This is a bilingual snapshot page saved by the user at 2025-6-6 11:40 for https://app.immersivetranslate.com/word/, provided with bilingual support by Immersive Translate. Learn how to save?

Indonesian Journal for Social Responsibility (IJSR) Vol. x, No. 0x, (20xx), pp. x-xx

https://

Intervensi Gizi Berbasis Masyarakat by PT Borneo Indo Bara:

Studi Kasus CSR

Zainal Arifin1*, Hafizianor2

1 Program Doktor Studi Pembangunan, Banjarmasin

2 Fakultas Kehutanan Banjarmasin

E-mail: Zainal.arifin061281@gmail.com*, hafizianor@ulm.ac.id

Abstrak

Stunting terus menjadi perhatian kesehatan masyarakat utama di Indonesia, terutama di pedesaan dan daerah miskin. Menurut Survei Status Gizi Indonesia 2024, frekuensi stunting telah turun menjadi 22,9% di Kalimantan Selatan dan 19,8% di seluruh negeri. Untuk mengatasi masalah yang terus-menerus ini, PT Borneo Indo Bara (PT BIB) memulai Kelas Memasak CERIA (Cegah Stunting Raih Impian Anak) sebagai komponen dari inisiatif CSR untuk mempromosikan peningkatan gizi di masyarakat. Dalam penelitian ini, dilaksanakan Kelas Memasak CERIA di Kecamatan TelukKepanayang, Kabupaten Tanah Bubu, Kalimantan Selatan, dan diperiksa pengaruhnya terhadap masyarakat. Menargetkan lima wilayah ring-1 yang mengelilingi wilayah kerja PT BIB, inisiatif ini melibatkan 30 peserta per kabupaten, termasuk ahli gizi lokal, anggota PKK, dan tenaga kesehatan masyarakat. Program ini menekankan nutrisi ibu dan anak menggunakan bahan-bahan yang bersumber dari lokal, sesuai dengan gerakan pangan B2SA (Diverse, Nutritious, Balanced, and Safe) nasional. Ini termasuk demonstrasi kuliner dan edukasi gizi yang dibuat dalam kemitraan dengan Chef Agus Sasirangan dan pakar kesehatan masyarakat. Wawancara mendalam dengan perwakilan pemerintah daerah, penyelenggara program, dan anggota masyarakat yang berpartisipasi digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Inisiatif ini berhasil mendorong penggunaan sumber daya pangan lokal, meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan stunting, dan mengembangkan kolaborasi multi-sektoral, menurut hasilnya. Studi ini menekankan bagaimana program CSR yang digerakkan oleh masyarakat dan sesuai budaya dapat mendukung tujuan gizi nasional.

Kata kunci: pencegahan stunting, CSR, gizi masyarakat, pangan lokal, Kelas Memasak CERIA

Perkenalan

Di Indonesia, stunting, gangguan kronis pertumbuhan dan perkembangan terhambat pada anak-anak yang disebabkan oleh stimulasi psikososial yang tidak memadai, penyakit berulang, dan gizi buruk, terus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama (Bhutta et al., 2013; Ruel et al., 2013). Prevalensi stunting masih lebih tinggi dari ambang batas kepedulian publik WHO (20%), meskipun ada upaya signifikan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2024). Frekuensi stunting secara keseluruhan turun menjadi 19,8%, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, dan Kalimantan Selatan juga membaik, dengan tingkat 22,9% lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Angka-angka ini tetap menunjukkan perlunya intervensi yang terfokus dan kreatif, terutama di komunitas berisiko tinggi dan terbatas sumber daya (Habtu et al., 2023; Galasso et al., 2016).

