilmiah. Namun, hal ini bisa berujung kepada syirik besar, jika seseorang benar-benar meyakini bahwa bintang-bintang tersebut memengaruhi kejadian-kejadian tersebut dengan sendirinya
B. Keyakinan bahwa bintang-bintang dan planet adalah penyebab kebahagiaan atau kesengsaraan yang baik atau buruk, dan yang lain, menggunakan gerakan, perubahan atau posisinya sebagai alasan untuk menjelaskan peristiwa tertentu, adalah perkemiringan kecil. Misalnya, jika seseorang berkata, "Orang ini akan memiliki kehidupan yang menyedihkan karena dia lahir di bintang tertentu," atau "Orang ini akan bahagia karena dia lahir di bintang tertentu." Ini adalah syirik kecil karena Allah tidak menjadikannya alasan yang sah baik dalam syariah maupun ilmiah. Namun, ini dapat menyebabkan syirik yang besar, jika seseorang benar-benar percaya bahwa bintang-bintang memengaruhi peristiwa ini dengan sendirinya.
Jika seseorang menganggap bintang-bintang itu memiliki pengaruh pada dirinya dan kehidupan orang lain secara langsung, maka itu menjadi syirik besar
Jika seseorang menganggap bintang-bintang memiliki pengaruh langsung pada dirinya sendiri dan kehidupan orang lain, maka itu menjadi syirik besar.
Jenis Kedua dari Jenis-jenis Syirik: Sihir
Jenis Shirk Kedua : Sihir
Makna Sihir Secara Bahasa: Sihir adalah mengalihkan sesuatu dari hakikatnya kepada sesuatu yang lain, atau mengubah suatu keadaan menjadi keadaan lain. Sihir juga merupakan sesuatu yang tersembunyi dan sebabnya halus
Arti Sihir Secara Linguistik: Sihir adalah mentransfer sesuatu dari esensinya ke sesuatu yang lain, atau mengubah satu keadaan ke keadaan lain. Sihir juga sesuatu yang tersembunyi dan alasannya tidak kenapa.
Sihir Secara Istilah: Sihir adalah suatu bentuk pengaruh yang dilakukan dengan menggunakan ikatan, jampi, simbol, angka, ramuan, obat-obatan, dan kekuatan jahat yang dimanfaatkan oleh seorang tukang sihir untuk mendatangkan keburukan dan kerusakan. Hal ini dapat mempengaruhi tubuh, akal, perasaan, keinginan, atau kecenderungan orang yang disihir. Sihir terbagi menjadi tiga jenis
Sihir Dalam Istilah Sihir: Sihir adalah bentuk pengaruh yang dilakukan dengan menggunakan ikatan, mantra, simbol, angka, ramuan, obat-obatan, dan kekuatan jahat yang digunakan oleh seorang penyihir untuk membawa kejahatan dan kerusakan. Hal ini dapat memengaruhi tubuh, kecerdasan, perasaan, keinginan, atau kecenderungan orang yang disihir. Sihir dibagi menjadi tiga jenis:
Jenis Pertama: Di mana seorang tukang sihir meminta bantuan dari jin dan setan, yang merupakan bentuk kekufuran dan syirik besar, baik bagi tukang sihir maupun orang yang meminta sihir. Tukang sihir mendekatkan diri kepada jin dengan berbagai bentuk ibadah kepada mereka untuk menguasai orang yang disihir. Bahkan, tukang sihir meminta orang yang meminta sihir untuk melakukan perbuatan syirik agar keinginannya terkabul. Allah SWT berfirman
Tipe Pertama: Di mana seorang penyihir meminta bantuan dari jin dan iblis, yang merupakan bentuk ketidakpercayaan dan syirik yang hebat, baik untuk penyihir maupun orang yang meminta sihir. Penyihir semakin dekat dengan jin dengan berbagai bentuk pemujaan kepada mereka untuk mengendalikan orang yang sedang terpesona. Bahkan, penyihir meminta orang yang meminta sihir untuk melakukan perbuatan syirik agar keinginannya dikabulkan. Allah SWT berfirman:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ:
{وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَىٰ الْمَلَكَيْنِ فِي بَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُؤْمِنَانِ بِهِ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَ رَجُلًا فَجَاهَ}
(Surah Al-Baqarah: 102)
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ: {وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاس�َ ؎ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَىٰ الْمَلَكَيْنِ فِي بَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُؤْمِنَانِ بِهِ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَ رَجُلًا فَجَاهَ}
Artinya:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, akan tetapi syaitan-syaitan itu yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di kota Babel, yaitu Harut dan Marut, padahal keduanya tidak mengajarkannya kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan, maka janganlah kamu kafir.'"