Strategi yang komprehensif dan kooperatif diperlukan karena sifat stunting yang multidimensi, yang meliputi makanan, kebersihan, gaya pengasuhan, dan faktor sosial ekonomi (Saleh et al., 2021; Yousafzai et al., 2014). Pendekatan yang menjanjikan yang memanfaatkan sumber daya dan kolaborasi sektor swasta adalah intervensi berbasis masyarakat yang didukung oleh inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Seperti yang dinyatakan oleh Irwan et al. (2021), Ekaningrum et al. (2024), dan Afandi et al. (2024). Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, khususnya di daerah pertambangan yang kurang mampu, upaya berbasis CSR semakin diakui sebagai pelengkap program pemerintah (Juni et al., 2025; Hardiansyah et al., 2025). Inisiatif Cooking Class CERIA (Cegah Stunting Raih Impian Anak) dimulai oleh PT Borneo Indo Bara (PT BIB), perusahaan tambang yang berbasis di Kalimantan Selatan, sebagai pendekatan CSR strategis untuk memerangi stunting di masyarakat sekitarnya (Aditia & Wisesa, 2025).

Inisiatif CERIA adalah contoh kemitraan multisektoral antara pemerintah kota, sektor komersial, ahli kuliner, dan profesional kesehatan. Dengan menggunakan komponen makanan yang bersumber secara lokal, proyek ini bertujuan untuk mengembangkan buku masak yang berguna untuk nutrisi ibu dan anak yang mencakup makanan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi dan balita yang membutuhkan makanan tambahan (Kusumaningtyas et al., 2024). Program ini menggabungkan demonstrasi memasak dan instruksi nutrisi di bawah arahan ikon kuliner nasional Chef Agus Sasirangan, dengan bantuan dari spesialis kesehatan masyarakat. Dengan 30 peserta per lokasi, termasuk anggota PKK, tenaga kesehatan setempat, dan kader Posyandu (posko kesehatan masyarakat), Kelas Memasak CERIA dilaksanakan di lima kabupaten ring-1 di sekitar wilayah operasional PT BIB. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung gerakan pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) nasional.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji proses implementasi Kelas Memasak CERIA, keterlibatan masyarakat, dan hasil yang dirasakan. Kabupaten TelukKepayang merupakan salah satu tempat uji coba awal inisiatif tersebut. Melalui pemeriksaan data kualitatif yang dikumpulkan dari pengamatan lapangan dan wawancara pemangku kepentingan, penelitian ini mengklarifikasi bagaimana intervensi berbasis lokal berbasis CSR dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan literasi pangan, dan memajukan tujuan yang lebih besar untuk mengurangi stunting di Indonesia.

Metode

Kelas Memasak CERIA adalah program edukasi gizi berbasis masyarakat yang dijalankan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Borneo Indo Bara (PT BIB). Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menyelidiki implementasi program dan dampak yang dirasakan. Wawancara semi-terstruktur, observasi langsung, dan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data (Humayrah et al., 2025; Afandi et al., 2023).

Tiga informan kunci diwawancarai secara mendalam untuk mengumpulkan data primer: seorang pejabat pemerintah daerah dari kecamatan tempat kegiatan awalnya dilaksanakan, seorang ahli kuliner yang membuat kurikulum memasak yang sensitif terhadap nutrisi, dan perwakilan dari divisi CSR PT BIB yang bertanggung jawab atas pilar kesehatan. Pemilihan informan didasarkan pada partisipasi langsung mereka dalam konsepsi dan pelaksanaan program. Di lokasi program asli di Kecamatan TelukKepayang, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, semua wawancara dilakukan secara langsung pada April 2025.

Bersamaan dengan wawancara, dilakukan observasi lapangan selama kegiatan kelas memasak untuk mencatat materi yang digunakan, strategi pengajaran, dan partisipasi peserta. Tenaga kesehatan masyarakat, anggota PKK (Gerakan Kesejahteraan Keluarga), dan petugas gizi setempat merupakan 150 peserta yang hadir dalam sesi yang tersebar di lima kecamatan di wilayah operasional perusahaan. Wanita hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita semuanya bisa mendapatkan manfaat dari resep padat nutrisi yang bersumber secara lokal di perpustakaan resep program.

Selain literatur akademis terkait tentang CSR, pencegahan stunting, dan intervensi berbasis makanan lokal (Bhutta et al., 2020; Parasila et al., 2024; Kartika et al., 2023), data sekunder dikumpulkan dari laporan pemerintah, termasuk Survei Status Gizi Indonesia 2024 (Kementerian Kesehatan RI, 2024). Untuk menemukan tema penting dan tren baru yang berkaitan dengan keterlibatan masyarakat, implementasi program, dan hasil gizi, semua data dianalisis tematik.

Hasil dan Diskusi

PT Borneo Indo Bara (PT BIB) meluncurkan program Cooking Class CERIA (Cegah Stunting Raih Impian Anak) sebagai proyek corporate social responsibility (CSR). Ini adalah intervensi nutrisi berbasis komunitas yang sistematis yang berfokus pada pencegahan stunting. Program ini dibuat untuk menjangkau wilayah Ring-1 perusahaan, yang terdiri dari lima kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan: TelukKepayang, Angsana, Kuranji, Satui, dan Sungai Loban. Program ini dirancang untuk memberikan pengajaran kuliner yang sesuai dengan budaya dan sensitif nutrisi untuk mengatasi masalah stunting lokal (Ekaningrum et al., 2024; Syuhana et al., 2024).

Kecamatan TelukKepayang yang berfungsi sebagai lokasi prototipe adalah tempat program resmi dimulai. Sekitar 150 orang berpartisipasi di lima kecamatan, dengan 30 delegasi dari masing-masing daerah. Peserta sebagian besar adalah anggota PKK (Gerakan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa, relawan kesehatan masyarakat (kaderposyandu), dan petugas gizi dari puskesmas terdekat. Dengan tujuan memperkuat kapasitas lokal dalam praktik diet melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman, inklusi luas ini mencerminkan pendekatan multisektoral (Kartika et al., 2023; Parasila et al., 2024).

Mengintegrasikan sistem pangan lokal dengan pengetahuan kuliner adalah salah satu fitur unik program ini. Koki terkemuka dan tokoh publik Agus Sasirangandiminta untuk memimpin pelajaran dan ikut membuat buku masak dengan hidangan yang disesuaikan untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi (MP-ASI), dan balita. Bekerja dengan ahli gizi, setiap resep dikembangkan untuk memastikan bahwa kandungan nutrien makro dan mikro sesuai dengan pedoman diet untuk rentang usia yang dimaksudkan (Bhutta et al., 2013; Ruel et al., 2013).

Misalnya, karena kandungan zat besinya yang tinggi, urapdaunkalakai (salad pakis) dan pepes ikan patin (lele kukus dalam daun pisang) dibuat untuk nutrisi pascapersalinan. Penggunaan inovatif dari produk lokal dipamerkan untuk anak-anak kecil, seperti "nugget" yang terbuat dari ayam dan ubi jalar dan bubur yang dibuat dari bagian putih kulit semangka, yang tinggi serat dan sering dibuang.

Selain mengajarkan memasak, program ini berfokus pada keragaman nutrisi, pendidikan kesehatan, dan nilai menggunakan sumber daya lokal untuk mengurangi ketergantungan pada makanan impor atau olahan. Hal ini sejalan dengan gerakan B2SA di Indonesia yang mendorong konsumsi pangan yang aman, beragam, seimbang, dan bergizi (beragam, bergizi, seimbang, dan aman) (Kusumaningtyas et al., 2024). Melalui program ini, anggota masyarakat menemukan bahwa makanan sehat tidak harus mahal dan bahwa sumber protein lokal (seperti ikan air tawar, puyuh, dan unggas lokal) dan sayuran (seperti kelor, daun singkong, dan kalakai) dapat secara efektif mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak (Syuhana et al., 2024; Bachri et al., 2025).