"Dan merekamengikutiapa yang dibaca setan-setan pada zaman kerajaan Salomo, meskipun Salomo bukan orang, tetapi setan-setan itu. Merekamengajarkansihirkepadamanusia dan apa yang diungkapkan kepada dua malaikat di kota Babel, Harut dan Marut, meskipuntidak satu pundari mereka mengajarkannyakepada siapa pun sebelummengatakan, 'Sesungguhnya kita hanyalahujian, jadijangan.'"
Ayat ini menunjukkan bahwa sihir itu benar adanya, sebagaimana Allah memberitahukan bahwa sihir memiliki dampak nyata seperti memisahkan suami dan istri, yang menunjukkan bahwa sihir memiliki pengaruh yang benar-benar ada. Ayat ini juga menegaskan bahwa dampak sihir tidak terjadi kecuali dengan izin Allah, dan pengecualian ini membuktikan bahwa pengaruh tersebut hanya terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi dan dampaknya hanya datang dari hal yang nyata
Ayat ini menunjukkan bahwa sihir itu benar, karena Tuhan memberi tahu kita bahwa sihir memiliki efek nyata seperti memisahkan suami dan istri, yang menunjukkan bahwa sihir memiliki efek nyata. Ayat ini juga menegaskan bahwa efek sihir tidak terjadi kecuali dengan izin Tuhan, dan pengecualian ini membuktikan bahwa pengaruh hanya terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampaknya hanya berasal dari hal-hal nyata.
Jenis Kedua: Di mana tukang sihir menggunakan obat-obatan, ramuan, atau bahan-bahan lain yang mempengaruhi tubuh, akal, perasaan, keinginan, atau kecenderungan orang yang disihir
Tipe Kedua: Di mana seorang penyihir menggunakan obat-obatan, herbal, atau bahan lain yang memengaruhi tubuh, kecerdasan, perasaan, keinginan, atau kecenderungan orang yang terpesona.
Jenis Ketiga: Merupakan tipu daya dan ilusi yang tidak memiliki kebenaran sama sekali, seperti yang dilakukan oleh dukun atau tukang sihir yang mengalihkan perhatian orang dari apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan menggunakan kecepatan tangan, kekuatan benda tertentu, atau keterampilan gerakan. Sebagai contoh, seseorang dapat memukul tubuh orang lain dengan pisau, dan orang yang melihatnya, yang tidak mengetahui trik tersebut, akan mengira bahwa pisau itu masuk ke tubuh korban, padahal sebenarnya pisau itu hanya menancap pada pegangan pisau yang telah dilubangi. Ini adalah seperti yang dilakukan oleh para penyihir Fir'aun, yang Allah SWT berfirman
Tipe Ketiga: Ini adalah penipuan dan ilusi yang tidak memiliki kebenaran sama sekali, seperti dukun atau penyihir yang mengalihkan perhatian orang dari apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan menggunakan kecepatan tangan, kekuatan benda tertentu atau keterampilan gerakan. Misalnya, seseorang dapat memukul tubuh orang lain dengan pisau, dan orang yang melihatnya, yang tidak tahu triknya, akan berpikir bahwa pisau itu masuk ke tubuh korban, padahal sebenarnya pisau itu hanya tersangkut di gagang pisau yang telah dilubangi. Inilah yang dilakukan oleh para penyihir Firaun, yang dikatakan Allah SWT:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ:
{فَفَتَكُّوا سَحَرَتُهُ وَمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
(Surah Taha: 66)
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ:{فَفَتَكُّوا سَحَرَتُهُ وَمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}(Surah Taha: 66)
Artinya:
"Maka sihir-sihir mereka pun hancur lebur, dan apa yang mereka lakukan itu tidak memberi dampak."
"Jadi sihir mereka dihancurkan, dan apa yang mereka lakukantidakberpengaruh."