Menurut pengamatan awal, peserta dan pemangku kepentingan lokal merespon dengan baik. Afandi et al. (2024) menemukan bahwa pemerintah kecamatan mengatakan inisiatif tersebut menunjukkan kemitraan publik-swasta yang solid dan melengkapi upaya pencegahan stunting yang ada. Dari 2021 hingga 2024, prevalensi stunting di wilayah tersebut sudah menunjukkan kecenderungan menurun, menurut petugas kesehatan dan otoritas kecamatan. Perubahan ini dikaitkan dengan intervensi yang terus-menerus di beberapa tingkatan. Program CERIA menunjukkan janji sebagai intervensi yang dapat direplikasi dan melibatkan masyarakat, meskipun sulitnya dalam membangun hubungan kausal antara intervensi tersebut dan penurunan prevalensi secara keseluruhan (menurut Survei Status Gizi 2024, 22,9% di Kalimantan Selatan) (Kementerian Kesehatan RI, 2024) (Juni et al., 2025; Hardiansyah et al., 2025).

Selanjutnya, CERIA Cooking Class menunjukkan bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mungkin lebih dari sekadar amal; dapat menjadi cara yang diperhitungkan bagi pelaku usaha untuk mendukung tujuan pembangunan daerah (Syafari & Yunani, 2021; Ekaningrum et al., 2024). Proyek PT BIB memberikan paradigma pembangunan inklusif, berkelanjutan, dan partisipatif di daerah yang bergantung pada sumber daya dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan sumber daya ahli dan menyelaraskan dengan target pengurangan stunting nasional (Aditia & Wisesa, 2025; Humayrah et al., 2025).

Secara keseluruhan, Kelas Memasak CERIA menunjukkan bahwa pendidikan gizi lokal, kooperatif, dan berfokus pada realis dapat secara efektif mengatasi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling mendesak di Indonesia. Meskipun efek jangka panjang memerlukan lebih banyak analisis dan data longitudinal, implementasi awal menawarkan pendekatan yang dapat diskalakan yang layak direplikasi (Bhutta et al., 2020; Afandi et al., 2023).

Gambar 1.Tren Prevalensi Stunting di Indonesia, Kalimantan Selatan, dan Tanah Bumbu

Pola prevalensi stunting dari tahun 2021 hingga 2024 digambarkan pada Gambar 1 untuk seluruh negeri, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Tanah Bubu, tempat program CERIA dilaksanakan. Tingkat stunting turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 19,8% pada 2024 di tingkat nasional. Kalimantan Selatan mengalami penurunan yang sebanding, dari 30 persen pada 2021 menjadi 22,9% pada 2024. Menariknya, Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan kemajuan yang stabil, meskipun prevalensinya naik dari 16,2% pada 2022 menjadi 25% pada 2023 sebelum turun menjadi 21% pada 2024 (Kementerian Kesehatan RI, 2021; 2022; 2023; 2024).

Menurut hasil tersebut, inisiatif kabupaten seperti program CERIA yang dijalankan oleh PT Borneo Indo Bara mungkin telah membantu meningkatkan kesadaran dan meningkatkan praktik gizi, terutama di daerah prioritas tinggi, meskipun variasi lokal masih ada. Dukungan pemerintah daerah, partisipasi aktif tenaga kesehatan masyarakat, dan kader terlatih meningkatkan dampak dan jangkauan inisiatif CSR. Tabel 1. Rangkuman Kegiatan Kelas Memasak CERIA oleh PT Borneo Indo Bara.