Dan kaidah dalam pembagian ini adalah bahwa apa pun yang melibatkan bantuan dari jin dan setan, itu adalah syirik akbar. Sedangkan yang melibatkan pemanis kebatilan dan menyebabkan fitnah bagi orang yang melihatnya, tanpa melibatkan bantuan dari jin dan setan, melainkan hanya berupa sihir dan penipuan, maka itu termasuk dosa besar, dan berbahaya bagi aqidah. Hal ini bisa mengarah pada syirik akbar, karena si tukang sihir ini akan terkesan memiliki kekuatan yang setara dengan kekuatan Allah Azza wa Jalla - Maha Suci Allah dari itu dengan kesucian yang tinggi
Dan aturandalamdivisiiniadalahbahwa apa pun yang melibatkanbantuanjin dan iblis, ituadalah syirik besar. Sementara yang melibatkanmempermaniskebohongan dan menyebabkan fitnah kepada orang-orang yang melihatnya, tanpamelibatkanbantuanjin dan setan, tetapihanyadalam bentuksihir dan penipuan, Jadiituadalah dosa besar, dan berbahayabagiiman. Hal inidapat menyebabkan syirik besar, karenapenyihir ini akan tampakmemilikikekuatan yang setaradengan kekuatan Allah Azza waJalla - Allah Maha Suci dariitudengan kemurnian tinggi.
Jenis ketiga dari syirik adalah ketergantungan pada selain Allah dalam mendatangkan manfaat atau menghindari bahaya
Jenis syirik yang ketiga adalah ketergantungan pada orang lain selain Allah dalam membawa manfaat atau menghindari bahaya.
Dan ia memiliki beberapa bentuk, di antaranya
Dan itumemilikibeberapabentuk, di antaranya :
a. Ruqyah syirik: yaitu apa yang dibaca atas seseorang yang sedang terkena musibah untuk melindunginya atau menyembuhkannya, yang diiringi dengan syirik
a. Syirik Ruqyah: yaitu, apa yang dibacapadaseseorang yang terkena musibahuntukmelindunginyaataumenyembuhkannya, yang disertaidengansyirik.
b. Menggantungkan tali atau jimat: yaitu benda-benda yang digantungkan pada manusia atau lainnya untuk menghindari musibah, apakah itu tali, manik-manik, cincin, atau benda lain yang dikenakan atau digantungkan
b. Taligantung ataujimat: yaitu benda yang digantung pada manusia atauorang lainuntukmenghindaribencana, baikitutali, manik-manik, cincin, atau benda lain yang Dipakaiatauditangguhkan.
c. Tiwalah: sesuatu yang digantungkan pada pasangan suami-istri, yang diyakini dapat membuat istri lebih mencintai suaminya dan suami lebih mencintai istrinya
c. Tiwalah: sesuatu yang menggantung pada pasangan, yang diyakini akan membuat istri lebih mencintai suaminya dan suami lebih mencintai istrinya.
Ketiga jenis ini, jika pemiliknya meyakini bahwa benda tersebut adalah sebab, maka ia telah terjerumus ke dalam syirik kecil. Namun, jika ia meyakini bahwa benda tersebut memiliki pengaruh dengan sendirinya, maka ia telah terjatuh ke dalam syirik akbar. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya ruqyah, jimat, dan tiwalah adalah syirik."
Ketigajenis ini, jikapemiliknyapercaya bahwabendatersebut adalahpenyebabnya, makaiatelah jatuh ke dalam syirik kecil. Namun, jikadiapercayabahwaobjektersebut memilikipengaruhnya sendiri, makadiatelah jatuh ke dalam syirik besar. Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda: "Sesungguhnya, ruqyah, jimat, dan tiwalahadalahsyir."
Dan aturan yang berlaku untuk semua hal yang dijadikan sebab untuk mendatangkan manfaat atau menghindari bahaya adalah jika benda tersebut tidak memiliki pengaruh menurut syariat, kebiasaan, atau pengalaman, maka menjadikannya sebagai sebab adalah syirik kecil. Namun, jika diyakini bahwa benda tersebut memiliki pengaruh dengan sendirinya, maka itu termasuk syirik akbar
Dan aturan yang berlaku untuk semua hal yang digunakan sebagai sebab untuk membawa manfaat atau menghindari bahaya adalah bahwa jika hal tersebut tidak memiliki pengaruh sesuai dengan syariah, kebiasaan, atau pengalaman, maka menjadikannya penyebab adalah syirik kecil. Namun, jika diyakini bahwa objek tersebut memiliki pengaruhnya sendiri, maka itu adalah syirik besar.
Jenis keempat dari syirik: Syirik dalam ucapan.
Jenis syirik keempat: Shirkdalamucapan.
Jenis ini dianggap sebagai syirik kecil, kecuali jika disertai dengan keyakinan dalam ucapan yang menunjukkan kesyirikan, maka itu menjadi syirik akbar. Beberapa bentuknya adalah sebagai berikut:
Jenis ini dianggapsebagai syirik kecil, kecuali disertaidengankepercayaanpadaucapan yang menunjukkansyiriah, makamenjadi syirik besar. Beberapabentuknya adalahsebagai berikut:
a. Bersumpah dengan selain Allah: Tidak boleh bersumpah atau bersaksi kecuali dengan nama Allah Ta'ala atau salah satu nama-Nya atau sifat-Nya. Karena sumpah mengandung unsur penghormatan yang hanya layak diberikan kepada Allah. Oleh karena itu, bersumpah dengan selain Allah adalah syirik. Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ"
“Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat syirik.”
sebuah. Bersumpahdemi oranglain selain Allah: Tidak diperbolehkan bersumpahataubersaksikecualiatas nama Allah Ta'alaatau salah satu nama atau sifat-Nya. Karena sumpah mengandungunsur penghormatan yang hanyalayakdiberikankepada Allah. Oleh karena itu, bersumpaholehorang lain selain Allah adalahsyiruan. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ"Barangsiapabersumpahdemiorang lain selain Allah, dia telahmencicipi."
b. Ucapan (ma syaa' Allah wa syaa' fulan): Rasulullah ﷺ bersabda:
"لَا تَقُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ، وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ قُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ"
“Janganlah kalian mengatakan, ‘Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki si Fulan,’ tetapi katakanlah, ‘Apa yang dikehendaki Allah, kemudian dikehendaki si Fulan.’”
sebuah. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda: "لَا تَقُولُولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ، وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ قُولُوولُوا مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ"""Janganlah kamu berkata, 'Apa yang Allah kehendaki dan kehendaki" Fulan,' tetapikatakanlah, 'Apa yang Tuhan kehendaki, maka Fulan.'"
Ini juga berlaku untuk ucapan lain yang memberi kesan menyamakan antara Pencipta dan makhluk-Nya, seperti: "Aku bergantung pada Allah dan padamu," "Tidak ada yang bisa menolong selain Allah dan kamu," dan lainnya. Sebaiknya kita menghindari ucapan-ucapan ini dan bertaubat dari kesalahan tersebut sebagai adab kepada Allah. (Aturan dalam hal ini adalah bahwa sesuatu yang merupakan hak khusus Allah Ta'ala, jika disebutkan dengan selain-Nya, maka ini hanya untuk menyamakan kata-kata tanpa maksud kesetaraan. Namun, jika seseorang meyakini adanya kesetaraan, maka ini termasuk syirik akbar).
Ini juga berlakuuntuk perkataan lain yang memberi kesan kesetaraanantara Sang Pencipta dan makhluk-Nya, seperti: "Aku bergantung pada Tuhan dan padamu," "Tidak ada yang bisamenolongselain Tuhan dan kamu," dan lainnya. Kita harusmenghindari kata-kata ini dan bertobatdarikesalahan-kesalahan inisebagaisopan santunkepada Allah. (Aturandalam hal iniadalahbahwasesuatu yang merupakan hak eksklusif Allah Ta'ala, jika disebutkanoleh orang lain selain Dia, makainihanyauntukmenyamakan kata-kata tanpaniatkesetaraan. Namun, jikaseseorangpercayapadakesetaraan, makainidianggapshirkakbar).
c. Menjadikan selain Allah sebagai hamba-Nya: Seperti mengatakan "hamba Nabi" atau "hamba Rasul" (jika tidak dimaksudkan dengan makna sebenarnya dari penghambaan).
c. Menjadikanseseorang selain Allah sebagai hamba-Nya: Seperti mengatakan "hamba Nabi" atau "hamba Rasul" (jikatidak dimaksudkandengan arti perbudakan yang sebenarnya).