Tabel 1. Rangkuman Kegiatan Kelas Memasak CERIA oleh PT Borneo Indo Bara

Aspek

Deskripsi

Lokasi Implementasi

5 Kabupaten Ring 1: TelukKepayang, Angsana, Kuranji, Satui, Sungai Loban

Distrik Pertama yang Dilaksanakan

Teluk Kepayang

Jumlah Peserta

±150 peserta (±30 per kabupaten)

Kelompok Sasaran

Kader Pembangunan Manusia (KPM), anggota PKK, kader Posyandu, tenaga kesehatan

Kolaborator Program

Tim CSR PT BIB, Pemerintah Tanah Bumbu, Pemerintah Kabupaten, Puskesmas, Chef Agus Sasirangan

Tema Nutrisi

Menu untuk MP-ASI, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita menggunakan makanan lokal

Contoh Menu

Bubur dari kulit semangka, nugget "kaki naga" dari ayam dan ubi jalar, pepes ikan patin

Narasumber Utama

Chef Agus Sasirangan (MasterChef Indonesia), ahli gizi komunitas

Pendekatan Evaluasi

Materi teoritis disampaikan sebelum praktik memasak; nilai gizi dihitung per resep

Tabel 1 mencantumkan tugas utama yang diselesaikan selama program CERIA Cooking Class, yang merupakan komponen dari program CSR (corporate social responsibility) PT Borneo Indo Bara. Kelompok target, lokasi, dan elemen tema intervensi disorot dalam tabel. TelukKepayang, Angsana, Kuranji, Sungai Loban, dan Satui merupakan lima kecamatan yang dipilih sebagai penerima manfaat utama karena diidentifikasi sebagai wilayah Ring 1 yang dipengaruhi langsung oleh operasional PT BIB.

Sekitar 30 orang dari masing-masing kecamatan berpartisipasi, termasuk ahli gizi lokal, kelompok perempuan (PKK), dan Kader Pembangunan Manusia (KPM). Demonstrasi praktis dan pembicaraan perencanaan menu untuk ibu hamil dan menyusui, MP-ASI (MP-MP-MP) untuk bayi, dan makanan sehat untuk balita dibahas dalam kelas memasak. Sesuai dengan kerangka gizi B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman, dan Terjangkau), resep tersebut menyoroti penggunaan produk yang diperoleh secara lokal seperti ikan air tawar seperti patinkalakai (pakis), dan kelor (kelor).

Untuk menjamin kecukupan nutrisi setiap masakan, tim multidisiplin yang terdiri dari spesialis gizi dan koki selebriti Agus Sasirangan membantu implementasinya. Selain meningkatkan kesadaran akan pencegahan stunting, program ini berupaya membekali masyarakat lokal dengan keterampilan memasak yang berguna yang melengkapi inisiatif nasional untuk menurunkan kekurangan gizi.

Kesimpulan

Di Kecamatan Tanah Bumbu, program corporate social responsibility (CSR) PT Borneo Indo Bara menggunakan program kelas memasak CERIA (Cegah Stunting Raih Impian Anak) sebagai strategi pencegahan stunting berbasis masyarakat yang inovatif. Di lima kecamatan dalam wilayah ring-1 operasional perusahaan, program ini secara efektif meningkatkan kesadaran, memperkuat inisiatif gizi lokal, dan mendorong kerja sama di antara para pemangku kepentingan dengan membekali kader Posyandu dengan pengetahuan dan keterampilan gizi yang berguna.

Hal ini menunjukkan bahwa intervensi terintegrasi, digerakkan secara lokal, dan didukung CSR dapat berkontribusi secara signifikan pada upaya yang lebih luas untuk memenuhi target pengurangan stunting nasional dan internasional, sebagaimana dibuktikan dengan fakta bahwa prevalensi stunting telah menurun baik secara nasional maupun lokal (Bhutta et al., 2020; Afandi et al., 2024). Secara khusus, inisiatif CERIA menunjukkan bagaimana kolaborasi multi-sektoral dapat mencapai SDG 2.2 melalui pendidikan gizi yang disesuaikan dan relevan secara budaya (Yousafzai et al., 2014).

CERIA berfungsi sebagai contoh teknik partisipatif yang berpusat pada keluarga yang dapat digunakan dalam proyek CSR di masa depan yang mengatasi tantangan kesehatan masyarakat. Untuk menjamin efek dan replikasi jangka panjang di daerah dengan kesulitan gizi yang sebanding, implementasi multi-tahun, pemantauan berkelanjutan, dan input kualitatif sangat penting.

Referensi

Aditia, S., & Wisesa, A. (2025). Memberdayakan Perempuan di Masyarakat Lokal Melalui inisiatif CSR PT Borneo Indobara: Strategi Berkelanjutan Untuk Produksi Seragam Lokal. Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, 3, 1294-1302. https://doi.org/10.46799/ajesh.v4i5.588

Afandi, M. N., Anomsari, E. T., Novira, A., & Sudartini, S. (2023). Tata Kelola Kolaboratif DalamPengaturan yang Diamanatkan: Menggeser Kolaborasi Dalam Intervensi Stunting Di Tingkat Lokal. Penelitian Studi Pembangunan, 10(1), 1-13. https://doi.org/10.1080/21665095.2023.2212868

Afandi, MN, Anomsari, ET, Setiyono, B., & Novira, A. (2024). Relawan Yang Mengorganisir Mandiri Sebagai Inovasi Sosial Akar Rumput: Kontribusi Dan Penghalang Pemberdayaan Dan Tata Kelola Kolaboratif Dalam Intervensi StuntingPenelitian Studi Pembangunan, 11(1), 1-12. https://doi.org/10.1080/21665095.2024.2357102

Bhutta, ZA, Akseer, N., Keats, EC, Vaivada, T., Baker, S., Horton, SE, & Katz, J. (2020). Bagaimana Negara Dapat Mengurangi Stunting Anak Dalam Skala Besar: Pelajaran Dari Negara Teladan. Jurnal Nutrisi Klinis Amerika, 112, 894S-904S. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa153

Bhutta, ZA, Das, JK, Rizvi, A., Gaffey, MF, Walker, N., Horton, S., Webb, P., Lartey, A., & Hitam, RE (2013). Intervensi Berbasis Bukti Untuk Peningkatan Gizi Ibu Dan Anak: Apa Yang Dapat Dilakukan DanDengan Biaya Berapa?, The Lancet, 382(9890), 452-477. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)60996-4

Ekaningrum, I. R., Triyani, A., Hadi, N., Pertiwi, M. B., Fatchurrohman, M., & Mahanani, S. (2024). Akuntansi Sosial: Menilai Komitmen Perusahaan Untuk Memerangi Stunting DiIndonesia Melalui Inisiatif CSR. JurnalIlmiahAkuntansi, 9(2), 497-519. https://doi.org/10.23887/jia.v9i2.84270

Galasso, E., Wagstaff, A., Naudeau, S., & Shekar, M. (2016). Biaya Ekonomi Stunting Dan Cara Menguranginya. Bank Dunia.

https://documents1.worldbank.org/curated/en/099350307142324151/pdf/IDU0e883e26805fcd047b109a050c6013ce72703.pdf

Habtu, M., Agena, AG, Umugwaneza, M., Mochama, M., & Munyanshongore, C. (2023). Efek Dan Tantangan Pemanfaatan Paket Intervensi Gizi Terpadu Di Antara Ibu Hamil Dan Ibu Menyusui DiRwanda: Studi Kualitatif Eksplorasi. Perkembangan Nutrisi Saat Ini, 7(1), 100018. https://doi.org/10.1016/j.cdnut.2022.100018

Hardiansyah, A. R., Agustini, V. D., & Hariyati, F. (2025). Komunikasi CSR Petrogas(Basin) Ltd Tentang Pengurangan Stunting DiDesa Arar - Kabupaten Sorong. Jurnal tentang Studi Interdisipliner dalam Humaniora. 8(1), 70-80. https://doi.org/10.34050/els-jish.v8i1.43292