d. Menisbahkan kejadian-kejadian kepada selain Allah: Seperti mengatakan: "Seandainya si Fulan tidak ada, maka ini akan terjadi," atau "Seandainya ada bebek di rumah, maka pencuri akan datang," atau mengatakan: "Kami mendapatkan hujan karena adanya bintang sekian." Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, dia berkata:
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: "أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ"
“Rasulullah ﷺ shalat Subuh bersama kami di Hudaybiyah setelah malam yang turun hujan, kemudian setelah shalat beliau bertanya kepada kami: ‘Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan kalian?’ Kami menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau berkata: ‘Pada pagi ini, ada sebagian hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun yang berkata, 'Kami hujan dengan rahmat dan karunia Allah,' maka dia beriman kepada-Ku dan kufur kepada bintang. Sedangkan yang berkata, 'Kami hujan karena pengaruh bintang sekian,' maka dia kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang.’”
Retry
Reason
Karena orang tersebut mengingkari nikmat Allah Ta'ala dan menisbahkannya kepada sebab yang tidak Allah jadikan sebagai sebab
Karena orang tersebut menyangkal nikmat Allah Ta'ala dan memberikannya kepada suatu sebab yang tidak Allah jadikan sebagai sebab.
Jenis kelima dari syirik: Syirik tersembunyi; riya dan sum'ah, yaitu niat untuk mendapatkan pujian, sanjungan, ketenaran, atau sesuatu dari dunia. Ini adalah syirik kecil jika tidak mendominasi seluruh amalnya, karena dia telah menyekutukan Allah Ta'ala dalam niat dan tujuannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
"أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟"
Jenis syirik kelima: Syirik tersembunyi; riya dan sum'ah, yaituniatuntukmendapatkanpujian, sanjungan, ketenaran, atau sesuatu dari dunia. Ini adalahsyirikkeciljikatidakmendominasisemuaperbuatannya, karenadiatelah menyatukan Allah Ta'aladalam maksud dan tujuannya. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟"
Kami berkata: "Tentu, wahai Rasulullah." Maka beliau bersabda:
"الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ"
“Tidakkah aku beri tahu kalian tentang sesuatu yang lebih aku takutkan untuk menimpa kalian dibandingkan dengan Al-Masih Dajjal?” Kami berkata: “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda: “Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri untuk shalat, dia memperindah shalatnya karena dia melihat ada orang yang melihatnya.”
Kami berkata: "Tentu saja, wahai Rasulullah." Maka iaberkata, "الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ""Bukankahakumemberitahumu tentangsesuatu yang aku lebihtakutmenimpamu daripada Al-Masih Dajjal?" Kami berkata: "Tentu saja, wahai Rasulullah." Jadi diaberkata: "Syiriktersembunyi, yaitu, ketikaseseorangberdiriuntukberdoa, diamemperindahdoanyakarenadiamelihatbahwa ada orang yang melihatnya."
Syirik tersembunyi ini terbagi menjadi dua jenis
Syirik tersembunyi ini dibagi menjadi dua jenis:
Riya dalam amal perbuatan, seperti seseorang yang memperpanjang shalatnya untuk dilihat orang, atau memperlihatkan puasa dan sedekahnya untuk mendapatkan pujian dari manusia, atau seseorang yang mempelajari ilmu agama untuk meraih jabatan, atau rajin shalat di masjid karena ingin mendapatkan pekerjaan, menikah, atau memperoleh tempat tinggal, dan sejenisnya
Riya dalam perbuatan, seperti orang yang memperpanjang shalatnya agar orang melihat, atau menunjukkan puasa dan sedekahnya untuk mendapatkan pujian dari manusia atau orang yang belajar ilmu agama untuk mendapatkan kedudukan, atau rajin shalat di masjid karena ingin mendapatkan pekerjaan, menikah, atau mendapatkan tempat tinggal, dan sejenisnya.
Riya dalam ucapan, seperti riya dalam berdakwah atau mengingatkan orang lain, atau dalam membaca Al-Qur'an, dan sejenisnya, dengan tujuan untuk mendapatkan ketenaran dan pujian."
Riya dalamucapan, sepertiriyadalam berkhotbahataumengingatkan orang lain, ataudalammembaca Al-Qur'an, dan sejenisnya, dengantujuanuntuk mendapatkanketenaran dan pujian."