Humayrah, W., Nuraelah, A., & Febrina, L. (2025). Model Sistem PenyelenggaraanPemberianMakananTambahan (PMT) Balita melalui Program Rumah Gizi Sehat (PROGES). Jurnal Tanggung Jawab Sosial Indonesia, 7(1), 120-134. https://doi.org/10.36782/ijsr.v7i01.409

Irwan, Syafari, MR, & Yunani, A. (2021). Manajemen Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pt. Borneo Indobara (Bib) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Tanah Bumbu. Jurnal Internasional Ilmu Politik, Hukum, dan Sosial, 2(3), 75-89. https://ijpls.org/index.php/IJPLS/article/view/37

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 [Laporan Survei Status Gizi Indonesia]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 [Laporan Survei Status Gizi Indonesia]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2023). Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 [Laporan Survei Kesehatan Indonesia]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2024). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 [Laporan Survei Status Gizi Indonesia]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id

Kusumaningtyas, RD, Lestari, Y. N., Handayani, PA, Rachmadi, F., Jannah, RA, Alfa, N., Imani, C., & Barita, AD (2024). PengendalianStunting MelaluiEdukasiPengolahan Ragam Makanan Sehat Dari Bahan Lokal dan PendampinganPosyanduDi KelurahanBongsari, Kota Semarang (Kolaborasi UNNES - PT Phapros, Tbk).JurnalPengabdian Magister Pendidikan IPA. 7(4). https://doi.org/10.29303/jpmpi.v7i4.9424

Lisawanto, Bachri, AA, Yunani, A., & Sopiana, Y. (2025). Dampak Terminal Khusus Terhadap Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat DiDaerah Aliran Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Tengah: Memajukan Kesejahteraan Masyarakat.Jurnal Gaya Hidup & Tinjauan SDG. 5, 1-27. https://doi.org/10.47172/2965-730X.SDGsReview.v5.n02.pe04287

Parasila, N., Sjamsuddin, S., & Nuh, M. (2024). Edukasi Pencegahan Stunting Melalui Program Percepatan Penurunan Stunting DiDinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Jurnal Inovasi Pendidikan Erudio, 10 (2),

Ruel, MT, Alderman, H., & Kelompok Studi Gizi Ibu dan Anak. (2013). Intervensi Dan Program Sensitif Gizi : Bagaimana Mereka Dapat Membantu Mempercepat Kemajuan Dalam Meningkatkan Gizi Ibu Dan Anak?, The Lancet, 382, 536-551. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)60843-0

Saleh, A., Syahrul, S., Hadju, V., Andriani, I., & Restika, I. (2021). Peran Ibu Dalam Mencegah Stunting: Tinjauan Sistematis. Gaceta Sanitaria, 35, S576-S582. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.087

Setyoadi, Kartika, AW, Hayati, YS, & Setiowati, CI (2023). Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Meningkatkan Pemberdayaan Individu Kader Dalam Pencegahan Stunting Jurnal Aisyah: JurnalIlmu Kesehatan, 8(2), 1097-1104. https://doi.org/10.30604/jika.v8i2.2069

Syuhana, E., Said, M. M., Kurniati, R. R., Rozi, A., & Jawa, E. (2024). Pendampingan Kader Posyandu Dalam Menanggulangi Stunting Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) Kbc Sederhana.Amalee (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Indonesia), 5(2), 695-707. https://doi.org/10.37680/amalee.v5i2.5491

Yousafzai, AK, Rasheed, MA, Rizvi, A., Armstrong, R., & Bhutta, SA (2014). Efek Stimulasi Responsif Terpadu Dan Intervensi Nutrisi Dalam Program Pekerja Kesehatan Wanita Di Pakistan Terhadap Perkembangan, Pertumbuhan, Dan Hasil Kesehatan Anak: Uji Coba Efektivitas Faktorial Acak Kluster. The Lancet, 384(9950), 1282-1293. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60455-4